Skincare

102 57 7
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sebuah tempat yang ditumbuhi berbagai macam bunga yang indah, banyak orang berkunjung ke sana menikmati keindahan alam. Ada beberapa anak kecil yang
sedang berlari kecil bersama teman-temannya, ada juga anak kecil yang sedang bermain sepak bola bersama ayahnya.

Seorang laki-laki berhoodie hitam sedang duduk di kursi panjang, seulas senyum tercetak di wajahnya kala melihat kebahagiaan dari seorang anak dan ayahnya. Dia jadi teringat masa kecil yang berbanding terbalik dengan anak itu, dia tidak pernah diajak bermain bersama ayahnya. Masa kecilnya hanya ditemani buku-buku yang tidak ia minati
untuk dibaca. Namun, sang ayah memaksanya hingga dia selalu menurut saja.

Kemudian, tangannya masuk ke saku hoodie untuk  mengambil handphone yang sudah dipasangi earphone. Lalu, dia menyumpal kedua telinganya. Suasana di taman sore itu, sungguh tenang dan nyaman. Dia menjadi enggan beranjak dari sana. Pandangannya masih terfokus pada anak kecil yang sedang bermain dengan ayahnya, sampai dia tidak menyadari kalau ada seseorang yang baru saja duduk di sebelahnya.

"Fokus banget." Ucapan dari seseorang yang tiba-tiba, membuatnya menoleh. Walaupun menggunakan earphone, dia masih bisa mendengar ucapan orang itu. Karena, volume suaranya ia kecilkan.

Laki-laki itu pun menoleh."Ada yang bisa saya bantu?"

"Gue gak mau minta bantuan lo, gue cuman numpang duduk di sini aja. Gak papa 'kan?" tanya gadis itu.

Yang menghampirinya memanglah seorang gadis berseragam putih abu seperti dirinya. Namun, logo dibaju mereka berbeda.

"Kamu gak perlu minta izin sama saya, saya bukan pemilik taman ini," sahut laki-laki itu.

"Oke, lo ngapain di sini?" tanyanya lagi.

"Saya cuman nenangin diri aja," jawabnya.

"Ouh, gue liat lo fokus banget liatin anak kecil yang lagi main sama bokapnya. Mereka keluarga lo?"

"Bukan."

"Terus?"

"Mereka orang lain. Saya cuman inget masa kecil aja."

"Masa kecil lo sama kayak dia?" Gadis itu mengikuti arah pandang laki-laki tersebut.

"Enggak, masa kecil saya berbanding terbalik sama dia."

"Kok gitu?" tanyanya yang beralih pandangan, dia menatap laki-laki itu sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ya, beda aja."

Gadis itu paham, bahwa laki-laki yang sedang duduk dengannya tidak mau menceritakan masa kecilnya. Karena tidak  semua hal bisa diceritakan pada orang lain. Apalagi, mereka tidak saling kenal. Bisa dibilang orang asing.

Ketika mereka sama-sama terdiam, ada dua gadis berseragam putih abu yang akan melewati mereka. Namun, sebelum melanjutkan langkahnya, mereka berhenti tepat di depan dua orang yang sedang duduk itu.

"Kak, mau tanya sesuatu dong," ucap gadis berhijab segi empat itu.

"Lo ngomong sama gue?" tanya gadis yang sedang duduk sambil menunjuk dirinya,"atau sama dia." Dia kemudian menunjuk laki-laki yang ada di sampingnya.

"Kakak!" Gadis berhijab itu menunjuk gadis yang sedang duduk.

"Tanya apa?" tanyanya.

"Kak, kalau boleh tahu, Kak pake skincare apa sih? Kok mukanya bisa cantik dan glowing gitu?"

Man Jadda Wajada(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang