▀▄▀▄Happy▄▀▄▀
▀▄▀▄Reading▄▀▄▀✿✿✿✿✿✿
Mentari telah digantikan takhtanya oleh rembulan. Langit cerah pun telah berubah menjadi gelap. Bintang-bintang menemani sang bulan menghiasi langit dunia.
Angin malam terasa lembut menerbangkan dedaunan kering yang rapuh ke jalanan, membawa rezeki si tukang sapu di esok hari.
Keisya tengah berjalan di trotoar dengan senyum yang mengembang. Rambutnya yang terkuncir sedikit terbang terbawa oleh angin malam. Kondisi jalan raya yang ramai tak menyurutkan dirinya untuk melangkah lambat menikmati suasana malam.
Hari ini, Rian bersikap lebih berbeda kepadanya. Entah Rian yang memang bersikap berbeda atau Keisya yang merasa diistimewakan hanya karena Rian melingkarkan tangan Keisya ke perutnya.
Tetapi bagi Keisya, hal itu telah membuat hati Keisya yang berniat menjauh dari Rian kembali lagi berlabuh di sana, kali ini lebih dalam.
Keisya hanya berharap, perasaannya tak bertepuk sebelah tangan walaupun itu sangat mustahil baginya.
Kali ini, prinsipnya akan sama dengan Vanya. Memperjuangkan sampai ke tingkat tertinggi. Jika perjuangan itu hanya sia-sia, maka jalan terbaik adalah sampai di puncak mencintai, yaitu mengikhlaskan.
Keisya jadi teringat dengan Vanya. Entah berapa kali gadis itu terluka karena penolakan Arga. Berbeda dengan dirinya yang memilih mundur hanya karena melihat foto seorang gadis kecil di meja Rian.
Ponsel Keisya berbunyi menandakan sebuah pesan masuk dari Vanya.
Vanya Kendari
Lo dmna, Kei? Gw lg di jalan yang biasa lo lewati.
Keisya Alea
Di dpan minimarket
Keisya memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya setelah mengirimkan balasan kepada Vanya.
Sekitar sepuluh meter berjalan, seseorang berteriak memanggil namanya. Keiya mengedarkan pandangannya mencari sumber suara. Tertangkap di indra penglihatannya seorang gadis yang tengah berlari ke arahnya. Keisya menyipitkan matanya mencoba memperjelas pandangannya. Dengan senyum merekah, Vanya menuju ke arahnya.
"Lo dari mana, Van?" tanya Keisya sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Vanya.
"Abis beli coklat yang ada di deket Cafe Lencana," jawab Vanya sambil menyodorkan botol air minum itu.
"Buat?"
"Arganteng, dong."
"Lo kenapa nggak nitip gue, Van?"
"Biar spesial langsung dari keringet gue, Kei."
Keisya mengangguk-anggukan kepalanya paham. Dia salut dengan sosok Vanya yang tak pernah memiliki kata menyerah dalam kamus hidupnya.
Hal ini yang Keisya suka dari Vanya. Meskipun terkadang menyebalkan, gadis itu memiliki banyak semangat yang terpatri di dalam lubuk hatinya. Semua hal yang ia inginkan walaupun kecil kemungkinan hal itu bisa tercapai, Vanya akan selalu memperjuangkannya. Dia bukan sosok gadis yang ambisius melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan, tapi ia memiliki semboyan yang selalu menjadi pedoman hidupnya, yaitu 'selama hidung masih menghirup udara, selama mata masih bisa terbuka, selama otak masih bisa bekerja, hal apapun yang diinginkan harus diperjuangkan sekuat tenaga'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Pesona Ketua OSIS
أدب المراهقينKeisya Alea, gadis yang hidup dan tinggal di panti asuhan sejak kecil ini memiliki segudang prestasi sehingga dia mendapat beasiswa dan mampu masuk di salah satu SMA elit di Jakarta, SMA Brawijaya. Hingga suatu tragedi besar menimpanya. Dia tak sen...