2.

5.6K 716 94
                                    

Jadi kemarin agak rame... mungkin banyak siders ya jadi b aja. Hehe

Happy reading

.
.
.
.

Siang itu sudah berlalu, berganti menjadi sore hari. Matahari mulai menenggelamkan tubuhnya, Haechan belum juga bangun dari kegiatan tidurnya di kamarnya, ah tidak, kamar Yangyang lebih tepatnya. Ia bahkan tak mengetahui kepulangan Yangyang.

Prangg!!

Haechan terbangun, telinganya mendengar suara barang terbuat dari logam terjatuh. Ia menyibak selimut yang ia pakai, tunggu, selimut? Haechan mendadak menghentikan pergerakannya. Setahunya, sebelum ia tidur, ia sudah melipat semua selimut dengan rapi dan meletakkannya ke rak selimut. Apa seseorang memakaikan selimut pada tubuhnya? Tetapi siapa orang itu? Tidak mungkin Yangyang kan.

Suara benda logam jatuh kembali terdengar di telinganya, masa bodoh dengan perkara selimut. Ia lebih baik mencari tahu sumber suara tersebut.

Ia terkejut menatap Yangyang berada di bar dapur dengan dua alat masak berada di lantai. Yangyang menatapnya tajam, rahangnya mengeras ketika menatap Haechan yang berhadapan jauh dengannya.

"Enak ya tidur ber jam jam? Sampai kamu lupa masak buat suami sendiri," Yangyang agak menekankan kata 'suami', Haechan tampak takut ketika mendekat ke arahnya.
"Saya tungguin kamu dari siang sampai sekarang, dan belum bangun juga," Yangyang menaikkan salah satu kakinya ke atas kursi ketika Haechan semakin mendekatinya.

Yangyang menggebrak meja, menatap Haechan yang menunduk ketakutan. Ia tak tahu bahwa Haechan mati matian menahan tangisnya, tak mau dianggap lemah.

"Kenapa diem aja hm? Bisu?" Yangyang menarik paksa rahang Haechan dan mencengkramnya kuat. Pertahanan Haechan melemah begitu saja, setetes demi tetes air matanya berlomba lomba untuk keluar.

"M- maaf.." Haechan bersusah payah berbicara karena tangan Yangyang mencengkram rahangnya kuat.

Yangyang melepaskan cengkeraman tangannya melihat air mata Haechan mengalir semakin deras, ia menurunkan kakinya.

"Ak- aku masakin ya?" Haechan berbicara dengan sedikit keberanian yang ia miliki, ia menatap Yangyang yang akan berjalan meninggalkan area dapur.

"Terserah"

Haechan berjongkok, membereskan kekacauan yang baru saja Yangyang buat. Meletakkan benda benda berserakan ke tempat semula kemudian duduk di kursi bar.

Ia mengelus perut buncitnya, merasakan tendangan kecil di perutnya untuk yang pertama kali.

"Maafin mama ya baby? Mama cengeng," Haechan mengusap pipinya yang basah, ia bangkit dari duduknya, berjalan menuju lemari es untuk melihat persediaan bahan makanan. Tidak ada banyak benda di dalamnya, stok bahan makanan mulai menipis. Ia sebaiknya segera mengganti pakaiannya dan pergi ke supermarket sekarang juga.

Haechan berjalan tepat melalui Yangyang yang sedang membaca majalah di ruang tamu. Merasa Yangyang memperhatikannya, ia menoleh, menatap Yangyang balik.

"Aku mau ke supermarket, makanan di kulkas tinggal sedikit,"

"Oh"

*

Haechan keluar dari supermarket membawa dua kantong besar berisi bahan makanan. Waktu sudah menjelang malam, taksi yang ia tumpangi tadi memang tidak ia minta untuk tetap menunggunya. Dan kini ia bingung harus pulang dengan kendaraan apa. Bersamaan dengan ini, mobil Yangyang tampak berjalan melalui supermarket namun tidak berhenti untuk menjemput Haechan dan pergi entah kemana. Dan Haechan sendiri tak menyadari itu.

FADE AWAY - YANGHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang