"Tuan gila!"
Betapa terkejutnya Naina dengan keadaan pria yang kini ada di hadapannya. pria itu terkapar lemah dengan babak belur di wajah juga darah yang keluar dari perut bagian kanan bawahnya , tangan pria itu menahan darah yang keluar hingga tangannya berlumuran darah
"A-apa yang terjadi?". Badan Naina bergetar hebat Naina takut serta bingung harus berbuat apa
Naina dengan cepat mencari ponsel Michele untuk cepat menghubungi rumah sakit tapi tangannya di cegah oleh Michele
"Ja-jangan hubungi rumah sakit bawa saja saya ke-ke kamar sekarang". Naina bingung sudah jelas keadaannya parah tapi mengapa malah minta dibawa kekamar
"To-tolong Naina". Dengan sigap Naina berusaha mengangkat tubuh besar Michele untuk berdiri. Mau tidak mau Michele harus berjalan karna tidak mungkin Naina megendong tubuh besar nan kekar milik Michele ini
"Kenapa sih sampe kaya gini? Anda kan punya banyak bodyguard kemana mereka saat anda terluka parah seperti ini?". Naina sedikit mengoceh saat sedang memapah Michele ke kamar
Sementara Michele hanya diam sambil terus mengatur nafasnya lalu menikmati rasa sakit yang hampir menjalar keseluruh tubuhnya
Sesampainya di kamar Naina menidurkan tubuh Michele pelan di kasur lalu mengambil handuk dan menahan darah yang terus keluar dari perut bagian kanan bawah Michele
"Sekarang apa yg harus di lakukan hah?! anda melarang saya menghubungi pihak rumah sakit sementara anda sesekarat ini tuan!". Entah kenapa Naina merasa rasa khawatir dan marah menjadi satu. Khawatir? Ya, untuk pertama kalinya Naina sangat khawatir pada pria yang jelas jelas sangat dia benci
Tangan Michele bergerak merogoh saku celananya dan mengambil ponsel yang ada di sana lalu memberikannya pada Naina dengan nafas yang terengah Michele berbicara
"Hubungi kon-kontak yang bernama D.ZS disana lalu suruh dia datang kemari tolong cepat lah saya tidak kuat lagi". Setelah bicara Michele terbatuk
Naina buru-buru mengambil ponsel itu lalu menghubungi kontak yang di perintah oleh Michele tadi. Telfon pun tersambung Naina menunggu diangkat dengan terus menggigiti kukunya
Telfon pun diangkat
" saya tuan?". Kata suara pria di sebrang sana
"Cepat kesini Michael gawat keadaannya parah dia sekarat lebam di mana-mana dan perut bagia kananya seperti tetusuk". Naina berkata dengan satu napas dan setelahnya Naina menarik napas panjang lalu menghembuskannya frustasi
"Saya kesana". Sambungan telfon terputus Naina melihat kearah ponsel yang kini hanya menunjukkan layar gelap saja. Naina bingung tapi dia belom meberitahu pria itu alamatnya
Naina duduk di samping Michele dengan tangan yang terulur untuk menahan darah agar tidak terus mengalir. Naina mengambil lagi ponsel itu dengan tangan yang terkena darah lalu berusaha menghubungi pria tadi
Tiba-tiba tangannya di tahan oleh Michele lalu Michele berkata "dia pasti sudah tau keberadaan kita meski kau tidak memberitahunya". Lalu Michele memejamkan matanya dan terlihat sekali ekspresinya yang menahan sakit
Naina merasa iba tiba-tiba saja dadanya sesak benar-benar sesak sakit sekali pandangannya memburam akibat air mata yang terbendung di kantung matanya. Tak kuasa menahan akhirnya airmata itu pun meluncur bebas dari mata Naina dan menetes mengenai punggung tangan Michele
Michele yang merasa ada sesuatu mengenai tangannya itu langsung membuka mata dan mendapati Naina sedang berusaha menghapus airmatanya lalu menahan isakkan nya
Michele tersenyum dalam rasa sakit yang kini dia rasakan rasanya memang sangat menyakitkan tapi entah kenapa saat melihat Naina begitu khawatir sampai menangis Michele merasa rasa sakitnya itu perlahan-lahan hilang. Michele mengangkat tangannya pelan lalu menghapus jejak bekas airmata di pipi Naina
"Jangan menangis nona pembangkang saya tidak apa apa". Michele tersenyum pada Naina, Naina menepis tangan Michele pelan
"Saya tidak menangis". Naina mengahapus jejak airmatanya lalu menarik nafas dalam- dalam agar sesak di dadanya itu hilang tapi tetap saja sesak di dadanya itu tidak kunjung mereda
"Kebohongan yang sangat jelas". Michele berkata sambil terus menarik nafasnya menahan rasa sakit. Akhirnya pria yang di hubungi tadi datang dengan 3 orang lainnya mereka langsung masuk kamar dan menangani Michele sementara Naina disuruh menunggu di luar
Naina menunggu dengan perasaan khawatir yang entah mengapa dia se khawatir ini pada tuan gila itu. Naina menunggu masih dengan dada yang sesak akhirnya Naina duduk di sofa menatap kosong pada layar tv yang kini hanya berwarna hitam gelap airmatanya kembali menetes namun kali ini dia membiarkannya karna jujur Naina sudah tidak sanggup menahan airmata itu untuk tidak jatuh
2 jam pun berlalu
Dan Naina masih dalam posisinya. Dokter itu pun keluar, dengan cepat Naina berdiri dan langsung menghadang dokter itu dengan cara berdiri di depannya
"Bagaimana keadaan tuan gila?". Tanya Naina dengan raut wajah khawatir
"Lukanya memang cukup dalam jadi tadi saya menjahitnya dia dapat 5 jahitan untungnya hanya itu saja luka yang paling parah sisanya hanya lebam dan goresan kecil". Dokter itu menghentikan bicaranya lalu mengeluarkan secarik kertas dari jas putihnya itu
"Ini jadwal dia minum obat dan jadwal obat yang tidak untuk diminum, obat obatnya sudah saya susun dengan baik jadi anda tinggal mengikuti jadwalnya saja, oh satu lagi jaga dia yaa saya baru liat dia terluka separah ini dan sekarang hanya anda yang dapat membantunya memulihkan kembali tubuhnya. Saya permisi". Dokter itu pun pergi meninggal kan Naina yang berdiri sebab Naina jadi berfikir
Dimana ada seorang korban merawat penculiknya sendiri. Setelah berpikir Naina buru buru menepis pikirannya itu lalu masuk ke kamar dimana isinya ada tuan gilanya itu
Saat Naina masuk Naina mendapati pemandangan Michele yang tertidur lemah dengan baju yang sudah diganti juga luka-luka yang sudah bersih Michele tampak tampan saat tidur pikir Naina lagi
Naina mendaratkan bokongnya di kasur tepat samping Michele berbaring entah mengapa hati Naina begitu tenang saat melihat Michele masih bernafas sekarang perlahan tangan Naina terangkat dan mengelus salah satu lebam Michele
"Sebenarnya apa yang terjadi hm?". Gerutu Naina pelan sambil tangannya terus mengelus lebam yang berada di wajah Michele
Naina semakin memperhatikan wajah Michele tanpa sadar wajah Naina semakin mendekat pada wajah Michele, saat Naina sedang sangat jeli memerhatikan wajah Michele mata indah Michele terbuka perlahan dan bertatapan dengan mata Naina yang melotot terkejut
Naina ingin buru-buru bangkit dari posisinya itu namun Michele sudah lebih dulu menahan badannya hingga wajah mereka tetap pada posisi yang sama Michele tersenyum kecil pada Naina lalu dalam gerakannya yang hitungan detik Michele mengangkat tubuh Naina jadi berbaring di sampingnya saat Naina sudah terbaring Michele mendekap Naina dengan erat. Hangat itu yg Naina rasakan
"Tetaplah seperti ini untuk beberapa menit aku sedang benar-benar lemah, tolong untuk kali ini jangan membantah ya?". Kata Michele lalu memejamkan matanya sambil terus menghirup harum rambut Naina
Naina mengangguk dan membalas pelukan Michele, Naina pun memejamkan matanya dengan posisi kepala menempel di dada bidang tuan gilanya itu.
Aww 😆❤
@Lyorapark__