18 - Sebuah Titik Gelap

4.2K 612 312
                                    

Ini hanyalah fiksi belakang, karakter dalam cerita adalah buatan penulis semata. Penulis hanya meminjam nama dari artis kesayangan kita semua, NCT dan WAYV~

.

HAPPY READING

.

Mendengarkan komplain pekerja adalah salah satu pekerjaan Ten. Dia berusaha untuk tidak pernah sakit hati ketika mendengarkannya. Toh, yang dia marahi itu perusahaan, bukan dia. Jadi pagi ini, ketika salah satu pegawai mudah datang padanya dan langsung marah-marah terkait bonus yang tidak kunjung turun, dia hanya tersenyum.

"Iya. Pencairannya sedang kami urus kok. Sabar ya?"

"Sabar-sabar! Anak istriku sudah kelaparan menunggu uangnya cair! Dasar perusahaan bobrok!" 

Hanya senyum saja yang bisa Ten tunjukkan kepadanya.

Nyatanya kejadian itu membuat mood Ten agak turun. Dia mendiamkan saja Jaehyun yang beberapa kali mengajaknya mengobrol di tengah kerja.

"Ten, bisa tolong aku sebentar? Ada pembeli." Doyoung tiba-tiba masuk ke ruangan untuk menemui Ten.

Namun kalimat yang diucapkan omega itu membuat dari Ten mengernyit.

"Pembeli?"

"Iya. Katanya mau membeli dalam skala besar, jadi langsung ke pabrik biar lebih murah. Tapi ini tugasnya siapa ya? Aku bingung jadi minta tolong kamu."

Ten langsung berdiri dari kursi dan berjalan mengikuti Doyoung ke halaman depan pabrik.

"Johnny hyung harusnya yang mengurus ini. Ke mana dia?" Gerutu Ten.

"Tadi keluar naik mobil. Aku kira dia pamit kamu."

"Tidak tuh...."

Mata Ten memicing ketika seseorang yang dia kenal sedang berdiri di depan pabrik. Senyumnya mengembang hingga membuat kian rupawan wajahnya.

"Hi..." Sapanya.

"Kamu yang mau beli?" Tanpa basa-basi, Ten bertanya. Membuat orang yang menjadi lawan bicaranya agak salah tingkah.

Merasa bahwa tugasnya sudah selesai dan situasi di antara dua orang itu kian kelam, Doyoung buru-buru pergi.

"Sudah lama kita tidak bertemu. Masa seperti itu caramu menyapa?"

Ten menghembuskan napasnya untuk mengatur emosi yang makin tidak karuan.

"Halo Taeyong hyung. Ternyata kamu yang mau beli?"

Taeyong tersenyum puas. 

"Bagaimana kabarmu?" Ucapnya setelah melihat Ten dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Sebenarnya Ten sedang tidak mood untuk meladeni ocehan siapapun lagi setelah mendengar keluhan karyawannya pagi ini. Apalagi jika itu berasal dari bibir orang yang dulu pernah ingin dicabik-cabiknya.

"Seperti yang hyung lihat. Baik." 

Taeyong tidak berhenti menatap. Ten merasa tidak nyaman dilihat seperti itu terus. Akhirnya dia kembali menanyai sang beta.

"Kenapa hyung jauh-jauh pergi ke sini? Ada banyak tempat di mana hyung bisa beli arak kami."

"Perusahaan tempatku kerja sedang ingin berhemat. Beli di pabriknya langsung bukannya lebih murah?" Taeyong kemudian berjalan menuju bangku panjang di depan pabrik. Dia duduk di sana dengan nyaman. 

Entah mengapa Ten merasa jengah melihat tingkah mantannya itu. Tidak ingin membuatnya berlama-lama harus berurusan dengan Taeyong, Ten segera mengambil ponsel untuk menghubungi Johnny.

Unrealistic Love | JohntenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang