Chapter 4 (RATE-M)

2.3K 134 4
                                    

Warning! Khusus 18+ 🙏 mengunakan banyak kata-kata kasar tanpa sensor.

.
.

Pluem menarik tangan Chimon untuk masuk kerumahnya, ini bukan pertama Chimon kerumah kekasihnya itu tapi ini pertama kalinya ia kerumah Pluem dimana rumah itu kosong, tapi ia tetap mengikuti Pluem yang mengenggam jemarinya"Bayangkan aku sendiri di...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pluem menarik tangan Chimon untuk masuk kerumahnya, ini bukan pertama Chimon kerumah kekasihnya itu tapi ini pertama kalinya ia kerumah Pluem dimana rumah itu kosong, tapi ia tetap mengikuti Pluem yang mengenggam jemarinya
"Bayangkan aku sendiri dirumah, itu membosankan" ucap Pluem sambil menaiki tangga rumah mewahnya
"Phi kita mau kemana ?" Tanya Chimon polos
"Kekamarku" cuek Pluem, tak ingin berfikir yang aneh-aneh Chimon ikut saja, ia menaiki anak tangga hingga sampai kekamar Pluem.
"Ini kamarku disana kamar nanon, didepannya kamar Frank" jelas Pluem
"Kenapa kamarmu agak jauh dari mereka ?"
"Karena aku kakak, aku berkuasa, dan aku tak ingin diganggu dengan keberisikan mereka" jelas Pluem
"Dasar!" Ejek Chimon dan masuk kekamar Pluem saat kekasihnya itu juga sudah masuk. Chimon hanya duduk dipinggir tempat tidur Pluem dan melihat kamar kekasihnya itu yang begitu luas
"Dibandingkan kamar nanon, kamarmu jauh lebih luas" ucap Chimon, karena nanon sahabatnya tentu ia pernah dikamar nanon untuk curhat sampai kerja tugas bareng tapi baru kali ini ia masuk kekamar Pluem
"Jelas, karena aku anak pertama dirumah ini"
"Tidak adil" kesal Chimon dan Pluem hanya tertawa
"Kenapa, anak pertama selalu menang" sewot Chimon, mengingat ia juga anak bungsu yang dulu kakaknya serba spesial, untung kakaknya sudah nikah dan punya keluarga sendiri
"Karena anak pertama adalah cinta pertama orang tuanya" jelas Pluem sambil tersenyum
"Dimana-mana orang tua mencintai semua anaknya!" Chimon sensi.

Pluem malah tertawa karena berhasil mengerjai sang kekasih. Setelah menutup pintu Pluem melepaskan ranselnya, Chimon memandang Pluem yang berjalan kearahnya yang masih duduk dipinggir tempat tidur itu, Pluem sedikit menunduk memiringkan kepalanya dan mencium bibir Chimon, hanya kecupan yang lama-kelamaan menjadi ciuman panas, Pluem menghisap bibir bawahnya bergantian dan bermain-main dengan lidahnya, chimon memejamkan matanya. Tangannya tak tinggal diam, berlahan tangannya membuka beberapa kancing seragam chimon, sebenarnya Chimon ingin menolak tapi ia terlalu takut, takut membuat Pluem kecewa lagi, chimon bergerak gelisah saat jemari Pluem memilin nipplenya.

Pluem melepaskan ciuman basah dan panas itu, ia mendorong pelan Chimon agar berbaring ditempat tidurnya, merasa gerah, Pluem membuka bajunya sendiri dan langsung menindih Chimon, mencium perpotongan leher lelaki manis itu dan jemarinya kembali bermain dinipple sang kekasih
"Ahhh phi..." Entah mengapa Chimon malah mendesah menahan rangsang dari kekasihnya, ciuman Pluem turun berhenti diatas nipple yang begitu indah dimatanya, Chimon mengigit jemarinya, ia takut, tapi ia lebih takut membuat Pluem kecewa lagi. Ia memejamkan matanya saat Pluem mencium salah satu dadanya, Pluem menghisap nipple itu hingga meninggalkan besar memerah didada Chimon menandakan kepemilikannya atas tubuh itu
"Ahh..." Chimon bergerak tak nyaman saat Pluem menjilat nipplenya dan sesekali menghisapnya, tangannya hanya mampu meremas rambut Pluem yang ada diatas dadanya, entah sejak kapan kancing kemeja seragam chimon sudah terbuka seluruhnya.

Tangan pluem turun menyentuh paha Chimon yang masih tertutup celana seragam, lalu berlahan naik keselangkannya membuat Chimon tersentak kaget
"Phi...." Sungguh Chimon takut
"Tidak apa" ucap Pluem memohon padanya membuat Chimon dilema, tapi dia hanya anak polos yang takut kehilangan lelaki yang amat ia cintai, saking polosnya ia menjadi sangat bodoh
Kini Pluem membuka celananya membuatnya telanjang tanpa sehelai apapun sekarang, namun itu pemandangan yang amat indah untuk Pluem purim
"Tubuhmu bahkan sangat indah" jujur Pluem melihat tubuh putih mulus itu, ia kembali menindihnya, menghisap dan menjilat nipple yang kini menjadi favoritnya sedangkan satu tangannya menopang tubuhnya agar tak membebankan berat badannya pada sang kekasihnya, namun satu tangannya yang bebas kini turun menyentuh selangkangan Chimon yang terlanjang.

"Ahh phi...." Desahnya ia hanya mampu memejamkan matanya, tangan Pluem menyentuh miliknya memberikan sensasi aneh ditubuhnya, puas dengan dada Chimon, Kini Pluem turun hingga wajahnya tepat diselangkangan kekasihnya itu
"Phi....." Panik Chimon menarik kepala Pluem namun Pluem lebih dulu menunduk dan menjilat miliknya
"Ahh phi....." Desah Chimon ia menarik rambut Pluem yang kini menghisap milik privasinya dibawah sana sesekali lidah kekasihnya itu bermain-main mengelitiknya. Jemari Pluem berlahan masuk keholenya membuat Chimon menganggkat pinggulnya tak nyaman
"Phii....ahhh...." Satu jari Pluem masuk walau aneh namun itu tak terlalu sakit sampai dua jari kekasihnya itu masuk seolah melebarkan holenya yang sempit, sedikit perih bercampur rasa aneh yang ia rasakan namun ia tak ingin mengeluh.

Anehnya, sensasi itu berlahan menguasainya, membuatnya merasa nikmat hingga lupa diri
"Ahhh phiiii....." Ia bahkan mendesah menikmati jemari Pluem yang keluar-masuk dengan cepat diholenya ditambah hisapan kekasihnya itu pada miliknya dibawah sana, Chimon memejamkan matanya erat, kedua tangannya hanya bisa meremas seprai dengan erat untuk menahan sensasi aneh yang membuatnya melayang
"Ahhhh..." Chimon reflek sendikit menganggkat tubuhnya saat cairan yang sedari ia tahan kini tak bisa ia tahan lagi hingga ia orgasme untuk pertama kalinya.

Pluem tersenyum puas, ia melihat pemandangan yang amat seksi, chimon masih memejamkan matanya dan mengatur nafasnya, tapi Pluem kini berdiri dan membuka celananya sendiri, Chimon yang sudah membuka mata cukup syok melihat kekasihnya kini telanjang didepannya dan kembali menindihnya
"Phi...aku takut" jujur Chimon saat kejantanan Pluem kini berada didepan holenya, Pluem tersenyum, ia melihat wajah manis Chimon hanya beberapa senti dari wajahnya
"Tidak apa-apa, percaya padaku" ucap Pluem, Chimon memejamkan matanya
"Akhhh..."sakit, sangat sakit saat kepala penis Pluem berusaha menerobos holenya yang sempit.

Pluem berhenti sejenak, seharusnya hole Chimon sudah licin sekarang karena mengunakan cairan orgasmenya tadi sebagai pelicin, Pluem mencoba mendorong lagi
"Akhh phi...." Rasanya sakit, Chimon berusaha menahan, walau bagian bawahnya seperti terbelah
"Aarggg...." Teriaknya saat Pluem mendorong penisnya hingga masuk seluruhnya, Chimon yakin holenya lecet sekarang, Pluem sedikit khawatir saat merasakan cairan kental dibawahnya, hole Chimon lecet sekarang
"Akhh phi sakit" keluh Chimon
"Tenang sayang, ini hanya sebentar" ucap Pluem, ia berusaha tak bergerak, ia tak tega juga melihat Chimon kesakitan.

Berlahan setelah tenang, Pluem bergerak ia mendesah pelan menikmati hole sempit itu menjepit hangat miliknya, Chimon berusaha menahan sakit dan perih, semua sudah terjadi. Kini tubuhnya menjadi milik Pluem seutuhnya, ia makin takut bila suatu hari nanti Pluem meninggalkannya pada hal sudah sehancur ini, beberapa menit berlalu entah sejak kapan rasa perih diholenya menjadi terasa mengelitiknya, bahkan ia juga mengoyangkan pinggulnya menyeimbangi gerakan Pluem diatasnya, desahan demi desahan berlahan keluar dari bibir manisnya, ia melihat Pluem diatasnya, terlihat begitu tampan dan seksi sekali menikmati tubuhnya, diantara rasa takutnya ditinggalkan, ia juga merasa bahagia melihat Pluem bahagia dengannya sekarang ini.

"Ahhh phiii.. " sekali lagi, Chimon merasa sesuatu mengelitik perutnya dan membuat tubuhnya bergetar hebat, ia kini klimaks sampai pada puncaknya, rasanya ia seperti melayang, holenya menjepit erat milik Pluem, hingga pria itu tak bisa menahan lama juga, gairahnya bahkan sampai diubun-ubun kepalanya
"Ahhhh....." Ia mendesah puas, dan cairan spermanya keluar didalam hole kekasih manisnya itu. Pluem berusaha mengatur nafas dan tersenyum kearah Chimon yang kini terbaring kelelahan, Pluem puas sangat puas, kini Chimon menjadi miliknya saja.




.
.
.

Tbc

Pregnant (Pluem - Chimon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang