Perlahan Naina membuka matanya lalu memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing itu karna terlalu lama menangis lalu langsung tertidur
Beberapa menit setelah Naina terbangun dia mendengar suara kunci dan pintu kamar itu pun terbuka. Memperlihatkan sesosok pria tinggi dengan balutan jas lengkap di tubuhnya juga seorang wanita paruh baya yang membawa nampan
Naina sedikit bingung tapi dia langsung berdiri dan menatap mereka dengan tajam, wanita paruh baya tadi mendekat pada Naina dan menaruh nampan itu di meja yang ada di hadapan Naina
"Makanlah nona menangis membuat mu lapar dan haus bukan?, maka makanlah makanan ini karna ini semua aman tidak beracun". Ucap wanita paruh baya tadi dengan senyuman lalu pergi keluar kamar diikutin oleh seorang pria berjas tadi dan pintu pun terkunci lagi
Naina kembali duduk lalu menatap makanannya, yaa memang benar dia lelah lapar juga haus tapi dia ragu untuk memakan makanan itu Naina takut kalo setelah memakan itu dia malah akan pingsan,keracunan,atau bahkan mati?
Naina merinding sendiri akhirnya dia kembali diam tidak menyentuh makanan itu sedikit pun. Naina berdiri lalu berjalan mendekat kejendela yang memang terkunci rapat lalu Naina menatap hujan dengan harapan ada seseorang yang bisa menolongnya keluar dari kediaman Monster ini
Baru 5 menit menatap hujan dengan damai Naina dikejutkan oleh suara kunci sekaligus pintu kamar itu yang terbuka menampakkan sesosok pria tampan gagah nan kekar itu namun kasar
Pria itu jalan mengarah pada Naina namun dia berhenti saat jarak diantara mereka sudah 2 meter
"Kau belum memakannya?kenapa?kau takut aku akan meracuni mu?, tenang lah nona aku tidak akan mematikan yang bukan mangsa ku". Ucap pria itu dengan nada dinginnya juga tatapan yang mengintimidasi pada Naina
"Kalo memang begitu lepaskan aku psychopath". Kesal Naina pada lelaki itu hingga mengatainya psychopath
Namun lelaki itu malah tersenyum tipis lalu berkata "aku ini bukan psychopath nona, aku ini bisa dibilang pembasmi manusia manusia yang kerjanya hanya bisa merusak bumi kita ini".
"Kejahatan itu memang harus di basmi tuan tapi bukan dengan cara dimusnahkan seperti itu! karna ada hukum yang berlaku disetiap negara". Ucap Naina menatap tajam pada pria didepannya
"Hukum?kau bilang apa tadi? Hukum yang berlaku?". Pria itu menghentikan bicaranya lalu berjalan ke sofa mendudukkan dirinya lalu bersandar
"Hmmm hukum ya? Untuk apa ada hukum yang berlaku jika semua hukum yang berlaku bisa di langgar dengan uang? Karna uang hukum bisa membuat yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar". Lanjut pria itu
Naina menatap pria itu dengan tatapan bingung, yang ada di otak Naina adalah siapa dan apa sebenarnya pria yang ada di hadapannya ini
"Lepaskan saya dasar pria jelek gila!". Naina benar benar kesal sekarang menghadapi pria tidak waras yang ada di hadapannya ini
Pria itu langsung menatap Naina berjalan cepat kearah Naina lalu mendorong Naina hingga punggungnya terbentur dinding
Pria itu mendekatkan wajahnya pada wajah Naina lalu berkata "jangan coba- coba anda membentak saya atau berteriak pada saya karna itu akan berakibat fatal nona Naina". Ucap pria itu membuat Naina merindingPria itu pun pergi lagi keluar kamar dengan membanting pintu juga tapi kali ini Naina tidak mendengar suara pintu terkunci
Karna terkejut dengan apa yang telah terjadi tadi Naina terduduk lemas dan berusaha mengatur nafasnya lalu mengelus-elus dadanya
Naina menatap pintu itu dia berdiri perlahan lalu berjalan perlahan kepintu itu dan jalan keluar kamar
Setelah sampai di luar kamar Naina langsung berlari kearah pintu keluar, namun pada saat Naina akan membuka pintu ternyata pintu itu terkunci dan hanya bisa di buka dengan sebuah kartu
Naina menyesal seharusnya dia tidak kemari sendirian seharusnya dia menunggu saja camera dari kakanya, andai waktu bisa diulang pikir Naina
Naina terduduk di dekat pintu keluar memeluk lututnya dan tertunduk diam, dia diam memikirkan cara lain agar bisa keluar dari sini dan sebuah ide gila terbesit di otak Naina.
@lyoraprak__