Ustadz Azka

189 84 63
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Sore itu dua laki-laki sedang berjalan-jalan di sekitaran pesantren, sambil menikmati tumbuhan hijau yang tertanam di lingkungan pesantren. Ditemani angin, dan kicauan burung yang singgah di pohon. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Dapat terlihat oleh pemuda berseragam putih abu itu, banyak santri yang berlalu lalang. Sesekali mereka menyapa Al sambil tersenyum, dan Al pun membalas sapaan dan senyuman mereka.

Lalu, siapa yang sedang bersama Al? Dia adalah Ustadz Azka. Sambil berjalan mereka bercerita tentang kedekatan mereka dulu hingga kini. Menurut Al, wajah Ustadz Azka tidak berubah, masih sama seperti dulu saat Al masih kecil. Namun, berbedanya dulu rambut Ustadz Azka berwarna hitam legam, sekarang sudah ada beberapa yang memutih.

Bagi Al, Ustadz Azka. Atau yang memiliki nama lengkap Azka Maulana, dia adalah sosok guru sekaligus orang tua kedua yang baik untuknya. Dari Ustadz Azka, Al banyak belajar. Ustadz Azka sudah memiliki isteri, namun sampai sekarang belum dikaruniai anak. Hingga, Al dianggap anak olehnya. Dan itu, diterima dengan senang hati oleh Al.

"Gimana sekolah kamu, lancar?" tanya Ustadz Azka di tengah-tengah perjalanan. Sekarang, mereka berniat untuk ke masjid karna hari sudah mulai gelap.

"Alhamdulilah lancar," jawabnya.

"Teman-temannya pada baik?" tanyanya lagi.

"Alhamdulilah," jawabnya.

"Syukurlah, kamu udah dapet teman di sana?"

"Hmm ... masih kayak dulu." Ustadz Al memang mengetahui bahwa Al tidak mempunyai teman di sekolahnya.

Dan Ustadz Azka merasa kasihan terhadap anak itu, namun Al tidak pernah marah atau sedih karna dirinya tidak mempunyai teman. Karena menurut Al, ia masih punya Allah yang akan membantunya dalam setiap kesulitan.

Bukannya Al, merasa paling jago sampai dia tidak membutuhkan teman. Namun, Al selalu berusaha untuk menerima ketetapan yang diberikan Tuhan.

"Kamu yang sabar, ya! Percaya sama Allah, suatu saat nanti akan ada teman, bahkan sahabat yang selalu menemani kamu dalam suka maupun duka." Ustadz Azka menepuk-nepuk pelan pundak Al.

"Iya, Ustadz."

Dan tak terasa mereka sudah sampai di masjid pesantren Ar-Rahman. Masjid itu diberi nama Masjid Al Furqaan. Masjid yang lumayan besar dan bertingkat dua, yang terlihat nyaman dan bersih.

Ustadz Azka sudah lebih dulu memasukan kakinya ke dalam air yang tergenang di dekat tangga, sementara Al masih membuka sepatunya. Ya, terdapat genangan air yang mirip dengan kolam berukuran kecil sebelum menaiki tangga menuju dalam mesjid.

Setelah Al membuka sepatu, dia pun mengikuti Ustadz Azka untuk mengambil air wudhu. Keduanya berwudhu, kemudian masuk ke dalam. Di dalam sudah banyak santri dan satriwati yang akan melaksanakan sholat maghrib berjamaah.

Tak lama dari itu, jam dinding digital yang ada di masjid itu berbunyi, pertanda bahwa telah memasuki waktu maghrib.

"Al, kamu yang adzan ya!" pinta Ustadz Azka.

"Saya, Ustadz?" tanya Al memastikan.

Dan Ustadz Azka hanya menganggukan kepalanya. Kemudian, Al melangkah ke depan mendekati mixrofon yang digunakan untuk adzan.

Allahu akbar, allahu akbar 2X

Asy-had u alla illaha illallaah 2x

Asy-hadu anna muhammadarrasuulullaah 2x

Man Jadda Wajada(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang