⩩✦↷O2。┊GO BACK TO JAKARTA

240 43 115
                                    

Aku tiba di Jakarta pada pukul 10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tiba di Jakarta pada pukul 10.00 pagi. Walaupun demikian, udaranya benar-benar lebih panas dari Samarinda. Sepertinya aku harus menyesuaikan diri lagi dengan udara Ibu Kota.

Pagi ini aku benar-benar menyesali mengapa dulu aku membawa banyak barang ke Samarinda, ditambah lagi membeli banyak barang pula tatkala sudah menetap di sana. Kembali ke Jakarta benar-benar membuatku kerepotan dengan dua koper, dan tiga tas ransel. Kadang aku juga mengumpat tidak jelas dalam hati lantaran menjadi pusat perhatian orang-orang di bandara tadi.

"Kayaknya harus ke rumah Papa dulu deh buat naruh barang-barang sebelum pergi ke apartemen baru," gumamku sambil menekan-nekan benda pipih yang baru saja aku keluarkan dari saku celanaku.

Aku memang sengaja memesan taksi online untuk transportasiku menuju rumah Papa, lantaran rumah Papa masih sangat jauh dari bandara. Tidak mungkin juga aku menggunakan transportasi umum ketika barang-barangku saja sudah seperti orang pindahan rumah, meskipun aku memang sedang pindahan. Tak berselang lama, taksi online yang kupesan pun datang. Sang driver pun membantuku memasukkan barang-barang ke bagasi taksi tersebut.

Sedikit melegakan tatkala aku sudah berada di dalamnya. Tidak lagi menyeret-nyeret koper dan kepanasan. Sepertinya setelah sampai rumah Papa aku harus segera mandi dengan air mawar seperti yang Papa selalu ingatkan kepadaku setiap malam.

"Jangan lupa pakai air mawar, Zora." Begitulah perkataan Papa yang selalu aku ingat, bahkan sampai terngiang-ngiang di kepalaku.

"Maaf, Mbak. Kelihatannya di depan ada kecelakaan dan macet parah. Sepertinya kita harus pakai jalan memutar, tidak apa-apa?" tanya sang driver yang sontak membuyarkan lamunanku.

Aku pun langsung menajamkan penglihatanku dan melihat kemacetan di depan sana. Sepertinya yang dikatakan oleh sang driver ada benarnya. Kemacetannya begitu parah. Mungkin jika tidak memakai jalan memutar, aku akan mati kebosanan di dalam taksi.

"Nggak apa-apa, Pak. Yang penting saya bisa cepat sampai ke rumah," jawabku.

Terlihat dari kaca spion, sang driver hanya menganggukkan kepalanya. Ia memang tidak banyak bicara, tapi aku suka yang seperti ini. Terkadang jika mendapat driver yang banyak bicara membuatku malas. Aku bukan pendengar yang baik, sampai-sampai sering salah mengartikan perkataan orang lain.

Perjalanan pun seakan terasa begitu dekat. Entahlah, walaupun telah melalui jalan memutar aku tetap merasa jika jarak dari bandara dan rumah Papa tidak sejauh itu. Aku sedikit takut jika Papa sedang tidak ada di rumah, lantaran pintu dan pagar rumah tertutup rapat.

"Benar ini rumahnya kan, Mbak?" tanya sang driver dengan ramah.

Aku masih terdiam. Rumah Papa tampak sedikit berbeda. Apakah selama aku di Samarinda Papa melakukan renovasi rumah sampai menjadi seperti demikian?

"Mbak?" tanya sang driver sekali lagi yang membuatku sedikit tersentak.

Aku sedikit gelagapan dan langsung berusaha mengatur napasku. Lagi-lagi aku kecolongan sedang melamun. Rumah Papa benar-benar membuatku sedikit takut jika aku salah rumah.

GZ SERIES 02 - MY EX IS MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang