CHAPTER 10 (Sosok Lain dan Permainan)

5 0 0
                                    

Alunan musik klasik pengantar tidur terdengar keras di telinganya. Charlotte mendekati Ron Ishmburg, dengan kedua tangannya yang mengepal kuat. Beberapa ekor kaki seribu merayap mengitari Ron meski laki-laki itu tak melihat keberadaan serangga-serangga yang bersama Charlotte sama sekali.

Tangan Charlotte mencekik leher Ron kuat, membuatnya menjatuhkan mayat kucing yang ia bawa kemarin, meronta-ronta berusaha melepaskan cekikan tangan Charlotte.

"Lepaskan tanganmu dariku..." pinta Ron hampir kehabisan nafas.

"Bagaimana aku bisa melepasmu sementara selama ini kau terus menggangguku?!" protes Charlotte, mencekik leher Ron semakin kuat

Ron terbatuk-batuk, terus berusaha melepaskan cekikan Charlotte yang entah mengapa terasa begitu kuat seperti telah terbiasa mencekik orang lain. Urat-urat Charlotte menyembul keluar dari seluruh badannya. Pagi ini dua orang membuat amarahnya semakin menguasai hawa nafsunya untuk membunuh seseorang.

"Kau juga selalu menggangguku!" seru Ron, berusaha berbicara meski Charlotte tetap mencekik lehernya.

Gadis itu mengernyit heran, mengendurkan sedikit cekikan tangannya untuk membiarkan laki-laki itu berbicara.

"Aku tak pernah mengganggumu!" elak Charlotte.

"Kau memang tidak secara langsung menganggu. Namun sikapmu yang tak memiliki rasa belas kasih pada kucing di sekitarmu yang mengganggu kehidupanku! Dua kali ini kau telah membunuh kucingku. Pertama ketika kau mengurung kucingku di dalam sebuah kardus ruang hampa tanpa udara. Dan kali ini kau menendangnya ke jalan tanpa rasa bersalah sedikit pun lantas membiarkan sebuah mobil merenggut nyawanya!"

"Aku tak tahu...."

"Ya kau memang tidak pernah tahu siapa pemilik kucing yang bersedih akan kepergian kucingnya atau ketika kucingnya kembali dalam keadaan buruk!"

"Aku ingin membuatmu merasakan apa yang kucing-kucing itu rasakan ketika kau menyiksa atau mengganggu mereka. Mungkin caraku untuk menyadarkanmu dengan mengganggumu itu salah. Namun, kuharap kau bisa menyadari perbuatanmu sehingga kau tak lagi menindas kucing-kucing di jalanan. Sejujurnya aku tak ingin melakukan hal itu padamu... Tapi mengapa kau sama sekali tak merasa bersalah dan mengubah sikapmu menjadi lebih baik?!"

Kata-kata Ron sedikit membuat Charlotte tersadar. Meskipun hanyalah seekor kucing. Namun, tentunya mereka adalah makhluk hidup yang tinggal di dunia yang sama dengannya bukan? Mengapa ia begitu kejam terhadap makhluk kecil tak berdaya itu?

Gadis itu melepaskan tangannya dari leher Ron. Kalimat terakhir berupa pertanyaan membuatnya teringat pada suatu hal. Pada dua pilihan sebelum ia menjadi sosok lain yang menjalani hari ini.

"Kau menginginkan perubahan terhadap dirimu sendiri?"
Ataukah memutarbalikkan nasibmu menjadi lebih baik dari sebelumnya?"

Ya, pertanyaan dari kedua gadis kecil yang ia temui kala itu, Elf dan Pixie. Mungkinkah kedua kalimat itu memiliki arti tersendiri? Entahlah, pikiran Charlotte terasa begitu kecau sehingga ia tak lagi dapat berpikir jernih.

"Selama ini aku terlalu kasar terhadapmu...maafkan aku. Aku hanya tak tahan melihat sikapmu pada sosok makhluk tak berdosa yang kau siksa. Aku-"

Kalimat Ron terputus. Darah muntah keluar dari mulutnya. Laki-laki itu tersenyum tipis, memegang pergelangan tangan Charlotte yang menusuk jantungnya.

"Rupanya kau tak memaafkanku...biarlah...kurasa aku pantas mendapatkannya. Aku memang salah karena terlalu kasar mengusikmu. Hanya saja..." Ron kembali memuntahkan darah dari mulutnya, terbatuk kecil, "...kuharap kau dapat merubah sikapmu..." ujarnya lirih melirik mayat kucingnya yang hancur tak berbentuk, lalu memejamkan matanya perlahan.

The Rhythm of Lullaby(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang