Nyata ataukah Mimpi?

73 21 30
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

"Sebuah kesalahan itu bukan diakhiri dengan penyesalan, tetapi diakhiri dengan perbaikan."

~Alisa Nasila Rafila~

🌎🌎🌎

Rasa sakit begitu terasa, hingga merasa tubuh remuk tak berdaya. Entah sudah berapa puluh kali cambuk itu mengenai pemuda berpakaian serba hitam. Dia berteriak kesakitan juga meminta tolong agar seseorang menghentikan pukul itu. Panasnya api yang mengelilingi dirinya pun begitu terasa, seperti berada dalam neraka.

"Tolong! Siapapun tolong!"
Dia kembali berteriak. Tetapi,
tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Di sini hanya ada
dia dan seseorang yang terus memukulnya. Namun, orang itu
tidak terlihat jelas wajahnya.

"Tolong ampuni gue! Gue tau gue banyak dosa, tapi jangan hukum gue kayak gini!" Permintaan pemuda tersebut tidak digubris oleh orang itu.

"Tolong!"

Seorang pemuda baru saja terbangun dari mimpi buruknya. Napasnya terengah-engah, keringat dingin pun bercucuran. Dia merasa mimpi tersebut begitu nyata, sebab tubuhnya terasa sakit. Sehingga rasa takut masih menghinggapinya. Ternyata di depannya ada seorang gadis berhijab yang sedang memberikan tatapan bingung.

"Lo siapa? Lo yang mukulin gue, ya?" Sontak pertanyaan yang terlontar dari pemuda berjaket bomber membuat gadis itu membulatkan mata.

"Gue gak bermaksud mukulin lo, gue cuma bangunin lo pake ini!" Gadis tersebut menunjukkan sapu lidi yang sedang dipegangnya.

"Lo mau bangunin orang, apa KDRT? Pantesan badan gue sakit-sakit. Lo pasien RSJ mana?" serunya.

"Astagfirullah, kalau punya mulut tuh dijaga! Kalau gue gak bangunin lo, mungkin lo yang dibawa ke RSJ karena teriak-teriak gak jelas," sahutnya.

"Lo kan bisa tepuk bahu gue, gak harus pake acara dipukul pake sapu lidi!" titah pemuda itu.

"Jadi cowok lembek amat, baru dipukul pake sapu lidi aja udah bilang sakit. Gimana kalau gue pukul pake kayu beneran?" omelnya.

Pemuda yang tak lain adalah Marvel tidak kembali menanggapi ocehan gadis tersebut. Dia masih memikirkan mimpi tadi. Mimpi tersebut seperti petunjuk karena selama lima hari ini dia dihantui rasa bersalah. Ya, setelah mengantar dan meninggalkan Al begitu saja di rumah sakit, Marvel tidak tenang-tenang saja. Entah kenapa hatinya selalu dilanda kecemasan. Perkataan Pak Rafly pun terus terngiang di kepalanya. Sehingga, dia bertanya-tanya begitu besarkah kesalahan ia pada Al?

Walaupun dirinya selalu dihantui rasa bersalah, dia belum berniat meminta maaf kepada Al. Hal tersebut karena rasa gengsi yang masih menjadi penghuni hati. Setelah mimpi mengerikan tadi, apakah dia akan meminta maaf? Entahlah, dia jadi bingung sendiri.

Sementara itu, wanita yang tadi berdebat dengannya terus memperhatikan Marvel yang sedang melamun.

"Ni orang emang harus dibawa ke RSJ kali, ya. Tadi teriak-teriak sekarang ngelamun," gumamnya.

"Gue denger," ujar Marvel tanpa menoleh kepada gadis tersebut.

"Padahal gue ngomong pelan dan gak jelas, tapi dia masih bisa denger? Cowok aneh emang," batinnya.

Man Jadda Wajada(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang