⩩✦↷O5。┊AFTER THE MUTATION

194 35 62
                                    

Berat rasanya untukku beranjak dari kasur empuk yang begitu membuatku nyaman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berat rasanya untukku beranjak dari kasur empuk yang begitu membuatku nyaman. Rasanya seperti seluruh beban hidupku hilang tatkala memanfaatkan sisa hari libur kemarin dengan rebahan seharian. Semula aku berniat untuk menghubungi Akbar, karena hanya ialah satu-satunya orang terdekatku yang belum tahu-menahu mengenai kabarku yang dimutasi ke Jakarta. Namun semua itu aku urungkan lantaran jarang-jarang aku bisa merasakan nikmatnya rebahan.

Jika dipikir-pikir, mungkin aku yang terlalu sibuk bekerja sampai kurang memerhatikan diriku sendiri. Apakah aku harus mengurangi kesibukanku? Namun rasanya seperti mustahil lantaran kini aku menduduki jabatan yang lebih tinggi dari sebelumnya, ketua divisi pemasaran.

"Zora, bangun! Katanya nggak mau telat kerja!" teriak Papa dari balik pintu yang sangat memekakan telinga.

Aku sengaja memutuskan untuk tetap tinggal di rumah Papa lantaran malas jika bertemu dengan Mas Ge. Pria itu seolah-olah selalu bisa membaca pikiranku. Kadang aku sampai ngeri jika berhadapan dengannya lagi.

"Iya, Papa. Zora udah bangun kok."

Aku melangkah gontai, seakan masih belum rela meninggalkan kasur empuk yang tadi kusinggahi. Rasanya seperti ingin menjadi ibu rumah tangga saja daripada harus berangkat pagi pulang malam. Namun pertanyaannya, adakah yang mau menikah denganku? Perempuan dengan segala ambisi akan masa depan yang harus terarah dan memiliki tujuan.

Seketika aku teringat dengan obrolanku semalam bersama Papa. Hal itu benar-benar mengusikku sampai sekarang. Apa benar yang kulakukan selama ini malah membuat sebagian pria minder dan enggan mendekatiku? Dengan segalanya yang aku punya, harta dan otak yang diberkati untuk melampaui batas usia.

"Zora, aw--"

Belum genap Papa menyelesaikan kalimatnya, aku telah menabrak tembok dekat kamar mandi.

"Was."

Aku langsung tersadar dan seakan kantukku hilang. Bagaimana bisa aku menabrak tembok? Mengapa aku tidak melihat ada tembok di depanku?

"Kamu ini mikirin apa sih, Sayang? Yang galau adek kamu, tapi yang suka ngelamun malahan kamu."

Ucapan Papa barusan membuatku teringat kepada Icha yang masih memilih menetap di apartemennya. Apa hari ini ia akan pergi bekerja? Jika ia tidak bekerja hari ini, alasan apa yang akan ia berikan kepada Pak Shivash?

"Aku nggak mikirin apa-apa, Pa. Aku cuma masih ngantuk aja. Ternyata enak kalau bisa lama-lama sama kasur."

Mendengar penuturanku, Papa hanya tersenyum. Aku menjadi berpemikiran buruk tentang senyuman Papa itu. Jika Papa sudah tersenyum, biasanya ada maksud terselubung.

***

Aku sedikit tergesa melewati koridor demi koridor gedung pusat PT Ibtesam Sejahtera untuk menemui Pak Shivash yang menjabat sebagai Chairman di sini. Aku benar-benar bodoh dengan mengabaikan jam dinding yang mati di rumah. Ditambah lagi dengan jalanan macet Ibu Kota.

GZ SERIES 02 - MY EX IS MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang