tujuh belas

645 46 26
                                    

▄▀▄ Happy ▄▀▄▀
▀▄▀▄ Reading ▄▀▄▀

✿✿✿✿✿✿

Suasana di dalam ruang BK atau Bimbingan Konseling, saat ini terasa mencekam. Bagaimana tidak? Tiga orang gadis berseragam ketat itu kini tengah menunduk takut. Di hadapan mereka, ada Pak Tio, selaku Kepala Sekolah SMA Brawijaya, juga Bu Setya selaku guru BK.

Ketiganya bisa bernapas lega, setelah orang tua mereka datang. Orang tua Ella dan Siska menatap anak-anaknya dengan tatapan tajam, sedangkan orang tua Soraya tampak biasa saja.

"Drama apa lagi ini, Pak?" tanya Kurnia sambil menatap jengah ke arah kepala sekolah. Sementara Danu, laki-laki itu sibuk memainkan ponsel dan mendengarkan percakapan antara istrinya dan kepala sekolah tanpa minat.

"Silakan duduk dulu, Pak, Bu." Wali murid dari ketiga siswi itu menuruti titah dari kepala sekolah. Mereka duduk di bangku yang telah disediakan, sedangkan Soraya, Ella, dan Siska berdiri sambil memilin ujung seragamnya.

"Jadi begini, Pak, Bu. Soraya, Ella, dan Siska telah melakukan kekerasan terhadap salah satu siswi kami yang lain. Kini, siswi itu tengah dalam keadaan kritis," ucap Bu Setya membuat orang tua Ella dan Siska terkejut. Lain halnya dengan orang tua Soraya, mereka memutar bola matanya malas lalu berdecak.

"Saya tanggung biaya pengobatannya," ketus Danu sambil mengeluarkan dompet dari saku bajunya.

"Ini bukan soal uang, Pak. Tapi soal tingkah laku anak-anak kalian yang sudah masuk kategori kriminal," balas Bu Setya memandang tajam Danu.

"Halah, palingan juga cuma setting-an. Mau cari sensasi aja, tuh siswi Ibu," cibir Kurnia sembari melipat kedua tangan di depan dada.

"Ini menyangkut nyawa seseorang, Bu! Kalau seandainya wali murid korban tidak terima, mereka bertiga bisa dipenjarakan!"

"Keluarga saya tidak terlalu miskin untuk menyewa seorang pengacara terkenal," jawab Kurnia santai sambil mengangkat paha kanannya dan menumpangkannya di paha kirinya.

Pantesan anaknya kayak gitu, orang tuanya aja modelan kayak gini, batin Bu Setya menatap jengah ke arah Kurnia.

"Soraya Sayang, bisa kamu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kurnia dengan lembut, membuat gadis itu mengangguk.

"Aku, Ella, sama Siska tadi cuma main-main doang, kita bawa Keisya ke lorong yang lagi direnovasi buat kerjain dia doang. Aku cuma tumpahin sirup ke kepala dia, terus dia berontak pukul aku jambak aku."

"Tuh, Soraya nggak salah. Malah siswi itu yang salah udah pukul sama jambak Soraya," bela Kurnia menggebu.

"Terus, kenapa Keisya bisa luka kepalanya sampai kritis?" tanya Bu Setya mencoba menyudutkan Soraya. Bu Setya tersenyum miring saat melihat wajah Soraya pucat pasi dan terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Em ... Keisya kepleset sirip terus jatuh dan kepalanya kebentur tembok."

"BOHONG!" seru Rian memasuki ruang BK dengan membawa beberapa lembar foto di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memegang ponsel. Rian menyerahkan ponsel berisi rekaman CCTV yang sengaja Rian pasang beberapa minggu yang lalu karena banyak murid SMA Brawijaya yang sering diam-diam merokok di sana.

"Ini ada bukti foto saat Soraya mukul kepala Keisya, dan ini bukti rekaman CCTV apa aja yang mereka lakuin ke Keisya."

Wajah ketiganya bertambah panik. Mereka saling tatap satu sama lain seakan memberikan isyarat kata 'gimana ini?'.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjerat Pesona Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang