▀▄▀▄Happy▄▀▄▀
▀▄▀▄Reading▄▀▄▀✿✿✿✿✿✿
Hari berganti hari, siang berganti malam, detik berganti menit, dan menit berganti jam. Seminggu sudah sejak peristiwa Rian berkunjung ke panti untuk kedua kalinya, Rian dan Keisya terlihat semakin dekat.
Ya, Keisya merasa demikian. Entah Rian yang memang mendekati Keisya ataukah Keisya yang terlalu baper dengan sikap Rian yang lebih ekspresif jika dengannya.
Meskipun begitu, Keisya tetap menjaga jarak di antara mereka. Ia tak ingin terjerumus di dalam keinginan besar yang hanyalah sebuah angan semata. Ia tak mau terlalu berharap dengan Rian yang notabene orang terpandang.
Sejak kedatangan Risya, bayi yang Rian dan Keisya temukan di dekat tong sampah minggu lalu, Rian bahkan berkunjung ke panti sehari selama dua kali.
Nama Risya, Bu Nila berikan dari perpaduan nama dari Rian dan Keisya. Bayi perempuan itu sepertinya sengaja dibuang oleh ibunya karena tak ingin menanggung beban malu mengurus anak hasil hubungan gelap.
Seperti biasanya, pagi ini, Rian berkunjung ke panti untuk menengok Risya. Keisya mengamati kegiatan Rian yang tengah telaten membuatkan bayi itu susu formula dengan wajah yang tanpa ekspresi namun terlihat hati-hati.
Keisya geleng-geleng kepala saat Rian membuat susu itu dengan caranya yang khas, mulai dari menakarnya menggunakan sendok takar, sampai mengetes suhu air panas menggunakan termometer.
"Yan," panggil Keisya membuat Rian berdehem tanpa mengalihkan atensinya pada termometer.
"Lo lagi ngapain?" tanya Keisya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lo nggak punya mata? Gue lagi ngecek suhu air panas."
"Nggak gitu juga caranya, Yan. Kelamaan, Risya keburu kehausan," kata Keisya mengambil alih gelas yang berisi air panas dan menumpahkannya sedikit ke kulit tangannya, lalu menambahkan sedikit air dingin ke gelas itu.
"Tapi itu suhunya nggak akurat, Sya. Nggak sesuai sama petunjuk di kotak susu ini," jawab Rian sambil menunjuk informasi di belakang kemasan kotak susu formula.
"Ya dikira-kira bayinya nggak ngerasa kepanasan aja, Yan. Kalau diukur suhu kek gitu kelamaan."
Rian berdecak kesal lalu mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di dapur.
"Belum jadi bapak aja udah seribet ini, jangan-jangan nanti kalau jadi bapak, kencing anaknya ditakar keluar berapa mililiter," gumam Keisya meninggalkan Rian yang tengah memelototinya.
"Lo bilang apa, Sya?" tanya Rian tanpa ekspresi mengikuti langkah Keisya dari belakang.
"Oh, lo denger?"
"Gue punya kuping," jawab Rian sambil merebut botol susu di tangan Keisya dan memberikan botol dot kepada Risya yang sedang menangis di dalam ranjang bayinya.
Keisya menatap tersenyum ke arah dua insan berbeda usia itu. Menurutnya, Rian memang terlihat dingin dan tak ekspresif, tapi jika bersama dengan anak kecil, cowok itu terlihat seperti menunjukkan kasih sayangnya.
Entahlah, ia tak tahu yang terjadi dengan Rian. Yang pasti, Keisya senang karena kehadiran Risya, Rian menjadi semakin dekat dengannya.
"Yan, gue berangkat sekolah dulu, takut telat. Vanya udah berangkat lima belas menit yang lalu," ucap Keisya pelan karena Risya baru saja tertidur setelah meminum susu yang diberikan oleh Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjerat Pesona Ketua OSIS
Novela JuvenilKeisya Alea, gadis yang hidup dan tinggal di panti asuhan sejak kecil ini memiliki segudang prestasi sehingga dia mendapat beasiswa dan mampu masuk di salah satu SMA elit di Jakarta, SMA Brawijaya. Hingga suatu tragedi besar menimpanya. Dia tak sen...