"Tu-tuan"
Naina sangat terkejut dengan apa yang telah terjadi didepan matanya
Pria yang baru saja melalukan hal yang tidak terduga bagi Naina itu menoleh kearah Naina dan melotot kaget karna perilakunya itu sudah di lihat oleh orang yang seharusnya tidak menyaksikan kejadian ini
Naina berusaha berdiri dan melarikan diri namun dengan sigap pria itu berlari menangkap tubuh Naina dari belakang
Naina pun berontak hebat berusaha untuk terlepas dari cengkraman pria itu
Dengan terpaksa pria itu memberikan obat bius pada Naina agar Naina lebih tenang dan tidak melalukan hal yang paling dia benci yaitu berurusan dengan polisi
Pria itu pun menggendong Naina lalu membawanya kekamar dan menidurkannya di kasur king size miliknya
Malam pun tiba, Naina yang baru sadar langsung duduk dan bingung dia berfikir ini mimpi atau bukan?. Saat dia sedang melihat-lihat ke sekeliling tiba-tiba pintu kamar itu terbuka menampakkan seorang pria gagah bertubuh tinggi yang memasukki ruangan itu
"Sudah sadar nona?". Tanya pria itu Naina terkejut dia berdiri dan mengambil guling lalu berancang-acang akan memukuli pria itu dengan guling jika dia berani mendekat pada Naina
Pria itu tersenyum simpul
"Tenang lah Naina eh Naina bukan? Maaf jika salah saya tidak pandai menghafal nama orang tapi saya pandai menghafal wajah orang". Ucap pria itu sambil duduk disalah satu sofa disana
"Saya mau pulang". Naina berjalan ke arah pintu namun saat Naina membuka pintu itu ternyata pintunya terkunci Naina pun menoleh pada pria yang masih duduk dengan tenang
"Saya mau pulang!". Tegas Naina pada pria itu tapi pria itu hanya tersenyum kembali
Naina sangat kesal dia menatap pria itu dengan tatapan yang sinis
"Maaf nona Naina saya tidak bisa melepaskan anda dikarenakan tadi anda sudah menyaksikan perbuatan saya yang seharusnya tidak anda lihat". Jawab pria itu dengan sangat tenang namun sangat membuat Naina jengkel
"Untuk apa anda melakukannya? salah anda bukan saya jadi lepaskan saya sekarang!". Naina sudah naik pitam
"Jika saya melepaskan anda maka anda akan membuat laporan kepada polisi lalu polisi akan datang kesini dan saya harus berurusan dengan mereka yang pada akhirnya uang juga". Kata pria itu sambil menyalakan rokoknya
"Lepaskan saya!". Naina berteriak membuat pria itu kesal lalu berdiri menghampiri Naina mencengkram kuat tangannya lalu melemparnya ke kasur terus menindihnya dengan tubuhnya yang kekar itu
"Anda hanya cukup diam disini tenang, jika anda terus berontak saya tidak segan untuk melakukan hal yang sama kepada anda". Setelah berkata dengan suara deep voice yang membuat Naina takut dan tegang
Pria itu keluar ruangan itu membanting pintu dan menguncinya lagi
Naina menenangkan dirinya sendiri lalu berdiri mengambil tasnya dan mencari hp nya namun dia tidak menemukannya sama sekali
"Ih! Dimana sih benda itu?". Celoteh Naina lalu mengeluarkan semua isi tasnya, didalam tasnya hanya hp yang tidak ada sementara barang yang lainnya sangat lengkap
"Shit! Dia pintar sekali mengambil hanya alat komunikasi ku saja, lalu untuk apa dia menembak orang itu tadi? Dasar pembunuh". Naina menatap kesal kearah pintu
Naina menelusuri seluruh ruangan berusaha mencari alat komunikasi yang bisa dia gunakan untuk meminta pertolongan. Namun nihil Naina tidak menemukan apa apa yang bisa menghubungi dunia luar sana
Dia kembali duduk dikasur itu lalu memeluk lututnya dan terus berfikir bagaimana caranya dia bisa keluar dari ruangan sekaligus rumah ini
Naina mengambil cameranya yang rusak lalu memainkannya diatas kasur tiba-tiba muncul sebuah ide yang sedikit gila dari otaknya
Naina mengambil jepit rambut kecil berwarna hitam yang ada di kotak kecil di tasnya lalu berjalan kearah pintu dan berusaha membuka pintu yang terkunci itu
"Di film biasanya ini berhasil semoga bisa berhasil juga disini". Naina terus mencoba dan ceklek kunci pun terbuka
Naina tersenyum terus mengambil barang-barang dan tasnya lalu berjalan pelan keluar dari ruangan itu berjalan mengendap seperti pencuri
Saat Naina sudah tinggal dua langkah ke pintu keluar sebuah tangan kekar memeluk tubuhnya dari belakang lalu sebuah bibir menempel pada telinga Naina
"Kau tidak bisa lari nona". Sebuah suara yang sangat membuat Naina merinding
Naina menoleh dan melihat pria yang sangat dia benci sekarang
"Lepas kan saya lepas kan bastard!". Naina menampar pria itu dengan lumayan keras hingga telapak tangan Naina pun merah
Pria itu menggendong Naina memasukkannya lagi ke kamar
"Michele nama sama Michele bukan bastard nona". Dengan kesal pria itu keluar kamar mengunci pintunya dan pergi entah kemana
Naina kembali duduk menangis sambil memeluk lututnya
"Kaka Naina mau pulang hiks". Tangis Naina
Sudah 1 jam Naina menangis dia tertidur dengan posisi yang sama di salah satu sofa dengan mata dan pipi yang masih basah dengan air mata
Hujan pun turun sangat deras di sertai suara petir yang menggelegar
Lyorapark__