13.

4.2K 367 18
                                    

Hari ini, sejak siang tadi Yangyang memang terus berada di rumah Haechan. Selain karena hubungan mereka yang agak membaik, karena Haohao juga yang tak mau Yangyang pulang.

Haohao malam ini sudah tertidur di kamar Haechan, kala Yangyang duduk di sofa kamar Haechan bersama Haechan yang duduk di sebelahnya sambil menonton televisi. Mereka sejak tadi hanya diam tanpa obrolan apapun dan sesekali menatap anak mereka yang sedang tidur, tak jarang juga Yangyang menguap karena mengantuk, ia akhir akhir ini biasa tidur awal, kecuali saat akhir pekan.

"Udah ngantuk ya? tidur aja gih sama Hao," tanya Haechan menatap Yangyang lembut.

"Nanti aja, saya pulang aja ke apart nanti." Yangyang mengusap wajahnya sendiri, berusaha menghilangkan kantuknya karena ia harus mengemudi untuk kembali ke apartementnya nanti.

"Gak, apasih, kita ini suami istri, ya harus satu rumah dong." Haechan mencebikkan bibirnya, ia bahkan lupa akan rasa bencinya pada Yangyang.

"Saya belum mandi, baju saya dari pagi masih ini, bau, kamu yakin biarin saya di sini?"

Tanpa perintah dan aba aba, Haechan langsung berdiri menarik kerah jas Yangyang, membuka jas yang Yangyang pakai kemudian melepasnya. Haechan juga melepas kemeja yang Yangyang pakai hingga tersisa kaus dalamnya saja.

"Mandi di sini, ada baju bang Hendery kok, aku masakin air ya? mau ngopi dulu sambil nunggu air mateng? atau mau aku masakin sesuatu? kamu kan belum makan malem hyung?" Pertanyaan beruntun dari Haechan membuat Yangyang tersenyum.

"Kok bisa ya orang sebaik kamu ini punya suami kaya saya, saya minta maaf ya? saya udah sia siain kamu, saya merasa jadi orang paling bodoh di alam semesta." Yangyang tersenyum tipis, ia meraih tangan Haechan yang membawa kemeja dan jas kerjanya kemudian mengecup punggung tangannya.

Jantung Haechan semakin berdegup kencang, pipinya sudah memerah seperti tomat. Jadi seperti ini rasanya kasih sayang suami?

"Hyung ngomong apa sih?"

"Kalau waktu itu saya gak mabuk, mungkin kamu udah nikah sama Mark ya? dan saya masih single..." Lagi lagi Yangyang tersenyum, ia bersandar pada sofa menatap langit langit kamar.

Haechan jujur tidak kuat dengan pemandangan didepannya, wajah mengantuk Yangyang ditambah otot bisep Yangyang yang menghiasi lengannya.

"Yakin single?"

"Yakin lah, saya gak pernah suka sama siapapun, lima tahun tanpa kamu, saya lebih sering minum daripada cari selingkuhan." ucap Yangyang, ia menarik Haechan untuk duduk kembali di sampingnya.

"Kenapa? bukannya hyung gak cinta aku? kenapa gak cari selingkuhan aja?"

"Boleh?"

Haechan menggeleng cepat, Yangyang terkekeh geli menatapnya. Haechan kini terdiam, ia merasa seperti baru saja jatuh cinta, meskipun ia sudah lama mencintai Yangyang tanpa dibalas perasaannya.

"Saya gak sempet, habis ditinggal kamu saya gak tau harus ngapain, saya beberapa bulan gak pergi kantor, pikiran saya rasanya kacau banget, diri saya gak keurus, tiap malem saya minum, paginya nangis inget kamu, di situ saya sadar kalo ternyata saya cinta sama kamu, tapi saya telat. Pas saya mau temuin kamu ke rumahmu, saya malah dipukul Hendery." jelas Yangyang panjang, ia seperti menceritakan kisah hidupnya sepanjang lima tahun ini.

"Maafin bang Hendery, dia emang gitu, dari dulu kan?" Haechan tersenyum remeh, ia bangkit dari duduknya berniat untuk pergi ke dapur dan memasak air.

"Mau kemana?"

"Masak air buat hyung mandi, aku gak tega hyung mandi pake air dingin." Haechan berjalan melewati Yangyang, namun berhenti sebelum keluar kamar karena suara Yangyang menginterupsi.

"Saya ikut."

"Aku cuma mau ke dapur??? ngapain??"

"Pokoknya saya mau ikut."

*

"Sambil nunggu air mateng mau makan dulu?" Haechan bertanya pada Yangyang sambil melihat lihat isi kulkas setelah ia menyalakan kompor untuk memasak air, bulan ini ia belum berbelanja lagi.

"Kamu mau masak apa emang?"

"Hyung mau makan apa? ada soto, rendang, ayam geprek, kari ayam, iga bakar." ucap Haechan membuat Yangyang terkejut, mendengar macam makanan yang Haechan sebutkan membuatnya berpikir apakah Haechan memasak begitu banyak?

"Kam-"

"Dalam bentuk mie instan, hehe..."

"Astaga... hm, tapi saya udah sering masak mie instan sih, emang gapapa?"

Haechan terkekeh mendengar penuturan Yangyang, ia memang tahu jika suaminya itu tidak bisa memasak. Ia pikir selama ini Yangyang selalu membeli makanan dari luar.

"Hyung mau order aja? pizza? atau makanan apa, seenggaknya hyung makan malem."

Yangyang menggeleng, "Enggak deh, saya gak pernah pesen makanan lewat dari jam sepuluh malam, saya langsung mandi aja sekarang ya?" Yangyang mengelus rambut Haechan lembut, ia mengambil handuk yang Haechan siapkan untuknya kemudian hendak pergi ke kamar mandi.

"Airnya belum panas hyung..." Haechan menghela napasnya, ia bingung mengapa Yangyang buru buru sekali.

"Saya biasa mandi pakai air dingin kok, kamu gak usah khawatir." Yangyang tersenyum tipis, ia mematikan kompor karena merasa air hangat itu tak terlalu diperlukan.

"Gak boleh dibiasain gitu! malem tuh dingin, nanti sakit gimana?!"

"Gak Chan.. buktinya saya sehat sehat aja.."

"Gak! pokoknya nyalain lagi kompornya! duduk dulu! tunggu airnya panas! nurut aku kenapa sih??!" wajah Haechan memerah karena kesal pada Yangyang, mengapa Yangyang keras kepala sekali sih.

"Yaudah iya..."

*

Haechan sudah terlelap bersama Haohao di kasurnya, berbeda dengan Yangyang yang kini hanya duduk di sofa untuk menjaga mereka. Ia sesekali memperhatikan wajah damai ibu dan anak yang wajahnya sangat mirip.

Yangyang sebenarnya mengantuk, dirinya beberapa kali menguap namun tak juga pergi tidur. Rumah Haechan yang bisa dibilang kecil ini hanya memiliki satu kamar.

"Hyung??" Haechan terbangun di tengah tidurnya, ia menatap suaminya yang terlihat mengantuk sambil duduk di sofa.

"Eh? kamu bangun? kenapa?"

"Hyung gak tidur? udah malem loh ini, sini tidur sebelah aku." Haechan berbicara dengan suara seraknya, ia menggeser posisi Haohao kemudian menepuk ruang kosong di sebelahnya.
"Sini, tidur bertiga."

"Beneran?"

"Iyalah, ngapain boong?"

Yangyang hanya menjawab dengan kekehan, ia berjalan ke kasur dan membaringkan tubuhnya di samping Haohao. Posisi mereka kini berada di kanan dan kiri Haohao.

Haechan terus menatap wajah Yangyang sambil tersenyum.

"Kita keliatan kaya keluarga bahagia ya? tidur bareng sama anak." Haechan berbicara pelan, takut membuat Haohao bangun.

"Hmm..." Yangyang menguap lagi, ia sangat mengantuk.

"Tidur gih, udah ngantuk itu."

"Okai... good night," Yangyang berbicara kemudian mengubah posisinya menjadi miring ke kanan, menghadap Haohao dan Haechan.

"Good night my husband... i love you."

"I love you too."









tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FADE AWAY - YANGHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang