Pesantren

222 98 48
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.

(Q.s Al-Baqarah :117)

Sore itu, seorang pemuda baru saja memberhentikan motor trailnya di depan gerbang pesantren. Dia pun turun dari motornya, tak lupa membuka helm, kemudian menghampiri pos satpam yang ada
di sana.

"Assallamu'aikum, Pak," ucapnya.

"Wa'alaikumussalam, Den Al kok udah lama gak ke sini?" tanya Satpam itu yang terlihat akrab dengan Al.

Al? Iya, Abidzar Al-Ghifari. Sepulang sekolah, dia berniat mengunjungi Pondok Pesantren Ar-Rahman yang letaknya tak jauh dari sekolah.

"Iya, Pak. Maaf baru sempet ke sini lagi, soalnya saya juga sibuk sekolah. Apalagi sebentar lagi ujian," jawabnya.

"Oh gitu ya, Den Al kabarnya baik 'kan?" tanyanya.

"Alhamdulilah baik, Pak Yusuf gimana kabarnya?" tanyanya balik. Pak Yusuf, dia adalah satpam di Pesantren Ar-Rahman.

"Alhamdulilah baik juga," jawabnya sambil tersenyum.

"Syukur kalau gitu." Al membalas senyum Pak Yusuf.

"Eh iya, hampir lupa. Ayo masuk!" ajak Pak Yusuf sambil membuka gerbang.

Al pun menganggukan kepala tak
lupa dengan senyum manisnya, dia kembali menaiki motor dan masuk ke halaman pesantren. Setelah memarkirkan motornya, Al turun sambil membawa dua kantong kresek yang tadi menggantung di motor.

"Sini saya bantu!" Pak Yusuf hendak mengambil barang bawaan Al, namun pergerakannya terhenti.

"Biar saya aja Pak, saya gak mau ngerepotin Bapak. Lagian Bapak juga harus jaga di depan 'kan?" tanya Al.

"Iya juga ya, tapi beneran gak mau dibantuin?" tanyanya memastikan.

"Iya, gak papa. Kalau boleh tahu Ustadz Azka di mana ya, Pak?"

"Oh, Ustadz Azka biasanya jam segini lagi ngajar anak MI."

"Oh gitu ya, makasih Pak."

"Sama-sama, kamu tahu 'kan kelasnya di sebelah mana?"

"Iya tahu Pak, kalau gitu saya pamit ke dalem ya!"

"Iya," ujarnya.

"Eh, ini ada sedikit makanan buat Pak Yusuf." Al memberikan satu box makanan yang ia ambil dari kresek.

"MasyaAllah, makasih. Tapi ini bukannya buat anak-anak?" tanyanya yang hendak menerima namun ragu.

"Masih ada kok, yang ini Al siapin buat Pak Yusuf," jawabnya sambil tersenyum.

"Alhamdulilah, makasih ya." Pak Yusuf pun mengambil box makanan itu dari tangan Al, dan Al hanya menganggukan kepala tak lupa dengan senyum yang selalu terukir di wajahnya.

Man Jadda Wajada(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang