Save Me From MySelf

70 32 29
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

"Seseorang berhak berubah,
Dan yang membawa perubahan
Itu bisa dari siapa aja, bahkan
Anak kecil sekali pun."

~Abidzar Al-Ghifari~

Hari sudah gelap, sementara seorang pemuda baru saja memarkirkan motornya di halaman rumah. Dia pun membuka helm fullfacenya. Lalu, dia turun dari motor dan berjalan memasuki rumah.

"Assalamu'alaikum," ucapnya ketika memasuki rumah itu.

"Dari mana aja kamu?" Suara berat dari seseorang membuatnya menoleh ke samping. Seorang pria berbaju hitam lengan pendek berjalan menghampirinya dengan kedua tangan dilipat di atas perut.

"Pah!" Dia menghampiri orang itu, kemudian mengulurkan tangannya karena hendak mengecup tangan orang yang dipanggil 'Papah'. Tetapi, pria itu tidak merubah posisi tangannya.

"Maaf, aku tadi abis dari pesantren," balasnya dengan nada sopan.

"Ngapain?" Papahnya menaikan sebelah alis.

"Ketemu Ustadz Azka," jawabnya.

"Ngapain ketemu dia? Kamu 'kan tahu Papah gak suka kalau kamu ketemu dia, oh ... atau kamu belajar jadi pencuri dari dia?"

"Maksud Papah?"

"Kamu nyuri uang di sekolah 'kan?"

"Dari mana Papah tahu?"

"Gak penting Papah tahu dari mana, yang jelas Papah kecewa sama kamu. Apa uang yang Papah kasih kurang buat kamu, sampai kamu nyuri uang? Makin ke sini kelakuan kamu makin gak bener, itu pasti karena kamu sering ketemu Ustadz gak jelas itu 'kan?" Papahnya memberikan tatapan nyalang.

"Pah, itu cuman salah paham. Tolong Papah percaya sama Al, dan semua ini gak ada sangkut pautnya sama Ustadz Azka."

"Terus aja kamu bela dia, sebenernya di sini yang kamu anggap Papah itu saya atau dia?" bentaknya.

"Pah, Papah kandung Al cuman Papah. Tapi Ustadz Azka juga udah Al anggap seperti orang tua Al," terang Al.

"Papah kamu itu cuman saya, gak usah kamu ngakuin dia sebagai Papah kamu!" tegasnya.

"Iya, Al ngerti, Pah. Maafin Al, kalau selalu bikin Papah kecewa!" pintanya.

"Bagus kalau kamu ngaku selalu bikin Papah kecewa, dan ada satu hal lagi yang bikin Papah kecewa."

"Apa?"

"Kamu ngapain ikutan Osis di sekolah? Dari dulu Papah selalu ngelarang kamu buat ikut organisasi kayak gitu, ini pasti karena Azka juga 'kan?" tebaknya.

Al kembali kaget, dari mana papahnya tahu jika Al mengikuti organisasi itu? Al tidak pernah bercerita pada siapapun, termasuk mamahnya.

"Dari mana Papah tahu?" tanya Al.

"Gak perlu kamu tahu, saya minta kamu gak usah ikut-ikutan organisasi kayak gitu lagi! Dan sekarang masuk ke gudang!" pintanya.

Man Jadda Wajada(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang