Taehyun memasuki kelasnya dengan langkah ringan. Menatap ruangan yang sangat sepi, hanya ada ketiga sahabatnya yang duduk di kursi masing-masing serta Soobin yang entah sedang menggambar apa di depan papan tulis. Ini salah satu keanehan yang Taehyun rasakan, sekolah ini seolah hanya milik mereka berlima.
Tidak ada Juhyun, teman sebangkunya, guru, ataupun yang lain. Dan ini terjadi secara tiba-tiba setelah mereka sepakat untuk pergi ke Magic Island. Taehyun melihat jam dinding sekilas, ini masih jam dua siang, kemana mereka semua pergi? Bukankah pelajaran seharusnya belum berakhir? Bahkan di koridor seekor nyamuk pun tidak terlihat.
"Hyung, Kamal, apa hanya ada kalian disini?" Taehyun membuka suara, memecah kesenyapan yang menguasai ruang kelas.
"Seperti yang kau lihat Taehyun-ah." Soobin menoleh, menjawab seraya menghendikan bahu.
"Lalu kemana semua orang?"
"Mereka semua sudah pergi." Hueningkai menarik tangan Taehyun untuk duduk di sebelahnya. Menaruh jari telunjuknya di bibir, memberi intruksi untuk suasana kembali hening.
"Apa yang Soobin Hyung gambar?"
"Sebuah pintu!"
"Hanya pintu?"
"Bukan sembarang pintu, itu akses kita agar Magic Island segera terbuka."
"Hah?"
"Kita akan masuk ke dimensi lain, tempat Magic Island itu berada. Sekarang kau diamlah, jangan buat konsentrasi Soobin Hyung buyar, nanti juga kau akan tahu sendiri."
Taehyun menurut, bergumam sebentar sebelum mulutnya terkunci rapat. Kini fokusnya hanya mengarah ke papan tulis, tempat Soobin menggoreskan tinta spidol dengan apik.
Jika Taehyun masih beranggapan gambaran Soobin itu tidak bisa didedikasikan sebagai pelukis, maka pernyataan itu salah. Justru Taehyun membungkam mulutnya tak percaya. Bukan hanya sebuah pintu yang digambar, papan tulis itu penuh dengan berbagai macam gambar, bagaikan sebuah grafiti. Dibantu dengan spidol hitam, hijau, biru dan merah, gambaran Soobin terlihat lebih nyata.
Setelah gambarannya selesai, Soobin mundur beberapa langkah dan bersandar di siku meja. Menerima kacamata 3D sambil tersenyum penuh arti. Taehyun menggelengkan kepala sekali, diam dan menurut. Sementara Hueningkai ikut tersenyum, mengangguk meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTH OF MAGIC [√]
FanfictionDimalam kelabu yang dipenuhi bintang-bintang, kita mengikrarkan sebuah janji. "Bahkan ketika hatiku penuh dengan kekacauan dan mimpiku menari dibawah sinar kelam malam, aku hanya butuh setitik cahaya sepertimu." Seharusnya selalu seperti itu. Hidupk...