❝ Galang, jika kau tahu betapa dalamnya rasaku untukmu, mungkin kau tak akan merisaukannya dahulu. ❞
-SAUJANA-
"Sekian drama dari kami, bila ada perkataan ataupun perbuatan yang menyinggung teman-teman sekalian mohon maaf, dan terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu'alaikum wr wb."
Suara gemuruh tepuk tangan memenuhi kelasku, bersamaan dengan jawaban salam dari penghuni kelas. Setelah melewati libur tahun baru yang cukup panjang, kami langsung dihadapkan dengan berbagai ujian-ujian praktek.
"Keren banget dramanya," komentar guru seni budayaku, bu Selvi.
Sontak aku dan teman di sampingku— Arkan ini menyunggingkan senyum manis, seraya berkata, "Terimakasih, Bu,"
"Iya, sama-sama. Kalian latihannya berapa tahun nih, kok bagus banget hasilnya ini,"
Aku terkekeh, "Ah, jangan dihiperbola, Bu. Kita latihan cuma empat hari," jelasku yang diberi anggukan oleh Arkan.
"Wow! Empat hari tetapi sudah sebagus ini? Jangan bercanda kamu. Atau mungkin, kamu dan Arkan memang sudah dekat dari dulu ya, Ghin?" goda bu Selvi.
Aku menggelengkan kepalaku cepat, "Nggak, Bu yaampun! Kita 'kan cuma teman. Iya, 'kan?" tanyaku sembari melihat Arkan, meminta persetujuan.
"Enggak, ah. Kita lebih dari teman," sahut Arkan, menyebalkan!
"Maksu—"
"Ya, 'kan kita sahabatan. Lebih dari teman dong berarti?" ucapnya. Aku tahu, Arkan begini pasti karena takut dengan omelanku.
"Katanya sih cuma sahabat, tapi sampai dinner bareng di café," celetuk Adira, membuat seisi kelas menjadi heboh akibat ucapannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa aku dan Arkan ini seperti Dilan dan Milea versi nyata.
Sialan! Aku lupa memberi uang pada Adira untuk menutup mulutnya. Bukan, ini bukan seperti yang kalian pikirkan.
Waktu itu aku dan Arkan memang sudah berniat untuk bertemu, membahas drama yang akan kami tampilkan. Tetapi karena malam itu Arkan belum makan— jadi ia mengajakku makan malam bersama terlebih dahulu di café dekat komplek rumahku. Dan kebetulan saat itu Adira juga berada di sana bersama dengan teman-temannya.
"Wah Ghina, nih, nggak apa-apa sih pacaran sama Arkan, kalian cocok. Tapi jangan sering-sering keluar malam gitu, nanti nama baikmu jadi taruhannya," jelas bu Selvi sembari tersenyum jahil.
"Ck. Enggak Bu yaampun, siapa juga yang pacaran." kataku sebal. Dapat kurasakan jemari Arkan sempat mencubit tanganku pelan karena decakanku tadi. Aku tahu, selepas ini dia pasti akan mengatakan jika aku tak sopan, karena berdecak di depan guru. Memang sesopan itu seorang Arkan.
Bu Selvi tertawa menanggapinya, lalu mempersilahkanku dan Arkan untuk duduk.
"Bagus nggak penampilanku tadi?" tanyaku pada Galang, yang menduduki bangku belakangku. Namun, tidak ada respon.
"Galang?" panggilku sembari menoleh ke belakang, agar dapat melihat wajahnya.
Sepertinya Galang sedang berusaha untuk tidak menatap ke arahku. "Ck. Kenapa sih, Galang!" pekikku heran.
"Sudah, jangan dekat-dekat denganku, nanti Arkan marah." ucapnya lirih.
Sontak alisku bertaut tidak suka, jangan lupakan bibirku yang kini telah berhasil mengerucut. "Nggak jelas kamu, Lang," kataku lalu kembali menatap ke depan.
"Kamu yang nggak jelas. Tingkahmu akhir-akhir ini seperti menunjukkan bahwa kamu menyukaiku, tetapi sewaktu di depan tadi, kamu terlihat seperti menyukai Arkan" lirihnya, namun masih dapat kudengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] SAUJANA ✔️
Fiksi Remaja[Sedang direvisi] Saujana. Ya. Sejauh manapun kau membawa siuh, netraku tetap tertuju padamu. © nyrtan, 2019.