⩩✦↷16。┊EVERYTHING IS JUST FAKE

135 13 2
                                    

Sudah sebulan sejak aku memiliki keponakan kembar dari kawan karibku, Akbar dan Mbak Liza. Sudah selama itu juga mereka--Akbar, Mbak Liza, Mas Ge, Papa, Mama, dan Icha--mendesakku untuk resign dari PT Armada Sejahtera dan fokus pada pernikahan kami yang tinggal menghitung jari. Sesuai dengan permintaan dan desakan mereka, beberapa hari lalu aku mengajukan surat pengunduran diri yang direspon tidak terlalu baik oleh Pak Rafa.

"Kamu adalah salah satu karyawan terbaik yang kami punya, bahkan jabatan tinggi juga sudah kamu dapat. Apa kamu pikir keputusan ini benar-benar sudah tepat?" tanya beliau kala itu.

Jika mengingat momen di mana aku berhadapan dengan Pak Rafa, aku merasa sedikit tergelitik lantaran beliau yang berpura-pura marah kepadaku. Ibarat memiliki kucing kesayangan, jika mati akan sulit mendapatkan yang serupa. Karena kemunduranku, saat ini kursi jabatan yang sebelumnya kupegang masih kosong. Menurut informasi yang kuketahui dari Mas Ge, belum ada seorang pun yang dalam jangka waktu dekat berkemungkinan mengisinya.

"Kalau ditanya perihal kualitas, seseringnya kamu hilang dari kantor karena aku, itu nggak berarti penting dalam pekerjaan kamu." Begitulah penuturan Mas Ge beberapa hari yang lalu.

Sedikit kesal memang tatkala Mas Ge berkata demikian. Kalau bukan karena Mas Ge, sepertinya aku tidak akan menjadi pengangguran seperti sekarang. Padahal itu adalah salah satu peluang untukku, di mana aku bisa memberikan yang lebih baik--setidaknya dari kacamata kinerja--daripada yang lain.

Pyarrr!!

Tanpa sadar aku menyenggol cangkir di dekatku, membuatnya terjun bebas ke lantai dan berakhir tragis, menjadi kepingan yang tidak dapat disatukan lagi. Tak lama kemudian, Icha berlari dengan tergopoh-gopoh dari kamarnya dan menghampiriku dengan raut wajah khawatirnya.

"Kok bisa sih kak cangkirnya pecah? Duh, mana itu cangkir kesayangan aku lagi. Kan udah aku bilang, pakai cangkir yang lain, jangan cangkir itu!"

Aku tahu Icha sedang marah. Suara bernada tinggi itu membuat hatiku sedikit teriris. Bukan karena mendengar penuturannya, melainkan karena tindakanku barusan. Itu cangkir kesayangan Icha, dengan tanda tangan idolanya yang terukir di setiap sisinya.

Jika harus menggantinya, sepertinya aku tidak bisa. Namun jika tidak diganti, Icha pasti begitu membenciku karena tindakan cerobohku barusan. Sejenak, aku masih terdiam sambil menghela napas dalam-dalam.

"Oke, Kakak tahu Kakak salah. Maafin Kakak ya, Cha? Nan--"

"Kakak nggak bakal bisa ganti cangkir itu!"

Seolah tahu dengan kata demi kata yang akan kurangkai, interupsi Icha kembali membuat hatiku seolah tersayat. Untuk kedua kalinya, aku kembali menghembuskan napasku dalam-dalam.

"Kakak emang nggak bisa ganti cangkir itu, tapi--"

"Ah, udahlah, Kak. Buat badmood aja."

Belum sempat aku menjelaskan, Icha sudah berlalu dari hadapanku. Ia kembali mengurung dirinya di dalam kamar, sementara kini aku memikirkan bagaimana caranya mengganti cangkir kesayangannya.

Idola Icha memang bukan orang sembarangan. Kayaknya Mas Ge bisa bantu, deh.

Tanpa pikir panjang, aku langsung bergegas membersihkan pecahan cangkir itu dan mencari keberadaan ponselku di kamar. Jari-jari lentikku dengan lihai menari-nari di atas benda pipih berwarna hitam itu, hingga terhenti tatkala ikon telepon telah kutekan dengan hati-hati.

GZ SERIES 02 - MY EX IS MY HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang