8 • segerombolan burung

2 1 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sepulangnya dari sekolah, Zetha memilih untuk pergi ke sebuah tempat.

Pantai.

Aqila hanya menurut saja ketika Zetha menyuruh nya pulang, dengan alasan masih ada urusan dengan sang guru di sekolah.

Zetha berlari ke tepi lautan, Ia menangis sejadi-jadinya disana. Betapa sakitnya ketika melihat Bima yang sedang memeluk Asya disebelah gudang.

Saat itu Zetha sedang menghantarkan buku matematika yang akan di taruh di meja Bu Ani. Ketika Zetha melewati daerah gudang, terlihat Bima dan Asya yang sedang berpelukan disana.

Hati nya semakin hancur sejadi-jadinya. Hingga akhirnya Zetha memutuskan untuk menenangkan diri di sebuah Pantai ini.

Untungnya disini sepi, Zetha bisa menangis sekencang-kencangnya disini tanpa ada yang melihatnya.

Setelah puas dengan tangisan nya, Zetha duduk di tepi lautan lalu menatap burung yang sedang berterbangan.

Burung itu terlihat indah nan cantik, lalu tiba-tiba saja segerombolan burung itu menghampiri Zetha. Bukannya takut, Zetha malah merasa senang.

Burung itu seperti sedang menenangkan Zetha, dengan deburan ombak yang sedikit demi sedikit menyembur kearah telapak kaki Zetha.

"Burung, kamu cantik banget." gumam Zetha.

"Ada yang punya ga ya? Mau aku kantongin deh hehe." Lanjutnya.

•••

Matahari hampir tenggelam, Zetha masih setia duduk disana sambil memandang sunset yang terlihat sangat indah.

Bagaimana dengan segerombolan burung tadi? Tentu saja burung tadi masih setia di sekeliling Zetha. Sesekali burung itu mendarat di pundak Zetha, membuat Zetha menggeliat kecil karena ulah para burung tersebut.

Di tengah kedamaian ini, handphone Zetha tiba-tiba berbunyi. Ia segera mengeluarkan handphone tersebut dari tas nya. Ternyata telepon itu berasal dari Bima.

Zetha menghela nafas, Ia hanya diam tanpa mengeluarkan reaksi apapun ketika panggilan itu masih berdering.

Ia kembali memasukkan handphone tersebut kedalam tas. lalu kembali menatap sunset dengan rasa sedikit tenang di hatinya.

Beberapa menit kemudian, Zetha kembali mengambil handphone nya. Sudah banyak panggilan serta pesan dari Bima lewat WhatsApp.

Bima

Zetha?
Dimana?
Aqila bilang kamu belum sampe rumah

7 panggilan tidak terjawab.

Angkat telfon nya sayang
Kamu dimana??
Jangan kaya gini ze
Maaf

3 panggilan video tak terjawab.

Angkat sebentar
Zetha..
Pulang ya, aku tunggu kamu dirumah
Aku janji nanti aku beliin kamu eskrim
Jangan kaya gini sayang
Nanti Pylu sedih kalo kita kaya gini

Zetha

Aku di pantai.

Zetha kembali memasukkan handphone nya kedalam tas. Kini Ia memeluk lutut kakinya dengan erat, karena hujan tiba-tiba datang serta angin yang kencang. Membuat Zetha sedikit menggigil menahan rasa dingin itu.

Tak lama, datang seseorang dengan payung yang kini berada diatas kepala Zetha.

Zetha mengangkat kepala nya perlahan, terlihat Bima yang sedang tersenyum sembari memegang payung diatas kepala Zetha guna menutupi Zetha dari hujan yang kini semakin deras.

"Ayo neduh dulu,"

"Apa? Engga kedengeran." gumam Zetha.

Bima menunjuk-nunjuk ke arah saung yang letaknya tidak jauh dari pantai tersebut. Zetha mengangguk faham, lalu berdiri sejajar dengan Bima dan berjalan kearah saung.

Kini mereka saling bungkam.

Tidak ada satupun yang membuka suara kecuali suara petir yang bergemuruh sangat kencang serta menyaring.

Sebenarnya Zetha sangat takut mendengar gemuruh petir seperti ini, tapi Zetha menutupi rasa takut ini dengan sedikit keberanian yang sedang Ia gunakan saat ini.

Bima melirik kearah Zetha, Ia ingin sekali memeluk Zetha. Tapi Ia takut Zetha merasa risih dan malah membuat Zetha semakin marah padanya.

"Udah dong jadi harimau nya." gumam Bima.

Zetha mendelik sebal, Ia membuang pandangannya kearah tepi lautan. Tidak ingin sekali mata nya menghadap kearah Bima, yang ada malah semakin luluh akibat wajah Bima yang begitu tampan saat ini.

Benar saja, percikan hujan yang jatuh ke permukaan kulit wajah Bima membuat Bima semakin tampan. Dengan gaya rambut yang sedikit acak-acakan membuat Bima sepuluh kali lipat lebih tampan dibanding sebelumnya.

Bima yang tidak tahan melihat air mata Zetha yang kini jatuh secara tiba-tiba, lantas Bima langsung menarik Zetha kedalam pelukannya. Ia memeluk erat tubuh Zetha dengan rasa rindu yang menimpa nya beberapa jam lalu.

Zetha mendorong pelan tubuh Bima.

"Jangan peluk aku, ini bekas Asya."

Kata Zetha sembari menunjuk dada bidang milik Bima.

Bima mengerenyit heran. Sejak kapan dirinya memeluk Asya? Padahal saat tadi Asya ingin menyentuhnya saja, Bima menepis keras tangan Asya hingga Asya meringis kesakitan.

Bima sangat menjaga perasaan Zetha, makanya Ia menepis tangan Asya guna menjauhkan kejadian yang tidak pernah Bima mau di hidupnya.

Disentuh saja Bima marah, apalagi memeluk Asya? yang benar saja.

"Sejak kapan?" tanya Bima.

Kini hujan berhenti begitu saja, bagai angin yang lewat secara tiba-tiba. dan menghilang begitu saja secara misterius.

Bima sempat berfikir sebentar, lalu Ia mengingat-ngingat kejadian di sekolah tadi.

"Abian?" tanya Bima.

"Iya, waktu di gudang tadi Abian." lanjutnya.

Zetha hanya mengerenyit heran. Siapa Abian yang sedang dimaksud oleh Bima? Apakah ini hanya elakan dari Bima supaya Zetha tidak marah lagi padanya?

"Hah? Siapa Abian?"

"Kembaran aku." gumam Bima.

•••

🐢

Kembaran Misterius [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang