⩩✦↷15。┊MBAK LIZA GAVE BIRTH

173 22 68
                                    

Usai keluar dari ruang rapat, aku dapat merasakan jika ponsel yang berada di saku jasku bergetar, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai keluar dari ruang rapat, aku dapat merasakan jika ponsel yang berada di saku jasku bergetar, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang. Tatkala kumerogohnya, tiba-tiba getaran itu terhenti, membuatku cepat-cepat menilik siapa sang empu yang baru saja menghubungiku. Betapa terkejutnya aku tatkala nama Akbar tercetak dengan jelas di sana. Tak biasanya Akbar menghubungiku di saat aku tengah bekerja.

Paling tidak, ia akan menghubungiku jika aku sudah memberikan aba-aba jika aku free dengan mengirimkannya pesan terlebih dahulu. Jika sudah seperti ini, dapat dipastikan jika ada hal penting yang akan Akbar sampaikan. Seketika pikiranku jatuh kepada Mbak Liza, istri Akbar. Mengingat ia tengah memasuki bulan kesembilan, tak menutup kemungkinan jika Akbar menghubungiku karena Mbak Liza akan lahiran.

Benar saja. Tak berselang lama, Akbar mengirimkan beberapa bubble chat yang jelas mendeskripsikan sebuah kepanikan. Tak lupa kembali disusul oleh panggilan masuk darinya. Tanpa pikir panjang, aku langsung mengangkatnya.

"Zor, aku lagi ada di rumah sakit bersalin. Mbak kamu mau lahiran, nih!" Dapat kudengar dengan jelas, jika nada bicara Akbar tampak seperti orang yang tengah dilanda kepanikan. "Dari tadi dokternya nggak keluar-keluar, aku khawatir banget."

Aku mengembuskan napasku dengan berat. Jika sudah seperti ini, sepertinya aku harus pergi dari kantor. Mungkin Mas Ge akan memaklumi kepergianku dari kantor secara mendadak, begitu pula dengan Bos Besar. Semua pekerjaan juga sudah selesai, jadwal rapat pun telah usai.

"Oke, aku akan langsung ke sana, ya. Kamu WA aja nanti Mbak Liza ditangani di ruangan apa, dan di sebelah mana. Aku mau langsung izin Bos Besar sama Mas Ge dulu."

Setelahnya, sambungan telepon pun terputus, bertepatan dengan bubble chat yang dikirim oleh Akbar kepadaku. Tanpa pikir panjang, aku langsung melesat menuju sebuah ruangan besar yang terletak di ujung koridor.

***

Aku berlari sangat kencang, tak peduli menjadi pusat perhatian lantaran sepatuku yang menimbulkan suara. Bahkan suara itu lama-lama terdengar teratur bak melodi yang tengah mengalun. Tanpa sekalipun bertanya kepada perawat di sana, aku sudah lebih dulu berlari tanpa henti menuju tempat yang dimaksud oleh Akbar tadi. Ruang bersalin.

Dari sini, dapat kulihat sosok Akbar yang mondar-mandir penuh kecemasan. Kehadiranku tentu membuat sedikit kelegaan bagi pria berusia 30 tahun itu. Ia langsung memelukku dan menangis tersedu-sedu.

"Aku takut, Zor. K-kata dokter-"

"Ssttt ... Mbak Liza itu perempuan yang kuat, Bar. Percaya kan kalau Mbak Liza akan baik-baik aja? Mbak Liza dan bayi kalian akan baik-baik aja," potongku dengan cepat, sembari mengelus punggung Akbar dengan tujuan memberinya kekuatan untuk tetap tegar.

"Sekarang, kita berdoa yang terbaik aja, ya? Aku tadi udah hubungin Noverisa juga. Katanya dia akan ke sini nanti."

Dapat kurasakan jika pria berusia 30 tahun itu mengangguk pelan. Posisi kami masih sama, berpelukan tanpa memedulikan sekitar. Tak berselang lama, suara tangisan bayi mulai menghiasi indera pendengaran kami, membuat kami berdua saling melepas pelukan dan mengucap syukur penuh keharuan.

GZ SERIES 02 - MY EX IS MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang