lima

419 45 49
                                    

▀▄▀▄Happy▄▀▄▀
▀▄▀▄Reading▄▀▄▀

✿✿✿✿✿✿

Keisya kembali ke kelasnya setelah membersihkan ruang OSIS untuk yang pertama kali dengan wajah kesal. Bagaimana tidak? Ruang OSIS itu sangat kotor. Banyak debu yang bersemayam di sudut-sudut ruangan seperti tak pernah dibersihkan selama setahun. Selain itu, dia juga harus menaiki kursi untuk bisa membersihkan plafon dari sarang laba-laba.

Siapapun yang masuk ruang OSIS, sudah pasti mengira kalau ruangan itu bersih. Namun, jika dilihat seksama, ruangan itu bahkan seperti gudang dengan banyak debu yang berserakan. Posisi itu tak dapat terlihat karena bagian yang kotor itu tertutup oleh rak-rak buku yang ada di ruang OSIS.

Dengan kaki yang dihentak-hentakkan, Keisya masuk ke dalam kelasnya yang ramai. Bel istirahat telah berbunyi, tetapi guru belum juga datang karena ada rapat guru.

Vanya yang tadinya menggosip dengan teman sosialitanya, langsung bangkit dan menyeret Keisya duduk di kursi mereka.

"Gimana, Kei. Dimaafin?"

"Iya."

"Beneran, Kei?" tanya Vanya dengan mata berbinar. Pasalnya, siapapun yang mengusik hidup Rian tak akan lolos begitu saja. Namun, ini dengan mudahnya pria itu memaafkan? Wah, Vanya harus mengadakan syukuran mentraktir Dennis makan di Warteg sore ini.

"Dengan imbalan gue bersihin ruang OSIS selama sebulan."

"Ya bagus, dong."

"Bagus apanya?!" tanya Keisya mulai emosi. Hey, mana ada disuruh bersih-bersih tak dibayar?

"Gini, Kei. Kalau cuma syarat itu berarti dia nggak terlalu memberatkan lo. Dari pada nanti panti yang jadi taruhannya? Lo mau?"

"Ya enggak, sih tapi ruang OSIS itu kotor banget, Van. Mana nggak dibayar lagi. Jaman sekarang, apa-apa pakek duit. Kencing aja bayar."

"Sabar, Kei. Orang sabar mulutnya lebar."

"Itu lo, Van. Kebanyakan ngomong mulutnya jadi lebar."

"Sekate-kate banget lo. Gue janji bantuin, deh."

Mata Keisya berbinar. Jarang-jarang Vanya mau membantunya selain mencari uang. Dimintai tolong mengambilkan jemuran saja dia tak mau, apalagi membersihkan ruangan OSIS yang debunya bejibun.

"Gue bantu doa dari jauh," jawab Vanya membuat Keisya mendatarkan mimik mukanya. Tatapannya penuh intimidasi membuat bulu kuduk Vanya berdiri.

"Masalahnya, Kei. Gue itu sibuk banget, harus mikirin apa yang mau gue omongin saat siaran radio. Sebenernya gue pengen bantu lo, tapi gue takut pas siaran nanti gue gelagapan, terus gue malu-maluin, kan lo sendiri juga yang malu."

"Biasanya juga malu-maluin lo," ucap Kesiya sembari melangkahkan kakinya menuju keluar kelas.

"Mau kemana, Kei?"

"Perpus, mau ikut?"

"Nggak ah, gue mau gosip aja."

"Idup lo penuh dosa kebanyakan gosip."

Setelah mengatakan itu, Keisya bergegas pergi ke perpustakaan untuk mencari buku-buku pelajaran dari kelas X sampai kelas XI untuk di pelajari sebagai persiapan menghadapi Ujian Nasional. Sebenarnya, akan ada buku yang disediakan dari sekolah untuk siswa, tetapi Keisya tak mampu untuk membelinya.

Keadaan perpustakaan sangat sepi karena sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar, kecuali kelas Keisya yang memang sedang jam pelajaran kosong.

Terjerat Pesona Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang