33. Mimpi Abel

4.3K 378 15
                                    

“Mungkin diam dalam kagum, kemudian berubah menjadi rasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mungkin diam dalam kagum, kemudian berubah menjadi rasa. Adalah maju dengan mundur. Teriakan malam dahulu kala, kemudian mereda di pagi buta. Adalah mimpi dengan nyata,” —Abel.

🏍️🏍️🏍️

Rumah Sakit Mahavir, 10 tahun silam.

Namanya Arabella Egda. Gadis bungsu dari 3 bersaudara. Keturunan Kalimantan yang dilahirkan di Kota Jakarta.

“Abel! Panggil aku Abel!”

Seperti pada anak-anak gadis lainnya. Abel kecil hanya bisa bersenang-senang bersama banyak orang.

“Bukankah anak kecil memang seperti itu? Mencari teman untuk bersenang-senang.”

Dan hari ini adalah hari kedelapan Abel di Rumah Sakit setelah Oma-nya dinyatakan sakit parah oleh pihak medis.

Abel berjalan sendirian menuju taman Rumah Sakit yang terlihat sangat sepi.

“Apa Abel kecepatan ke sini?” monolognya dalam hati. “Dia datang, kan?”

Sebenarnya akhir-akhir ini Abel merasa tertarik dengan seorang anak laki-laki yang dua hari lalu selalu duduk sendirian di kursi taman. Abel mengambil inisiatif untuk mendekati anak laki-laki tersebut dan mengajaknya berteman.

“Kalau dia nggak datang hari ini mungkin besok bisa Abel tunggu lagi.”

Hampir belasan menit dia menunggu, hingga akhirnya orang yang ia nantikan kedatangannya menunjukkan diri.

Anak laki-laki tersebut berjalan dengan tegak tanpa ekspresi. Namun, anak dia memiliki bola mata yang biru. Sebiru air di laut. Sangat menenangkan. Abel menyukainya.

“Hai,” sapa Abel berdiri dari duduknya.

Meraka berhadapan.

Dengan jarak hampir satu meter, Abel memasang senyuman lebar. “Abel udah nunggu kamu dari tadi.”

Anak laki-laki tersebut mengernyitkan dahinya.

“Itu bukan urusanku,” ketusnya membuat Abel terdiam. “Menjauhlah dari sini! Itu tempat wewenangku.”

“Ini tempat umum,” sahut Bella. “Abel bebas duduk di mana saja, bukan?”

Anak laki-laki tersebut mengacuhkan Abel. Segara duduk di kursi tersebut dan membuka buku Ensiklopedia setelah meletakkan dua tongkat penyangga tubuhnya ke samping.

ATLANTAS || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang