▀▄▀▄Happy▄▀▄▀
▀▄▀▄Reading▄▀▄▀✿✿✿✿✿✿
Setelah memakan gado-gado yang dibawakan oleh Keisya, Rian menyuruh Keisya untuk mengetik beberapa data yang ia perlukan untuk kepentingan OSIS karena saat ini, ia harus meneliti laporan yang diberikan oleh Rendra, sekretarisnya di kantor.
"Yan," panggil Keisya sambil menatap Rian dari samping.
"Hm."
"Lo nggak punya sahabat, gitu?"
"Buat?"
"Ya sahabat itu, kan bisa lo jadiin temen curhat, bisa lo jadiin saudara juga, bisa nemenin lo saat susah maupun seneng."
Rian menatap Keisya dengan tatapan tak dapat diartikan lalu pandangannya beralih kembali pada laptop di depannya.
"Jangankan sahabat, keluarga pun nggak ada yang bisa gue percaya."
Keisya menatap iba ke arah Rian. Dapat terlihat dengan jelas cowok itu memiliki kekecewaan yang besar kepada keluarganya.
"Nggak cuma lo yang kecewa, Yan. Gue juga kecewa sama keluarga gue. Lo masih beruntung masih diasuh sama mereka, dikasih fasilitas lengkap. Sedangkan gue dibuang, Yan. Gue nggak tau apa yang terjadi waktu itu karena kepala gue luka parah dan gue lupa ingatan. Nama gue pun gue nggak inget sama sekali sampai ibu panti nemuin ukiran nama di gelang yang gue pakai," ucap Keisya dengan nada bergetar.
Rian menatap Keisya dengan tatapan iba. Cowok itu bangkit dari duduknya dan memeluk erat Keisya. Keisya menitikkan air mata di dada Rian. Tak ada kata-kata yang Rian ucapkan kepada Keisya, tetapi tangan cowok itu tak henti mengelus punggung Keisya.
Rian melepas pelukan mereka saat dirasa Keisya sudah tenang.
"Apa lo pengen ketemu sama keluarga lo?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Karena gue berharap dengan nggak ketemu mereka akan bikin hidup gue lebih baik."
"Tapi lo perlu penjelasan kenapa mereka buang lo."
Keisya tersenyum masam. Memang, ia membutuhkan penjelasan mengapa ia dibuang.
"Tapi gue nggak pengen kalau ingatan gue tentang masa lalu gue balik lagi, Yan. Cukup dulu gue pernah menderita."
"Kalau seandainya lo ketemu lagi sama keluarga lo, apa yang bakal lo lakuin?"
"Buat mereka menyesal."
Rian tersenyum tipis kepada Keisya. Hal itu membuat Keisya terpana dengan kadar ketampanan Rian.
Nggak senyum aja udah ganteng. Apalagi kalau senyum gini. Bisa-bisa gue diabetes karena sering liat yang manis-manis, batin Keisya.
"Lo mau jadi sahabat pertama gue?" tanya Rian sambil menyodorkan jari kelingkingnya ke arah Keisya.
"Mau, dong. Jadi sahabatnya Si Patung OSISnya SMA Brawijaya adalah hal yang sangat langka," ucap Keisya membuat Rian tertawa hingga menampakkan gigi-giginya yang rapih. Keisya menautkan jari kelingking miliknya dan milik Rian. Keisya tersenyum sehingga menampilkan lesung di kedua pipinya dan gigi gingsulnya.
Sementara di balik pintu ruang OSIS, ada seorang gadis yang menguping pembicaraan mereka sedari tadi.
Awal kehancuran lo akan segera dimulai, Keisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Pesona Ketua OSIS
Fiksi RemajaKeisya Alea, gadis yang hidup dan tinggal di panti asuhan sejak kecil ini memiliki segudang prestasi sehingga dia mendapat beasiswa dan mampu masuk di salah satu SMA elit di Jakarta, SMA Brawijaya. Hingga suatu tragedi besar menimpanya. Dia tak sen...