08. Markas Vagos

6.7K 581 22
                                    

“Hidup itu mudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Hidup itu mudah. Kalau ada yang pergi, relakan. Ada yang datang? Sambut saja. Tapi, terkadang manusianya sendiri yang membuat sulit.”

🏍️🏍️🏍️

Sebenernya ini sangat menyusahkan untuk Atlantas. Ia sudah menduga, kalau cewek tersebut—Abel, tidak akan menuruti perkataannya dan beruntung, ia sudah memasang alat pelacak di jaket tersebut. Hanya Sean yang tau akan hal itu, karena alatnya terhubung ke ponsel cowok tersebut.

Atlantas mengguyur rambutnya ke belakang, lalu turun dari motor hitam besarnya dengan wajar datar. Di depannya, Markas Vagos—tempat Abel di sekap.

Lo sudah sampai, kan? Yakin lo sendirian?” tanya Sean dari seberang sana. Suara tersebut membuat Atlantas berdecih. Ia membenarkan letak earphonenya di sebelah telinga kiri.

“Bacot!”

“Sialan! Gue cuman nanya doang.”

“Nggak mutu.”

“Ck, gue cuman mau bilang, anak-anak bandidos lainnya gue suruh kumpul di rumah Anji. Gue bilang masalah Abel lo yang bakal kelarin. Tapi Banu malah nggak setuju. Nggak ada pilihan lain, gue kasih tau lo ada ada di markas Vagos. Kayaknya bentar lagi Banu bakalan sampai ke sana.”

Atlantas menghela napas pelan. “Terserah!” setelah itu ia tidak memperdulikan lagi suara-suara Sean dari seberang sana. Dengan perasaan yang diliputi rasa amarah, Atlantas melepas earphone tersebut dan memasukannya ke dalam kantung celana.

Langkahnya yang panjang dan wajah yang datar, membuat beberapa orang yang berjaga di depan markas Vagos seketika bergemetaran. Desas-desus kekalahan Geng Hunter beberapa hari yang lalu sudah menyebar luas. Membuat semua orang semakin merasa takut dengan kedua geng Bandidos tersebut.

Brak

Atlantas mendendang salah satu kursi yang terbuat dari plastik hingga terpental jauh, membuat Ferdi—salah satu cowok yang berjaga depan pintu, mendesis.

“LO?!”

“Mana cewek yang di bawa Vagos?“ tanya Atlantas tanpa basa-basi.

Ferdi terkekeh sinis. “Hubungannya sama lo apa, heh? Cewek lo? Mantab juga, sih, udah di apa-apain sama Boss.

“Keparat!” Tanpa aba-aba Atlantas langsung menyerang Ferdi, memukul telak pada wajah cowok tersebut hingga babak belur. Tapi Atlantas belum puas. Dengan kasar ia mengangkat kerah baju Ferdi lalu mencengkeramnya erat dan menjambak rambut Ferdi kasar hingga membuat sang empu menjerit kesakitan.

ATLANTAS || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang