❝ Aku bersyukur terlahir sebagai Ghina Alya, satu-satunya gadis yang mengenal betul seperti apa dirimu yang sesungguhnya. ❞
-SAUJANA-
"Buruan, Ghin, gua tinggal juga, nih!" seru mas Zidan.
Aku yang tengah merapikan rambutpun membelalakan mata mendengar ucapannya. Baru menunggu setengah jam saja sudah mengomel seperti itu. Kemarin-kemarin sewaktu ia tidak mengantar-jemputku, aku tidak semarah ini.
"Tinggal aja udah," sinisku sembari menjinjing sepasang sepatu sekolah.
Mas Zidan terkekeh melihatku, "Dipakai dulu itu sepatunya," katanya. Akupun bergegas memakai sepatu tanpa membalas ucapannya terlebih dahulu.
"Maap ye kemarin nggak bisa antar jemput,"
"Kirain Mas nggak pernah merasa bersalah," celetukku.
Mas Zidan tersenyum, "Maaf Ghin, maaf. Gua berantem sama Airin dari kemarin." jelasnya lemas.
"Kenapa lagi, sih?"
"You know, lah. Udah ah, langsung berangkat aja." katanya, aku menurut.
-SAUJANA-
Aku sampai di sekolah tepat pukul 06.29. Hampir saja terlambat! Ini semua karena mas Zidan yang terlampau lambat mengendarai motornya. "Mau sambil curhat, Ghin," katanya tadi.
Aku berjalan tergesa-gesa, lalu menaiki tangga demi tangga. Sampai akhirnya aku berada di dekat kelasku, "Loh, mau kemana, Lun?" tanyaku pada Luna yang hendak menuruni tangga seraya membawa buku.
"Ke perpustakaan, disuruh sama bu Rena. Buruan, Ghin,"
"Iya, tinggal aja nggak apa-apa." kataku lalu berlari kecil menuju kelas.
Sesampai di kelas, ternyata masih ada Arkan yang sepertinya tengah mengambil sesuatu. Setelah mata kami bertemu, ia memintaku agar bergerak lebih cepat karena pelajaran akan dimulai.
Akupun bergegas menaruh tas dan mengambil buku sejarah beserta alat tulis. Setelah dirasa semua sudah siap, aku menuruni anak tangga bersama Arkan.
"Nanti makan bareng, ya?" pintanya.
Aku tersenyum lalu mensejajarkan telapak tangan dengan pelipis, memberikan sikap hormat. "Siap, pak bos,"
Mendengar ucapanku, Arkan terkekeh kecil. "Sini, biar aku yang bawa," ucapnya sembari mengambil alih barang bawaanku.
-SAUJANA-
Di perpustakaan,
"Maaf, saya terlambat, Bu," kataku pada bu Rena.
"Tidak apa-apa, silahkan bergabung dengan teman yang lain," titah bu Rena yang kuberi anggukan. "Oh iya, mana spidolnya, Arkan?"
Mendengar pertanyaan tersebut, Arkan-pun memberikan spidol yang telah diambilnya tadi. Lelaki itu tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban ucapan terimakasih dari bu Rena, lalu berjalan menuju tempat duduknya.
Aku melihat sekelilingku, berniat mencari dimana letak tempat duduk Luna, Melody, dan Adira.
"Sini, Ghin," panggil Melody, ternyata mereka duduk di bangku pojok.
Aku berjalan menuju ke arah mereka. Oh iya, hubunganku dengan Adira sudah lama membaik! Kami berdua memang selalu seperti itu, mudah bertengkar, tetapi mudah pula berbaikannya.
"Dari tadi?" tanyaku sembari menata peralatan tulis di atas meja.
"Nggak, barusan," jawab Melody
![](https://img.wattpad.com/cover/200101650-288-k30812.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] SAUJANA ✔️
Ficțiune adolescenți[Sedang direvisi] Saujana. Ya. Sejauh manapun kau membawa siuh, netraku tetap tertuju padamu. © nyrtan, 2019.