"Taehyun-ah, kita semua memang bisa sihir!"
Taehyun terkekeh, menatap wajah Yeonjun yang kini tampak konyol. "Tidak, tidak, aku memang ingin punya kekuatan sihir sejak kecil. Tapi tolong jangan mempermainkan ilusi kalian. Tidak ada sihir di dunia ini, kalaupun ada, itu hanya cerita dongeng penghantar tidur."
"Kalau ada?!" potong Soobin.
Sial. Taehyun dibuat bimbang untuk kesekian kalinya.
"Apa kau lupa saat kita pergi melihat bintang di Magic Island?" tanya Beomgyu.
"Magic Island?" Taehyun bertanya balik.
"Saat kita berumur empat belas tahun. Kau ingat apa yang kita lakukan sehari setelah orang tuamu meninggal?" Ketimbang menatap sang submisif, Taehyun memilih melempar pandangan ke gedung disebelah sekolahnya. Berpikir keras.
"Kau sungguh lupa moment itu? Padahal kau sendiri yang bilang paling semangat bahwa moment itu tidak akan terlupakan." Hueningkai berdecih, memandang Taehyun tidak percaya.
"Aku tidak ingat apa-apa!"
"Saat itu kita membuat janji dengan bintang. Bintang yang bukan sembarang bintang, itu milik kucing yang memiliki mata berbeda warna, odd eye, kau ingat?"
Taehyun merasa seolah kepalanya tersengat listrik. Otaknya akhir-akhir ini terlalu sering memikirkan hal yang tidak-tidak.
Lima kata seperti kita semua memang bisa sihir itu rupanya justru membuat tangan Taehyun kesemutan. Kemudian Taehyun menghempas-hempaskan tangannya kesamping hingga kedua matanya yang kini ikut bereaksi. Taehyun mencoba sekali lagi. Percikan apa yang keluar dari sela jarinya barusan?
Tiba-tiba sekelebat kejadian hitam putih terputar di kepalanya. Tentang bintang, sepertinya Soobin memang benar. Hal-hal manis lainnya yang pernah mereka lalui dahulu juga ikut ditampilkan bagai kaset lama yang diputar kembali.
Klise. Ingatannya yang salah atau memang Taehyun yang melupakan beberapa.
"Kau ingat sesuatu sekarang?" Hueningkai menyentuh bahu Taehyun.
"Aku melihat ruangan teleskop, tempat apa itu?"
"Disana! Magic Island, tempat kita melihat bintang dan membuat janji." Beomgyu mengangguk yakin. Taehyun mengernyit.
"Mau kesana lagi? Biar kau ingat semuanya." Yeonjun memberi saran.
Bukan ide yang buruk, batin Taehyun.
"Aku mau! Ahh sudah lama sekali tidak kesana." Soobin menambahkan, menautkan kedua tangannya berharap. Mata berbinar, Hueningkai berdecak.
"Jauh tidak?" Hueningkai menggeleng. Satu tangannya bertengger di bahu kanan Taehyun. "Ada rute terdekat, sekejap mata juga sampai." Selanjutnya Hueningkai malah terkekeh. Merasa geli dengan ucapannya sendiri, sementara Soobin menatapnya aneh.
"Kenapa sih kau, Hyung? Sirik sekali!" Yang ditanya menghendikan kedua bahu. Hueningkai berkacak pinggang.
Soobin menyebalkan sekali.
Hening sejenak. Pertengkaran kecil mulai lagi. Tapi lama Soobin dan Hueningkai saling pandang, keduanya justru tertawa. Aneh.
"Jadi kapan kita pergi?" tanya Taehyun lagi. Menghela napas panjang seraya memandang Hueningkai yang mengusap-usap perut Soobin. Dua sahabatnya itu sangat unik, bertengkarnya tak butuh waktu lama.
"Sekarang juga bisa." Soobin yang merasa risih menghempaskan tangan Hueningkai. Tapi kemudian menjadi semangat sekali.
"Tapi ini masih jam sekolah, kalau ketahuan, kan, bahaya."
"Tenang saja. Yang namanya Magic Island, pasti berhubungan dengan sihir. Perjalanan memang cukup panjang, tapi disini hanya terhitung satu jam." Yeonjun mengangguk meyakinkan.
"Jangan khawatir, Taehyun-ah. Kita punya kendaraan khusus, kok." Beomgyu menepuk sekali pundak kanan Taehyun.
"Kendaraan khusus? Apa yang kau maksud?"
"Roller Coaster, kita akan gunakan itu untuk pergi ke Magic Island!" Itu Hueningkai, yang terlampau semangat.
Eh?
░▒▓█▓▒░
To be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTH OF MAGIC [√]
FanfictionDimalam kelabu yang dipenuhi bintang-bintang, kita mengikrarkan sebuah janji. "Bahkan ketika hatiku penuh dengan kekacauan dan mimpiku menari dibawah sinar kelam malam, aku hanya butuh setitik cahaya sepertimu." Seharusnya selalu seperti itu. Hidupk...