1

192 87 76
                                    

Ruangan berantakan namun indah, warna-warni cantik di setiap sudut yang di isi kanvas, cahaya sedikit masuk dari luar menuju papan lukis yang sudah terlukis gambar seorang lelaki dengan wajah kosong, belum ada mata, mulut dan sebagainya. Seketika tanganku seperti mengikuti kuas, ia bergerak kesana kemari mengisi bagian kertas lukis yang masih kosong, ku melakukannya dengan sadar dan aku suka dengan gambar yang ku buat. Aku dan kuas bekerja sama.

" AAAA Hahh hahh hahhh hahh" teriak ku sambil ngos-ngosan.

Ternyata itu hanyalah bunga tidur, sudah berkali-kali ku memimpikan hal yang sama melukis pria tanpa isi wajah, entahlah siapa dan berkali-kali ku hiraukan. Keringat dingin yang ku rasa setiap memimpikan hal yang sama membuat kepala ku sakit, serasa ingin mengingat sesuatu namun tak bisa.

  Kalender kecil tertiup angin sangat kencang, herannya hanya kalender membuat selembar kertas kalender terjatuh di atas kaki ku yang di lapisi selimut. Aku takut mengambilnya, takut jika ini adalah pertanda, entah pertanda baik ataupun buruk. Dengan bergegas aku berdiri sambil melihat kertas tersebut lalu berlari keluar kamar, dan turun dari tangga menuju ruang keluarga. Namun..

  "Hah.." teriak ku terkejut sebab ada yang menutupi wajah ku berupa kertas. Dengan cepat ku ambil, dan melihat nya, lagi-lagi kertas kalender yang belum ku lihat tanggal di baliknya. Entah mengapa ku sangat takut namun, ya sudahlah ini hanya kertas berisi tanggal hahaha tidak ada yang istimewa dan buruk. Ku membaliknya dan menuju tanggal 1.

"Hahh apa istimewa dan buruk nya, ya emang si sekarang tanggal satu, kenapa aku takut banget hahhaaha"
 
"Mama, papa!!!"

" Hm? Gosah tereak-tereak bisa kan?" Tanya mama liyedra bernama liyenzef yang sedang menghidangkan makanan di atas meja makan bersama dengan suaminya bernama indra.

Yap, nama liyedra berasal dari singkatan nama orang tua nya yaitu liyezef dan xeindra jadi liyedra.

Hari ini hari libur, biasanya setiap libur liyedra malas mandi pagi jadi ia bergegas ke kamar mandi bawah untuk mencuci muka dan gosok gigi. Sebenarnya liyedra ada kamar mandi di kamarnya namun jika hanya sekedar ingin cuci muka dan gosok gigi ia lebih senang di kamar mandi bawah, hmm entah mengapa.

Setelah beres melakukan kegiatan nya, liyedra melanjutkan untuk membantu mamanya menyiapkan makanan di atas meja makan lalu duduk bersama untuk makan bersama. Terasa sangat canggung, sebab mereka bersama jika hanya ingin makan bersama setelah itu mama dan papa liyedra pergi dan sibuk bekerja bahkan selalu pulang ketika liyedra sudah terlelap tidur pada malam hari.

" Gimana sekolah kamu Ra? " Tanya papa liyedra yang ingin mencairkan suasana.

" Baik-baik aja, ga kebakaran " liyedra menjawab

" Jangan ngomong gitu ke papa kamu " saut mama nya.

Liyedra hanya memilih diam, karena tak ingin emosinya mengalir keseluruh tubuhnya ia melanjutkan makan dengan cepat hingga ia...

" Uhuk.. uhuk.. "

Tersedak~

" Hm, siapa suruh ngomong gtu ke papa " ucap papa liyedra yang sedang memainkan handphone nya dan melirik liyedra.

Hatinya terasa sakit, melihat tak ada yang peduli dengan anak tunggal nya ini sedang tersedak ia tau ini salah liyedra namun entah mengapa rasanya liyedra ingin menangis. Apalagi melihat kedua orang tuanya tengah sibuk bermain dengan  handphone setelah makan. Entah apa yang di sibuk kan mereka.

Dengan cepat liyedra mencuci piring nya lalu beranjak pergi ke atas menuju kamar bernuansa putihnya itu, Yap liyedra memang orang yang sangat simple. Setelah masuk liyedra hanya bisa menangis sedikit lalu mengusap air matanya hingga ia tersenyum kembali.

Who's in this painting  (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang