Taehyun mulai mendapat titik terang, semak kusut dan labirin gelap terus memenuhi otaknya sesaat setelah api unggun buatan Yeonjun membesar dan kembang api pemberian Beomgyu hampir terbakar semua. Ingatannya tampak buram dan memutar tidak jelas.
Beomgyu dengan lavender, Hueningkai dengan capung, Yeonjun dengan api unggun, serta Soobin dengan ponsel dan teleskop putihnya. Taehyun mendapat bayangan serupa seolah mereka semua pernah melakukan hal ini jauh sebelum Taehyun mulai melupakan memorinya. Sekarang hanya terasa rekaan yang diulang berkali-kali.
Taehyun memejamkan kedua matanya, merasakan sensasi sejuk yang entah mengapa justru membuat kepala terasa pening, menghilangkan setitik pusaran yang terus mengganggunya.
"Taehyun-ah, kenapa?" Taehyun menoleh, menatap Beomgyu dengan senyum lebarnya, kemudian menggeleng. Sementara Soobin terlihat sibuk melambungkan ponselnya berkali-kali seraya mengerucutkan bibir, Hueningkai dan Yeonjun asik membakar kembang api yang tersisa. Diamati satu persatu sahabatnya, menelisik tiap wajah dan gerak-gerik mereka. Taehyun merindukan itu semua. Dan beruntungnya seminggu belakangan ini, Taehyun bisa kembali merasakan kehangatan persahabatan yang empat tahun lalu hilang bak ditelan bumi, bukan seperti itu, lebih tepatnya mereka yang meninggalkan Taehyun seorang diri.
Kembali pada realita, Taehyun tersenyum lebar kala Beomgyu mencolek pipinya gemas, bertanya-tanya apakah tingkah lucu pemuda satu tahun di atasnya itu akan selamanya ia rasakan. Atau mungkin akan segera sirna.
Ada masanya Taehyun benar-benar merasa sendiri, namun ada masanya juga keramaian meliputi kelabunya hidup Taehyun. Sekuat apapun ia berusaha, menanamkan mindset bahwa ini adalah nyata dan bukan mimpi.
Ya, ini nyata dan bukan mimpi. Yeonjun, Soobin, Beomgyu, dan Hueningkai itu nyata. Bukan mimpi ataupun ilusi. Mereka nyata!
Taehyun membulatkan mata ketika Soobin melempar ponselnya dengan raut polos, seolah tak terjadi apa-apa, pemuda itu mendekatkan telapak tangannya ke dekat api. Namun hal lebih mengejutkan adalah ketika Beomgyu justru melepas seragamnya dan menaruhnya di atas api hingga terbakar.
Pun Beomgyu langsung membuang seragam itu ke sembarang arah, Taehyun hanya menelisik. Ini tidak benar, kenapa mereka melakukan hal yang tidak masuk akal?
"Hyung," panggil Taehyun.
Merasa tak digubris, Taehyun mendekatkan wajahnya dan setengah berteriak.
"Hyung!" Keempatnya kemudian menoleh. Menatap Taehyun penuh tanda tanya. "Lihat sekeliling." Juga mengikuti arah telunjuk Taehyun.
"Semuanya terbakar!" Yeonjun berdiri pertama, netranya melebar. Merapalkan banyak mantra dengan posisi tubuh yang tegak sempurna.
"Soobin, jaga mereka semua!" Soobin mengangguk, menggenggam tangan Taehyun yang hanya bisa melongo karena kebingungan. Ia yakin kebakaran ini bukan terjadi karena mereka membakar kembang api atau karena Soobin membuang ponselnya, apalagi karena Beomgyu melempar seragamnya yang hangus terbakar. Ini semua di luar nalar. Semut tidak mungkin bisa menghancurkan bumi.
Api semakin menjalar ke segala tempat, Magic Island yang semula indah menjadi tempat penuh bencana. Ini tidak benar. Taehyun menatap Soobin yang entah mengapa tiba-tiba memegangi telinganya dan terus meringis kesakitan. Belum lagi di sampingnya Hueningkai dan Beomgyu yang menangis ketakutan. Namun di balik itu semua, Taehyun dapat menangkap Hueningkai yang tiba-tiba merasa sesak napas dan Beomgyu yang menunduk seraya memijit bahu kirinya. Sementara jauh di depan sana, Yeonjun tiba-tiba saja jatuh berlutut dan menunduk dalam.
Atensi Taehyun menjalar kesana-kemari, bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. Memadamkan api hanya dengan bermodalkan sungai dangkal tidak akan cukup. Apalagi mereka hanya berlima, sementara keempatnya sedang mengeluh kesakitan.
Seolah belum cukup dengan apa yang terjadi, angin berlimpah ruah mendadak menyambut mereka sehingga kobaran api semakin dahsyat besarnya. Taehyun baru akan mendekat dan menyusul Yeonjun, namun ranting kayu nyaris mengenainya jika setengah meter saja Taehyun melangkah.
"Taehyun-ah, jangan kemana-mana." Soobin yang perlahan bangkit dari rasa sakitnya. Taehyun hanya bisa mengangguk, lagipula ia memang tidak bisa melakukan apa-apa. Semuanya kacau, hiruk pikuk terporak-poranda oleh api yang hampir melahap habis mereka. Bau anyir menyebar, aroma lavender mulai tercium. Hueningkai merogoh sakunya, Taehyun bisa melihat capung di telapak tangan Hueningkai yang rupanya sudah mati.
Tetibanya Taehyun teringat ucapan Beomgyu. Capung itu mati sebelum berpindah tangan. Dan bayangan hitam kembali mengutak-atik isi kepala Taehyun. Puzzle itu mulai tersusun.
Taehyun tidak mengerti bagaimana caranya mereka berlima bisa berada dalam sebuah lingkaran hitam yang mengerikan. Itu bahkan lebih menakutkan dari black hole yang sebelumnya membuat Taehyun kesulitan meneguk salivanya. Peluh membanjiri wajah mereka.
"Soobin-ah, time turner!"
"Tidak bisa, Hyung. Pintu itu sudah tertutup rapat."
"Sial!"
Yang Taehyun bisa tangkap dari pembicaraan yang tertua hanya umpatan Yeonjun. Tak lama dari itu, penglihatan mereka semua terpapar sinar putih terang, mereka tidak terlalu paham cahaya apa itu tapi yang mereka tahu selanjutnya tubuh mereka terhempas jauh dari tempatnya semula. Angin membiarkan mereka terombang-ambing bersamaan dengan api yang mulai mengecil. Ini lebih tidak masuk akal. Bagaimana bisa angin memadamkan api?
"Kenapa kalian membuat kekacauan lagi?"
"Untuk apa kembali jika tidak menaati peraturan?"
"Kalian sudah mati!"
Peringatan itu bagai menusuk-nusuk telinga Soobin, ia sibuk menutup rapat telinganya karena muak mendengar suara itu. Seraya mencari keempat sahabatnya yang entah di mana keberadaannya, Soobin terus berlari tanpa arah. Kini dirinya ada di dalam ruangan serba putih. Kemana Yeonjun, Beomgyu, Taehyun, dan Hueningkai? Dimana dirinya?
"Soobin ... Yeonjun ... Beomgyu ... Hueningkai ... kenapa kalian membawa anak itu kemari? Apa kalian berniat membunuhnya? Dia tidak akan mati dengan bola kematian. Aku ingat dia, satu-satunya yang selamat karena insiden itu. Kalian semua berdosa!"
Kalimat itu menggema, suara halus nan lembut dari sosok perempuan lebih terdengar seperti syair pemanggil hantu. Nama yang disebutkan kembali merasakan sakit yang teramat. Tak terkecuali Taehyun yang ikut tumbang karena tertampar badai yang entah kapan berakhirnya.
"Ini semua salah kalian!"
Bertepatan dengan kalimat terakhir, angin yang lebih dahsyat menyeret mereka pada dentuman keras kesadaran. Kelimanya tumbang tak sadarkan diri.
"Apakah kalian ingat namaku?"
Dan capung yang sejak tadi masih berada di telapak tangan Hueningkai kini berubah menjadi naga hitam bersayap yang sungguh luar biasa ukurannya. Besar dan mengerikan. Mengangkat tubuh mereka satu persatu dan meletakkannya di punggung si naga.
Kini pertanyaan cuma satu. Hidup atau mati, apa mereka kali ini selamat?
░▒▓█▓▒░
To be continued ...
KAMU SEDANG MEMBACA
LABYRINTH OF MAGIC [√]
FanfictionDimalam kelabu yang dipenuhi bintang-bintang, kita mengikrarkan sebuah janji. "Bahkan ketika hatiku penuh dengan kekacauan dan mimpiku menari dibawah sinar kelam malam, aku hanya butuh setitik cahaya sepertimu." Seharusnya selalu seperti itu. Hidupk...