Chapter 9

1.3K 104 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Chimon memasuki kamarnya, ia sangat lelah, sekolah, les untuk ujian akhir, ditambah harus bercinta dengan Pluem. Ia membaringkan tubuh lelahnya ditempat tidur, kepalanya makin berat, sebenarnya ia curiga pada dirinya sendiri namun ia terlalu takut, takut untuk terima kenyataannya bila itu benar-benar terjadi. Tapi, tetap saja ia mengambil handphonenya mencari aplikasi google disana, mencari ciri-ciri penyakit yang beberapa hari ini menderitanya, mual dipagi hari, mudah lelah, dan mual bila mencium bau makanan.

Tangannya gemetar pelan, membaca rinci setiap artikel yang ia buka menampakkan gejala yang sama namun itu bukanlah penyakit namun.

Kehamilan.

Tanpa sadar Chimon menjatuhkan handphonenya, tangannya terlalu lemas sekarang, jantungnya berdetak cepat, rasa takut menguasainya
"Tidak. Aku pasti salah. Itu tidak mungkin sama sekali" gumam chimon tak ingin percaya pada setiap artikel itu. Ia berusaha tenang sebisanya.

.
.

Chimon turun pagi ini dimeja makan untuk sarapan seperti biasa sebelum berangkat sekolah
"Mami hanya menyiapkan roti bakar seperti permintaanmu kemarin" ucap sang ibu
"Makasih mi" chimon berterima kasih pada ibunya, wajahnya pucat ia tak tidur semalaman memikirkan kemungkinan yang terjadi padanya, ia takut sekali
"Akhir-akhir ini kau sangat kelelahan, lihat wajahmu selalu pucat" khawatir sang ayah
"Tak apa papi, aku baik-baik saja" dusta chimon, rasanya ia ingin menangis, ia sekarang sangat pintar berbohong pada kedua orang tuanya, ia ingin mengatakan bahwa ia takut, ia sedih, ia hancur namun ia lebih takut membuat papi dan maminya kecewa padanya.

.
.

Selama pelajaran disekolah, Chimon sudah tak fokus, kepalanya makin berat rasanya pusing sekali. Keringat dingin bahkan sudah turun dipelipisnya membuat nanon teman sebangkunya sangat khawatir
"Hey, nanti pulang sekolah kita kedokter saja, kau makin hari makin parah" ucap nanon, kebetulan ini jam terakhir sebentar lagi pulang sekolah, ia sangat khawatir akan chimon akhir-akhir ini, bahkan sekarang chimon seperti akan pingsan. Chimon ragu, namun ia ingin memastikan benar tidaknya artikel yang ia baca semalam, ia tak akan tenang sebelum mengetahui kebenarannya. Lagian pluem bilang tak bisa menjemputnya siang ini. Walau takut, chimon setuju dan mengangguk pelan kearah nanon.

.
.

Pulang sekolah, nanon dan chimon benar-benar kerumah sakit tetapi mereka ganti baju tanpa seragam sekolah, untungnya mereka selalu menyimpan pakaian biasa diloker mereka
"Kau periksa, aku menunggumu diruang tunggu, semoga kau tak apa-apa" ucap nanon duduk diruang tunggu rumah sakit, chimon mengangguk dan kemudian mendaftarkan namanya pada asisten dokter umum diloket. Tak perlu menunggu lama, nama chimonpun dipanggil dan dipersilahkan menemui dokter umum.

Awalnya chimon ragu, ia takut sekali, namun ia harus tau kepastiannya dan berharap tak ada apapun yang terjadi. Chimon berbaring dan sang dokter mulai memeriksanya, sembari menanyakan gejala yang ia alami
"Gajela apa yang dialami belakangan ini nak ?" Tanya sang dokter karena melihat pasiennya itu sangat muda
"Aku selalu mual, pusing, tidak fokus, bahkan aku sering kelelahan" jujur Chimon, sang dokter menghela nafas, ini bukan pertama kalinya anak muda datang dengan keadaan seperti ini. Ia sudah banyak melihat khasus seperti ini dan cukup kasian karena masih terlalu muda. Chimon turun dari acara baringnya dan duduk didepan meja dokter, ia menatap sang dokter penuh harap, berharap ia baik-baik saja.

Sang dokter mulai menulis keterangan resmi disebuah surat rumah sakit dan beberapa resep obat lalu menyerahkannya ke chimon yang masih kebingungan
"Kau tak sakit, nak" ucap sang dokter
"Tapi kau sedang hamil muda" lanjutnya. Chimon syok, ia bahkan tak bergeming, entah terlalu menakutkan mendengarnya hingga air mata jatuh begitu saja dari kedua matanya
"A...apa dokter ?" Tanyanya dengan suara bergetar
"Dokter, coba periksa lagi, mungkin ini salah" paksa chimon mulai menangis merasa hancur yang teramat sangat. Namun sang dokter menggeleng pelan.

Chimon terduduk dengan tangisnya, sekarang ia akan mengecewakan kedua orang tuanya, ia bahkan belum lulus SMA, dan baru akan ikut Ujian kelulusan. Tangisnya pecah disana dan sang dokter hanya menatap iba, chimon menangis sejadi-jadinya dengan tangisan pilu, ia bingung apa yang harus ia lakukan.

.

Nanon masih menunggu diruang tunggu, ia khawatir karena chimon sudah terlalu lama diruangan dokter, ia khawatir. Tapi akhirnya chimon keluar dari ruangan sang dokter dengan berjalan lesuh, seolah dunianya telah hilang
"Kau kenapa ? Kata dokter kenapa ?" Tanya nanon panik, chimon menggeleng pelan dan menyembunyikan surat keterangan kehamilannya dari sang dokter dibelakang tubuhnya
"Aku tak apa-apa kok" senyum tipis chimon
"Serius ? Tapi ..."
"Aku tak apa-apa, aku hanya kecapaian sama masuk angin saja" dusta chimon, tak mungkin ia jujur bisa-bisa nanon jantungan. Lebih parahnya kalau mengadu keayah ibunya bisa-bisa pluem dimarahi habis-habisan
"Oh, istirahat saja, besok tak usah kesekolah" ucap nanon berjalan disamping chimon untuk pulang bersama.

.
.
.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pregnant (Pluem - Chimon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang