Chapter 11

1.4K 101 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Chimon melirik Pluem disampingnya, ya seperti biasanya ia habis bercinta dengan lelaki itu, ia hanya baring dikamar Pluem, orang tua Pluem keluar kota karena memiliki bisnis hotel, sedangkan kedua adik Pluem pasti ambil kesempatan buat keluar kecan dengan kekasih mereka masing-masing. Chimon hanya berbaring sambil menatap Pluem yang memilih sibuk dengan handphonennya, sambil senyum-senyum sendiri. Sakit rasanya, mungkin ucapan teman-temannya benar, Pluem sudah tak cinta padanya, dia sekarang mungkin saja punya hubungan yang lain. Lalu bagaimana nasipnya sekarang. Chimon menyentuh perutnya, ia memendam rasa sesak didadanya sendiri.

Beda lagi dengan Pluem, ia hanya chattingan dengan sahabatnya Mike yang sedari tadi menganggunya dan mengejeknya

Beda lagi dengan Pluem, ia hanya chattingan dengan sahabatnya Mike yang sedari tadi menganggunya dan mengejeknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pluem tertawa puas sudah mengejek Mike, ia sama sekali tak sadar, bahkan Chimon sekarang salah paham dengannya. Chimon melirik Pluem ingin rasanya ia mengatakan bahwa ia hamil, tapi ia takut sekali, takut ucapan teman-temannya benar. Bagaimana bila Pluem tak terima ? Lalu meninggalkannya. Ia harus bagaimana.

"Ada apa ? Ingin mengatakan sesuatu ?" Tanya Pluem melihat Chimon yang sedari tadi menatapnya, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi Chimon terlalu takut hingga ia menggeleng pelan.


.

Chimon membolak-balik bukunya, ia masih tak fokus belajar dan melakukan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chimon membolak-balik bukunya, ia masih tak fokus belajar dan melakukan apapun. Ia uring-uringan dibangkunya membuat Nanon heran
"Kau kenapa sih ?" Heran nanon
"Kalau kau ada masalah, jangan memendamnya kau harus menyelesaikannya, kalau kau sembunyikan sampai aku jadi cucu raja Thailand, juga tak akan selasai" jengah nanon melihat sikap Chimon makin hari makin aneh, Chimon menatap sendu buku-buku dimejanya
"Selasaikan, agar kau tenang" ucap nanon lagi
"Tapi...."
"Atau kau akan tersiksa selamanya seperti ini" lanjut nanon. Nanon tak tau masalah sahabatnya tapi ia ingin Chimon menyelasaikan masalah apapun itu agar ia bisa melihat Chimon yang ceria lagi.

"Percaya, padaku. Selasaikan masalahmu. Berdiam diri bukan jalan yang tepat" ulang nanon meyakinkan. Chimon memejamkan matanya, benar, ia harus menyelasaikannya. Ia tak tau sampai kapan ia bisa menangung ini sendirian, setidaknya Pluem harus tau karena ini juga perbuatannya. Ia tak perlu ragu lagi, ia yakin Pluem tak sama dengan yang lain, ia percaya sepenuhnya dengan kekasihnya itu, kenapa ia meragukan Pluem. Selama ini Pluem pasti hanya mencintainya, ia pasti tak akan pernah meninggalkannya. Pluem lelaki yang baik, ia tau itu.

Chimon tersenyum kearah nanon, lalu berdiri. Ia sudah bertekad untuk kegedung sebelah, kampus Pluem. Ia akan menemuinya dan mengatakan yang sebenarnya terjadi
"Mau kemana ?" Tanya nanon
"Menyelasaikan masalah kan" ucap Chimon dan nanon tersenyum senang. Lalu Chimon keluar dari kelas mereka.

.

Chimon berjalan memasuki koridor kampus, ia berjalan kearah fakultas dimana Pluem berada disana. Namun, saat ia akan menemui kekasihnya itu, ia melihatnya bersama seseorang dan disana banyak berkerumun mahasiswa lain sambil mengoda Pluem bersama seseorang. Sepertinya disana ada acara mengatakan cinta
.

"Terima!!"

"Terima!!"

"Cieeeee terima!!"

"Terima!!"

"Peluk!!"

"Peluk"

Chimon bisa mendengar suara heboh mahasiswa-mahasiswa yang berkumpul disana mengoda Pluem dan seseorang itu, apakah Pluem benar-benar sama seperti yang lainnya ? kini ia mengajak jadian teman fakultasnya sendiri saat hubungan mereka belum berakhir. Chimon terluka, ia hancur tanpa sisa melihat Pluem memeluk seseorang itu dengan erat. Karena banyak mahasiswa lain Pluem tak melihatnya, saking menyesakkan dadanya, air mata Chimon jatuh bagitu saja menuruni pipinya.

Kakinya berlahan mundur dan berbalik pergi dari sana dengan keadaan yang kacau, ia bahkan berjalan dengan air mata yang jatuh tanpa henti, ia menangis tanpa suara. Pandangannya kosong, ia tak merasa bahwa jiwanya ada ditubuhnya sekarang. Sekarang ia tak punya apapun lagi, kekasihnya hilang, tubuhnya sudah kotor dan rusak, orang tuanya mungkin saja kecewa dan menanggung malu karena aibnya. Ia tak tau harus kemana, ia tak bisa berfikir apapun lagi, semua terlalu menyakitkan.

.
.

/Jam 17:42/

Chimon tertidur diruang UKS, tadi ia sudah tak berniat untuk ikut les tambahan ataupun pelajaran. Ia malah berakhir di UKS karena beban yang harus ia tanggung. Chimon melihat sekelilingnya dan semua sudah sepi, jelas, semua penghuni sekolah pasti sudah pulang. Ini sore bahkan langit sudah berwarna jingga. Chimon mengambil tasnya yang berada dimeja UKS. Ia berjalan keluar UKS dengan tatapan kosong, ia tak tau harus kemana, mau kerumahpun ia tak sanggup melihat orang tuanya, ia fikir hidupnya dan masa depannya sudah berakhir sekarang, tak ada yang tersisa.

Kakinya berlahan melangkah menaiki anak tangga sekolah, tasnya ia biarkan jatuh disalah satu anak tangga itu, air matanya masih jatuh dari kedua matanya menuruni pipi pucatnya, entah mengapa air mata itu jatuh sendiri walau ia tak menangis. Mungkin karena dadanya dan hatinya terlalu menyesakkan. Ia berjalan pelan, hingga akhirnya ia sampai diatap beton sekolahnya yang datar. Ia berjalan dengan rasa sakit yang teramat sangat, menuju pembatas atap beton itu lalu memandang kebawah dari atas ketinggian.

Perasaanya penuh rasa sakit, takut, kecewa, dan hancur. Tak ada yang tersisa dihidupnya, ia tak tau harus melakukan apapun lagi selain mengakhiri hidupnya.


.

.

Tbc

Pregnant (Pluem - Chimon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang