17. Gosip Sekolah

5K 451 14
                                    

Atlantas menarik pergelangan tangan Abel hingga ke depan kelas cewek tersebut. Di dalam kelas, Naida dan Cassia melototkan kedua matanya. Semenjak insiden pengakuan kecil Atlantas terhadap Abel di lapangan kemarin, mereka belum bisa menebak hubungan seperti apa yang tengah Abel dan Atlantas jalani saat ini.

Sudah banyak desas-desus yang tersebar ke seluruh penjuru sekolah. Istilah mudahnya, gosip.

“Kak, lepasin. Bikin malu aja.”

Atlantas melepaskan pegangannya. Meneliti ke dalam kelas X IPS-1 yang pada heboh. Ia mengangkat bahunya acuh. Biarkan saja.

“Pulang gue jemput.”

“Nggak usah,” tolak Abel cepat. “Abel bisa sendiri, kok.”

“Jangan menolak!”

“Jangan memaksa!” balas Abel.

“Terserah. Tapi, malau lo berusaha kabur kaki lo gue patahin, mau?”

“Jahat!”

“Persetan.”

Abel memajukan bibirnya. “Kalau Abel di bully kayak di novel-novel gimana?" tanyanya hampir dengan kedua mata yang berkaca-kaca. “Kak Atlas tau, kan, kalau kita sekarang jadi pusat perhatian satu sekolah? Mau di letak di mana wajah Abel setalah ini, hah?!” Abel menutup wajah frustasi.

“Abel nggak suka dijadiin gosip satu sekolah!”

“Lo punya dua tangan buat nutup telinga. Jadi nggak bakal denger gosip dari mereka.”

“Kak Atlas ....” Geram Abel seraya meremas kuat kedua sisi roknya.

“Nggak ada penolakan! Pulang bareng gue.”

Egois! Abel mengatur napasnya yang tiba-tiba jadi menderu cepat. Demi apapun, Atlantas itu benar-benar menyebalkan.

“Meresahkan!”

Naida menarik lengan Abel memasuki kelas cepat, dan Cassia menutup pintu biar para siswi-siswi dari kelas sebelah tidak terlalu berkerumunan.

“Lo hutang penjelasan ke kita berdua, Bel.”  Naida melipat tangannya di atas dada. “Ralat, bertiga sama Mitsuko.”

“Iya, tuh,” sahut Cassia.

Abel mengacak-acak rambutnya yang tergerai rapi. Ia merasa hampir frustasi. “Abel nggak da hubungan apa-apa sama Kak Atlas.”

“Terus yang kemarin apa?” tanya Naida benar-benar kepo.

“Ya, Abel juga nggak tau. Pokoknya ini tuh cuman salah paham doang! Abel nggak ada hubungan apapun, kok, sama Kak Atlas. Percaya, deh.”

“Gue sih percaya aja. Cuman kenapa Atlantas kemarin gitu, ya?” tanya Cassia.

“Dia sakit, mungkin.” Mitsuko mematikan ponselnya. Menatap ke arah tiga cewek di depannya yang tampak terkejut. “Biasa aja mukanya. Itu kan cuman dugaan gue.”

“Bercanda mulu lo! lagi serius, nih!” Omel Cassia kepada Mitsuko.

Abel memilih untuk duduk di kursinya. Menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan. “Ya Allah, kenapa harus Abel? Di Delton kan banyak cewek cakep-cakep, kenapa nggak mereka aja, sih?”

Naida merasa iba. “Sabar ya, Bel. Pasti si Atlas-Atlas itu lagi iseng doang. Kalau enggak ya ketempelan roh halus.” Ia mengusap-usap pelan punggung Abel yang dilapisi jaket kebanggaan anak Bandidos.

“Tumben pakai jaket ini, Bel.”

“Dipaksa sama Kak Atlas pagi tadi.”

“Gimana ceritanya coba?”

ATLANTAS || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang