Bag|22.Have you been drinking Red Bull 90 days lately?

100 19 0
                                    

Sebelum masuk cerita jangan lupa Vote 🌟Komen💬And Share🌐

Jika kau minum Red Bull 90 hari terakhir ini, kuharap kau baik-baik saja sekarang. Tapi aku khawatir padamu.

Aku tak akan menuliskan namaku, karena aku takut dengan apa yang akan mereka lakukan padaku jika mereka tahu aku yang menulis ini. Aku akan menyebut diriku Zed. Aku bekerja di salah satu pabrik Red Bull di Austria selama lebih dari 7 tahun. Itu pekerjaan yang bagus. Dengannya aku bisa menghidupi istri dan anakku. Kebanyakan yang bekerja di sana adalah warga asli Austria, tapi aku berasal dari sebuah negara barat (lagi, tak bisa kusebutkan). Aku datang ke Austria saat masih muda, bertemu istriku, dan tak pernah pergi.

Bukannya keluargaku tak menginginkan aku kembali, mungkin itulah kenapa kami jarang bicara. Tapi aku hanya anak drop-out SMA yang mencari jalan hidupnya. Aku menghabiskan dua tahun berkeliling Eropa dan hanya tidur di emperan atau kadang menghabiskan malam di taman. Aku akan mengerjakan pekerjaan apapun demi uang lalu menghabiskannya untuk bir. Tapi saat bertemu istriku, aku merasa ada yang berubah di dalam diriku. Aku berjanji padanya untuk tak akan lagi menjadi orang brengsek tak berguna seperti sebelumnya. Aku akan mendapat pekerjaan tetap dan menjadi seorang laki-laki. Laki-laki yang baik.

Itu sebagian alasan kenapa aku menulis ini. Jika aku masih seperti yang dulu, aku tak akan membiarkan informasi ini bocor. Hal itu tak mempengaruhiku, jadi kenapa aku harus peduli? Tapi aku orang yang lebih baik sekarang. Apa yang kuketahui mungkin akan berdampak pada hidup jutaan orang. Aku tak punya pilihan selain menyebarkannya.

Fasilitas Red Bull kami sangat unik, karena kami memproduksi liquid dan botol di tempat yang sama. Kelihatannya mereka melakukannya untuk menghemat biaya transportasi. Aku bekerja di bagian botol. Bisa dikatakan itu bukanlah hal yang menarik. Aku hanya akan berdiri di samping belt conveyor, kaleng akan berjalan maju, liquid tertuang ke dalamnya, dan penutup akan dipasang di paling akhir. Tugasku adalah mengawasi seluruh proses itu dari hari ke hari dan memastikan tak ada yang salah. Dan tak ada yang salah selama 7 tahun ini. Tentu saja kami memiliki tumpahan yang tercecer, tapi itu adalah hal yang wajar. Yang terjadi pada September jauh lebih buruk.

Awalnya hanya seperti hari-hari biasa. Aku ingat membuat kue panekuk untuk anak-anak dan istriku memberi ciuman mengantuk saat aku berangkat kerja. Semua orang lelah seperti biasanya. Aku menuju posisiku, menunggu keseluruhan proses dimulai.

Stefan, teman kerjaku, dengan anehnya menjadi cerewet. Biasanya dia adalah pria pendiam dengan kehidupan yang tertutup. Tapi hari ini dia mendekatiku dan bergosip seperti bocah. "Tanpa banteng," dia berkata. "Kali ini babi." Sebenarnya dia berbicara Jerman, jadi aku terjemahkan.

"Hah?"

"Tak ada banteng untuk produknya. Urinnya maksudku. Mereka harus menggunakan babi." Dia mengetukkan jarinya ke bagian logam di belt conveyor.

"Aku tak tahu apa yang kau bicarakan."

Dia memutar matanya. "Urin, untuk produknya."

"Itu cuma bohongan," aku tertawa padanya.

"Tidak, itu benar. Mereka tidak menggunakan sebanyak dahulu, terlalu mahal, tapi memang masih ada kandungannya. Di setiap tetes kuningnya. Tapi kiriman banteng kali ini tidak cukup. Mereka harus mencampurnya dengan sesuatu yang lain. Itulah kenapa mereka menggunakan babi." Dia memandang berkeliling lalu berbisik. "Kudengar mereka melakukan sesuatu yang keliru padanya."

Conveyor mulai berjalan dan Stefan kembali ke tempatnya. Aku tak percaya padanya. Aku menghabiskan hariku melakukan hal lama, mengamati kaleng dan menekan tombolku. Saat makan siang kami semua pergi ke ruang istirahat. Julia, seperti biasa, membawa satu kaleng Red Bull. Tak hanya karena dia bekerja di sini, tapi dia juga kecanduan pada barang itu. Dia membuka kalengnya sambil mendesah. "Segar dari line," katanya puas, meneguknya lahap.

Creppy PastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang