Rumah Allah

255 100 98
                                    


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

"Caper itu sama Sang Pencipta,
Bukan sama manusia."

~Abidzar Al-Ghifari~

Bel istirahat sudah terdengar, seluruh siswa SMA Bulan berhamburan keluar kelas. Begitu pula dengan Al, kini dia berjalan keluar dengan satu tangan dimasuk ke dalam kantong celana, dan satu tangannya lagi memegang kitab suci Al-Qur'an.

Ke manakah kini dia melangkah? Al, melangkahkan kaki menuju mushola yang letaknya tak jauh dari kelas. Dari kelas sepuluh hingga sebelas, baru kali ini saat kelas dua belas Al berniat untuk ke mushola yang ada di sekolahnya. Karena biasanya, Al selalu melaksanakan sholat di masjid dekat sekolahnya.

Mengapa begitu? Karena dulu, Al dengar jika musholanya sudah rusak dan tidak layak untuk dipakai, malah dijendela mushola tertulis 'Mushola sedang dalam perbaikan'. Namun, sampai sekarang musholanya belum juga selesai diperbaiki, dan membuat Al penasaran mengapa begitu?

Tak lama, dia pun sampai di sana
dan langsung membuka sepatu.
Kemudian, dia melangkah masuk tak lupa membaca doa masuk masjid, ketika masuk matanya mengitari mushola, terlihat banyak debu, ada sarang laba-laba, Al-Qur'an dan mukena yang tidak tertata dengan rapi.

"Musholanya gak rusak, cuman berantakan dan banyak debu doang. Tapi, kenapa katanya mushola ini harus diperbaiki?" monolognya.

Al pun berinisiatif untuk membersihkan mushola itu, dia mengambil sapu yang ada di sana. Sebelum menyapu lantai, Al menggulungkan karpetnya terlebih dahulu, kemudian menyenderkan ke dinding.

Setelah itu, Al pun menyapu lantai, saat ia sedang menyapu tiba-tiba ada yang melempar kertas ke arahnya hingga membuatnya menoleh.

"Kamu lagi, kenapa kamu lemparin ini?" tanya Al pada dua orang laki-laki yang berdiri diluar mushola menatap Al dengan tatapan remeh.

"Dia kenal sama lo, Vel?" Dia menepuk pundak temannya.

"Itu yang tadi pagi gue bilang gak takut sama gue," jawabnya.

"Oh, jadi elo." Laki-laki itu manggut-manggut dengan tatapan yang tak lepas dari Al.

"Imas, lo kenal dia?"  tanyanya.

"Dia sekelas sama gue, tadi juga dia bikin gue dihukum. Ini anak pinter banget caper sama guru,"
ujarnya.

"Saya gak caper sama guru," ucap Al.

"Halah, gak usah ngeles lo! Sekarang juga ngapain ke mushola ini, pake acara bersih-bersih. Pasti lo mau caper 'kan, biar dikira anak rajin?" tanya Dimas.

"Apa untungnya caper sama manusia? Kalau mau caper, harusnya caper sama Sang Pencipta, bukan sama manusia!"

Setelah mengucapkan itu, Al tidak memperdulikan lagi keberadaan mereka berdua. Al memilih melanjutkan aktivitas menyapu, dilanjutkan mengepel, dan menata barang-barang yang ada di sana. Lalu, bagaimana dengan Marvel dan Dimas? Mereka masih terdiam layaknya patung, namun matanya terus mengikuti gerak-gerik Al.

Setelah semuanya selesai, dan mushola sudah terlihat bersih. Al memutuskan untuk melaksanakan sholat dhuha, tak lupa mengambil air wudhu.

Man Jadda Wajada(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang