Pagi ini cuaca sangat tidak mendukung.
Seharusnya matahari terbit dengan indah namun kali ini terhalang oleh awan hitam yang membuat langit menjadi gelap.
"Kakak yakin mau sekolah aja?". Lirik Aqila kepada Kakak nya yang masih memakai sepatu.
"Ah iya, daripada dagangan Ibu gaada yang beli kan?."
Setelah memakai sepatu nya, Zetha beranjak mencari sesuatu.
Aqila hanya mengangguk saja, lalu melihat gerak gerik Kakaknya yang entah sedang mencari apa.
"Nyari apa kak? Pagi-pagi udah linglung aja sih, hahaha." ledek Aqila kepada Zetha yang masih bingung mencari sesuatu.
"Liat dasi aku ga?"
"Dasi?" bingung Aqila.
"Iya dasi sekolah, dimana ya duh aku lupa"
"Itu di tangan apa?"
Zetha melihat kearah tangan nya, lalu menepuk jidat dan tersenyum malu.
"Kebiasaan anak ayah emang gini nih"
Suara berat itu terdengar dari arah kiri mereka. Terlihat seorang pria tua mendekat ke arah mereka sambil membawa sesuatu kepada mereka.
"Eh ayah." sapa Zetha dan Aqila berbarengan.
"Iya. Ini dagangan nya, jangan lupa berdoa sebelum berangkat ya." kata Ayah sembari mengacak-acak rambut kedua putri nya itu.
"Ayah nanti berantakan"
"Tau nih ayah tangannya nakal"
Rengek putri-putri nya yang kini rambutnya acak acakan akibat ulah jail sang Ayah.
Melihat itu, ayah hanya terkekeh kecil lalu mencium kening Zetha dan Aqila.
"Yaudah, kita berangkat ya ayah."
Zetha dan Aqila berpamitan kepada ayah, lalu belari menuju kamar untuk berpamitan juga kepada Ibu.
"Ibu, bangun.." Aqila menggerakan pelan tangan kiri ibu.
"E-EH ADA APA!?" tanya ibu dengan nada panik dan khawatir.
"Ibu.. tenang dulu, gaada apa-apa kok Bu. Kita cuma mau pamit aja." Zetha menepuk pundak ibu pelan-pelan.
Mereka pun menenangkan ibu nya sambil terkekeh geli. entah mengapa setiap dibangunkan, ibu nya selalu kaget seperti ini. Sehingga mereka terbiasa dengan hal ini.
"oalah, bikin kaget aja kalian ni."
Zetha dan Aqila saling pandang dengan ekspresi bertanya. Padahal mereka membangunkan ibu dengan hati hati tapi tetap saja ibu menyalahkan mereka.
"Iya iya ibu, maaf."
"Kita berdua pamit ya Bu."
Mereka salam lalu beranjak keluar rumah, disusul oleh ayah dan ibu.
"Hati-hati ya Zeqil nya ibu!" teriak ibu yang masih memandang punggung anak-anaknya yang kini mulai menjauh.
"Jalan pake mata ya nak!" kini ayah berteriak membuat ibu melirik ayah.
"Lho? Aneh, Jalan ya pake kaki." koreksi ibu.
"Tapi kan melihat nya itu pake mata lho Bu." elak ayah.
"Beda dong ayah, udah ah ibu mau siap-siap dulu."
Ibu pun meninggalkan Ayah di ambang pintu. Sementara Zetha dan Aqila sudah tidak terlihat lagi wujudnya.
•••
"kiri-kiri.."
Tak lama angkot berhenti lalu kedua gadis cantik itu turun dari angkot.
Seperti biasa mereka turun sebelum di gerbang sekolah. Bukan karena malu, hanya saja angkot yang mereka tumpangi berbeda jurusan dan enggan menurunkan mereka didepan gerbang sekolah dengan alasan macet.
Mau tidak mau setiap berangkat sekolah mereka harus jalan dari rumah menuju jalan raya, lalu naik angkot dan turun di trotoar jalan. Lalu lanjut berjalan lagi supaya bisa sampai sekolah.
Perjuangan sekali bukan?
•••
Sesampainya di gerbang, mereka dijegat oleh sekumpulan OSIS yang siap menghukum mereka.
Zetha dan Aqila kebingungan, lalu meneliti pakaian mereka dari atas sampai bawah. Dan ternyata tidak ada yang salah, lantas mengapa para OSIS ini tiba-tiba menjegat mereka begitu saja?
Salah satu dari OSIS itu menarik jinjingan yang berisi lotek dagangan Ibu Zetha dan Aqila. Terpaksa Zetha melepaskan jinjingan itu dengan pasrah. Mungkin mulai hari ini tidak ada yang boleh berjualan lagi disekolah.
OSIS itu melihat isi jinjingan itu, lalu berkata.
"Kamu tau ga kesalahan kamu apa?." tanya Galih - wakil OSIS yang kerjaan nya selalu marah, marah, dan marah.
"Engga." jawab santai Aqila
Mendengar itu, Zetha menyenggol sikut Aqila. Ia pun meringis lalu meminta maaf kepada Galih.
"Hehe, sorry." gumam Aqila.
"Kita gaboleh jualan di sekolah lagi ya kak?" tanya Zetha dengan nada rendah.
"Duh, bukan gitu cantik."
Alis Zetha terangkat sebelah seolah bertanya apa kesalahannya.
"Sini aku kasih tau." galih menarik lengan Zetha supaya lebih mendekat.
Aqila yang melihat itu langsung menepis tangan Galih.
"Ck! apa-apaan sih kak, jangan asal narik kakak saya ya." Tegas Aqila dengan nada marah.
"Aqila.." Zetha melirik Aqila, menyuruh nya supaya berhenti emosi.
Galih hanya menggeleng dan tertawa kecil melihat Aqila yang sedang marah padanya. Lalu mengedarkan pandangannya ke arah Zetha.
"Aku cuma mau bilang, lotek nya kurang. Sedangkan kita mau borong ga cukup, mana kita belom sarapan."
Jawaban Galih berhasil membuat Zetha dan Aqila terkejut.
"Jadi, kesalahan kita di lotek ini?" bingung Zetha.
Sekumpulan OSIS itu hanya mengangguk sambil menahan tawa mereka. Mereka berhasil membuat kedua siswi itu ketakutan.
"Hahaha, iya kita tuh tadinya mau borong lotek kamu. Ternyata kamu bawa sedikit, jadi kita harus kasih hukuman buat kamu." Perjelas Rena - salah satu anggota OSIS.
"H-hah? Hukuman?"
Zetha dan Aqila lagi-lagi saling pandang dan bertanya-tanya.
"Iya, hukuman nya besok harus bawa 50 porsi lotek yang super pedes." Jawab Lira - salah satu anggota OSIS.
Dua kali.
Mereka dikerjai oleh OSIS menyebalkan ini. Hampir saja jantung mereka copot karena getaran yang kuat.
"SIAP! besok kita bawa 50 porsi lotek pake nasi yang super pedes!." gumam Zetha sembari menaikkan tangan kanan nya ke kening sebelah kanan yang menandakan sedang hormat kepada mereka.
Melihat tingkah lucu Zetha, semua anggota OSIS termasuk Aqila tertawa geli melihat pemandangan didepannya itu.
Kecuali orang yang sedang melihat tajam ke arah Zetha sembari mengepalkan tangan nya.
"Berani main-main sama gue, Lo harus tau akibat nya".
• • •
Jangan jadi hidden reader ya cinta
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembaran Misterius [On Going]
FantasyBagaimana jika salah satu anak kembar yang berasal dari kerajaan alam yang berbeda muncul di dunia nyata seperti ini? Akankah anak ini kembali ke alam nya? atau malah anak ini menetap di dunia nyata seperti sekarang ini dengan kekuatan yang terbatas...