SHOT 8

62 0 1
                                    

"Naina!."

Beberapa jam berlalu mereka sudah sampai di apart dan tiba-tiba hujan deras turun yang membuat Naina terkejut lalu langsung mendekat ke jendela yang berada di kamarnya

"Wahh hujannya lebat sekali untung saja sudah sampai disini". Ucap Naina sambil memegang kaca jendelanya yang terasa dingin itu

Saat sedang asik memandangi hujan yang untung tidak mengeluarkan petir yang sangat menggelegar itu

Naina tiba-tiba teringat akan sosok Arga lelaki itu melekat sekali di pikirannya Naina menyesal karna lupa meminta nomor atau alamat yang bisa dihubungi olehnya

Naina terus melamunkan Arga entah kenapa Naina terus kepikiran soal Arga semakin lebat hujan semakin lekat pula sosok Arga di pikiran Naina

Tiba-tiba Naina tersenyum sendiri hingga dia tidak menyadari bahwa Michele sudah berada di kamarnya lalu memandanginya dengan tatapan yang sangat tajam

Naina pun berbalik badan dan begitu terkejutnya dia saat melihat Michele sudah berdiri tegap menatapnya

Naina mengusap dadanya lalu mengatur nafasnya

"Tidak sopan masuk kamar orang tidak ketuk pintu". Kesal Naina pada Michele yang kini tersenyum pahit

"Saya sudah mengetuk pintunya lebih dari 10 kali tapi tidak ada jawaban apapun saya kira kau sudah mati disini tapi ternyata sedang senyum-senyum tidak jelas, kenapa senyum-senyum? Teringat pada lelaki tidak jelas itu?." Kali ini Naina benar-benar kesal Naina hanya tidak terima saja jika Arga di bilang lelaki tidak jelas

Naina jalan satu langkah menghampiri Michele

"Apa anda bilang? Lelaki tidak jelas?, Jelas jelas dia yang menyelamatkan saya jika tidak ada dia mungkin sekarang saya tidak ada di hadapan anda tuan gila!." Setelah berkata sambil melotot pada Michele Naina hendak keluar kamar namun tangannya di tahan oleh Michele

Naina menggoyangkan tangannya agar terlepas dari cengkraman Michele namun cengkraman itu malah semakin kuat

Michele menarik Naina sekaligus membuat badan Naina terlepar keatas tempat tidur dan Naina pun terlentang diatas tempat tidur

Michele menindih badan Naina yang membuat Naina menjadi gugup dan kaku, mata mereka saling tatap

"Tidak boleh ada orang lain selain saya yang ada di pikiran anda, paham?". Michele berbicara dengan suara deep voice nya yang membuat siapapun yang mendengarnya secara langsung akan merinding seketika

Naina pun memberanikan diri untuk bicara meski dia takut dan gugup

"Apa peduli anda? Pikiran pikiran saya yaa suka suka saya lah". Naina menatap Michele dengan tatapan marah tapi takut

Michele mengangkat satu alisnya mengeluarkan smirk nya lalu kembali berdiri tegap

"Saat anda bersama saya itu artinya dari ujung rambut sampai ujung kaki anda semuanya saya yang atur". Setelah berkata begitu Michele berjalan keluar kamar Naina lalu mengunci pintunya dari luar

"Ihh nyebelin banget sih". Naina lari kearah pintu lalu mengetuk ngetuknya

"Woi tuan gila buka gak buka ih". Naina menendang pintunya lalu memegangi kakinya yang terasa sakit akibat menendang pintu terlalu kencang

Sementara di luar kamar ada Michele yang tersenyum puas






                                     ***

Sebuah mobil bmw hitam berhenti di depan rumah yang cukup besar lalu keluar lah seorang wanita cantik penerus usaha keluarganya itu

Wanita itu buru-buru masuk ke rumah tersebut

"Bi Ziah". Wanita itu berlari memeluk ART nya yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri

"Non Aira aduh non bibi kangen loh non". Bi Ziah mengusap rambut Aira dengan penuh kasih sayang

Aira pun melepaskan pelukannya dan mengahapus airmata nya yang sempat mengalir karna rindu pada bi Ziah dan mengakhawatirkan adiknya itu

"Bi aku mau bersih bersih dulu abis itu kita cari Naina ya bi yaa". Aira berbicara sambil menahan tangisnya yang sebenarnya sudah tidak terbendung

Bi ziah hanya menganggukkan kepalanya

"Biar bibi siapkan makan yaa non".

Bi Ziah berjalan kedapur dan Aira jalan memasukki kamar Naina

Aira berjalan masuk duduk di kasur Naina lalu mengambil salah satu figura kecil yang terdapat foto Naina dan dirinya

"Kamu dimana sih de". Air mata Aira kembali menetes Aira hanya takut bahkan sangat takut kehilangan adik satu satunya itu

Siang pun berganti malam Aira dan Bi Ziah masih terus mencari Naina mereka sudah mendatangi semua rumah teman Naina yang Aira tau, tapi tidak ada hasil apapun tidak ada satu pun dari mereka yang tau dimana keberadaan Naina

Aira dan bi Ziah memutuskan untuk kembali pulang kerumah karna hari sudah tengah malam

Malam berganti pagi saat terbangun Aira langsung siap-siap untuk melanjutkan pencariannya bahkan Aira pun sudah melapor pada polisi namun belum ada kabar juga dari pihak kepolisian

" sarapan dulu non". Ucap bi Ziah saat mereka bertemu diujung tangga dibawah

Aira menganggukkan kepalanya

"Bibi udah siap? Kita langsung cari lagi nanti". Aira menyuapkan Nasi goreng buatan bi Ziah yang menurut Aira itu ada ciri khas rasa tersendiri 

Bi ziah mengangguk lalu membuatkan teh hangat untuk Aira

Saat sedang minum teh yang dibuatkan oleh bi Ziah, Aira menerima sebuah telfon dari nomor yang tidak dikenal

Aira mengeryitkan keningnya menaruh gelasnya di meja samping piringnya lalu mengangkat telfon dari nomor yang tidak di kenal itu

"Halo". Ucap Aira

"Nona Aira betul?". Ucap suara dari sebrang sana yang entah siapa itu

"Iya betul, dengan siapa ini?".

Orang yang ada di sebrang sana tertawa membuat Aira semakin bingung

"Anda tidak perlu tau siapa saya yang terpenting saat ini adalah anda sangat membutuhkan saya dan kita perlu bertemu".

"Hah? Tapi kenapa saya sangat membutuhkan anda?".

"Karna saya tahu soal keberadaan adik anda nona Naina". Ucap laki-laki ditelfon itu yang membuat Aira terkejut sampai matanya bulat sempurna

"Di mana dia?!".

Telfon terputus





@Lyorapark__

BOSS DADDY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang