Taehyun memasuki kawasan sekolah dengan langkah ringan. Sama seperti biasa, bahkan terlalu biasa, ia mengebaskan telinganya untuk tidak menerima bahkan satu kata pun yang keluar dari mulut para siswa yang membicarakannya. Tatapan tidak suka terlontarkan dengan jelas, walau Taehyun bukan tipikal orang yang suka bersosialisasi, kepandaiannya membuat ia tahu menahu dan bisa membaca ekspresi hanya dengan sekali lihat.
Aneh.
Ya, Taehyun tidak mengerti mengapa ia dijuluki seperti itu padahal baginya ia sudah bertindak senormal mungkin. Karena bagi Taehyun, orang normal adalah mereka yang sekolah dengan rajin dan berpakaian rapih tanpa memihak siapapun. Maksudnya, ia tidak bisa membedakan musuh dan teman, karena mereka semua sama, sama-sama menganggap Taehyun itu aneh.
Tidak ada yang lebih aneh dari berbicara sendiri dan berperilaku seolah memiliki banyak teman. Apalagi saling merangkul angin dengan tawa yang membengkak. Taehyun kesehariannya melakukan hal itu, maka tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak menjuluki Taehyun sebagai orang aneh.
Taehyun memang aneh, benar-benar aneh. Langkahnya pun berbalik haluan ke arah rooftop alih-alih menghiraukan bel yang baru saja berbunyi.
Pemuda itu menatap nanar langit abu-abu, bibirnya terangkat sebelah sambil mulutnya terus menggumamkan umpatan. Tak lama ia berdecih ketika warna langit semakin menghitam, seolah berhadapan dengan seseorang yang amat dimusuhinya, pun wajahnya ikut temaram.
"Aku benci ciptaan-Mu," ucapnya kemudian dengan nada yang begitu putus asa.
"Pasti Kau juga membenciku, kan? Itu sebabnya Kau tidak pernah ingin aku kembali ...
... kau bahkan tidak pernah mengabulkan keinginanku, lantas untuk apa lagi Kau menunda kematianku?"
Taehyun terus menatap ke atas, berbicara pada langit yang kini hampir menangis karena keluhannya. Hujan hampir menyambar sehingga bibir Taehyun sedikit terangkat meremehkan.
Sebenarnya kata-kata seperti itu sudah terlalu sering Taehyun ucapkan. Mengungkapkan perasaan dari lubuk hati terdalam. Taehyun membenci semua kategori yang ada di bumi beserta isinya. Taehyun membenci orang-orang sekitar karena tidak pernah mengerti dirinya, Taehyun membenci galaxy karena terlalu indah untuk mengalahkan kesenjaannya. Sampai pada yang paling sederhana pun Taehyun membencinya.
Taehyun membenci dirinya sendiri. Hal paling utama yang membuat hidupnya seakan tidak ada artinya. Taehyun kehilangan dirinya. Dan mati adalah tujuannya.
Satu dua langkah Taehyun tuntun langkahnya untuk mundur teratur. Terlalu lelah menghadapi dirinya sendiri. Dirinya yang akan selalu dibenci.
Sebab di suatu malam yang tenang, Taehyun mendengar ungkapan terindah. Ungkapan yang kemudian hilang bersama dengan salju pertama di bulan Desember.
"Kamu adalah satu-satunya anugerah terindah yang mama punya, kado istimewa yang Tuhan titipkan untuk orang tua penuh kekurangan seperti mama. Terima kasih, Sayang. Mama merasa sempurna berkat kamu. "
Sayangnya, kalimat indah hanya tinggal kenangan. Kenangan yang mungkin tidak akan Taehyun rindukan lagi. Karena Tuhan yang mamanya sebutkan dulu, membuat kado teristimewa menjadi keparat. Taehyun tidak lebih dari bajingan punk yang pergi setelah membuat masalah.
Semua itu membuat Taehyun remaja mengalami tingkat kedewasaan yang terlalu cepat. Terlebih setelah itu, para sahabatnya ikut menyusul untuk meninggalkan Taehyun seorang diri, maka lengkaplah daftar kehancuran dalam hidupnya.
"Lalu aku harus apa? Menyusul mereka? Kau bahkan tidak mengizinkanku untuk melakukan apapun."
Semua berawal dari Taehyun yang kemudian menjejakkan kakinya masuk ke perpustakaan. Tempat sakral melebihi sakralnya hutan mencekkam yang mendustakan logika. Lebih dari aneh, kini Taehyun hampir menjadi gila.
░▒▓█▓▒░
To be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTH OF MAGIC [√]
FanfictionDimalam kelabu yang dipenuhi bintang-bintang, kita mengikrarkan sebuah janji. "Bahkan ketika hatiku penuh dengan kekacauan dan mimpiku menari dibawah sinar kelam malam, aku hanya butuh setitik cahaya sepertimu." Seharusnya selalu seperti itu. Hidupk...