11

39 28 14
                                    

Budayakan follow sebelum baca!

Jangan lupa vote dan comment, authornya butuh semangat dari vote kalian juga nih dan saran dari komen kalian.

Happy Reading✨

___________________________________________

"Aku tidak akan melakukan ini jika di dunia itu kamu tidak melakukan hal yang sama, aku mencintaimu namun aku juga membencimu" bisikan seorang lelaki yang datang dari belakang Liyedra.

Terlihat di lantai nampak bayangan lelaki yang berada dibelakang Liyedra sedang membawa senjata tajam

"AAAA" teriak Liyedra dan terduduk dari tidurnya.

Ia mengucek matanya yang masih buram dengan nafas yang tak beraturan.

Mimpi itu datang lagi, sudah menjadi hal yang biasa bagi Liyedra. Bukan berati ia membiarkan, namun akan ia selesaikan.




_____________________

Misi awal kali ini tak boleh gagal

Dengan style biasa Liyedra sangat simpel hanya menggunakan jaket Levis dan rambut di kuncir kuda sudah membuat Liyedra seperti bersemangat.

Seperti biasa ia menaiki bus untuk sampai tujuan dengan membawa novel karya Dionzer yang selama ini ia koleksi, juga karya Dionzer yang ada di ruangan aneh Fahreno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa ia menaiki bus untuk sampai tujuan dengan membawa novel karya Dionzer yang selama ini ia koleksi, juga karya Dionzer yang ada di ruangan aneh Fahreno.

Kali ini ia tidak menggunakan earphone di telinga nya, sebab hari ini ia benar-benar ingin fokus tak main-main karena urusannya nyawanya sendiri.

Hanya 15 menit menunggu untuk sampai, dan kini ia telah sampai dan berdiri di depan kantor polisi. Iya benar, Liyedra ingin menemui kakek Dionzer, rasa takut karena kakek tersebut terkena kasus pembunuhan tak ia rasakan, yang ia inginkan hanya penjelasan dari semua novel yang kakek itu buat.

Dengan cepat ia masuk dan.., bagusnya polisi menyetujuinya namun hanya boleh sebentar.

Ia berjalan dengan kaki yang kuat tanpa gemetar sedikit pun, ia tak takut jika kakek itu tiba-tiba ada rasa ingin membunuhnya sebab ia tak yakin bahwa kakek itu melakukannya.

Kini ia telah berada di depan jeruji besi kakek tua tersebut, keadaannya ia sedang melamun sendirian di dalam.

Liyedra menelan ludah menghilangkan rasa kegugupan nya, ia mendekat.

"Pe-permisi"

Dionzer tak menengok sedikit pun.

"Nama saya Liyedra bolehkah saya berbicara dengan Anda?"

Dionzer tak menjawab, tapi dari gerakan matanya sepertinya ia sudah tau jika Liyedra ingin berbicara dengannya.

Tanpa basa-basi Liyedra bertanya.

Who's in this painting  (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang