CHAPTER 11 (Suatu Kisah yang Rumit)

6 0 0
                                    

Sosok itu tersenyum miring. Tiba-tiba saja tubuhnya melebur meninggalkan dua sosok gadis kecil berpakaian gothic lolita berlainan warna. Charlotte mengepalkan kedua tangannya kesal, hampir terbawa oleh emosinya karena merasa tertipu. Kedua gadis kecil itu merupakan wujud sesungguhnya dari sosok wanita yang ia sangka sebagai ibunya.

"Kau tak bisa menumbangkan kedua raja itu, gadis manis..." ucap Pixie, tersenyum seraya menunjukkan sebuah pion raja putih.

"Karena Kamilah dua pion itu. Dua pion yang saling berselisih dari dua kerajaan yang berbeda," sahut Elf, ekspresi wajahnya terlihat datar seperti biasanya. Gadis itu pun turut menampakkan sebuah pion raja hitam di tangannya.

Pixie melirik ke arah Alan, mendapati laki-laki itu terlihat was-was pada dirinya.

"Jadi kau adalah Joker? Sosok yang dapat memusnahkan kami?" Pixie tertawa renyah, terlihat merendahkan.

"Dan kau adalah salah satu pion kami," tambah Elf, menatap Charlotte dingin.

Mereka bilang Alan adalah Joker dan Charlotte adalah bagian dari pion catur mereka? Perumpamaan macam apa yang tengah kedua gadis itu buat?

"Di zaman ketika 4 kerajaan hidup dengan damai, seorang badut kerajaan justru menghancurkan seluruhnya. Tentu saja dengan lawakan serta tipu daya yang ia buat. Keempat kerajaan itu dengan mudahnya hancur," ujar Pixie, menatap lurus kepada Alan dengan senyum liciknya. Ia pun melanjutkan kisahnya. Kisah yang terjadi pada masa lampau.

"Kejadian itu terjadi di dunia lain, dunia kami. Beratus-ratus tahun yang lalu hingga kami pun hampir melupakan kisah itu,"

"Cerita macam apa itu?!" protes Alan membalas tatapan Pixie dengan tatapan tajam miliknya.

Merasa sedikit terancam, Pixie menyentuh pinggiran penutup kotak musiknya yang ia bawa, hendak membukanya. Namun, Elf lebih dulu menahan gerakan tangan Pixie, menggeleng cepat. Gadis kecil berpakaian gothic lolita putih itu mengangguk terpaksa, mengurungkan perbuatannya.

"Tidak perlu seperti itu, kami hanya menceritakan sebuah kisah klasik yang hampir tertelan oleh sejarah," jelas Elf. Nampan yang ia bawa menampakkan puluhan kaki seribu yang menggeliat di dalamnya.

"Dan kau, pion baru kami, " kali ini pixie menatap Charlotte, tersenyum padanya. "Bersiaplah memasuki lingkungan barumu. Diantara dua kerajaan, kau akan terus menunggu hingga bertahun-tahun lamanya. Diantara dua warna, hitam dan putih. Hanya tersisa satu pertanyaan dari dua pertanyaan sebelumnya. Kau ingin menjadi pion seperti apa? Mari kita melihatnya... Fufufu... " gumam Pixie.

"Dua pertanyaan? " tanya Charlotte heran, memastikan suatu hal yang aneh.

"Kau melupakannya? Oh kau tampak begitu kejam telah melupakan hal penting seperti itu... " jawab Pixie, hampir menangis.

"Baiklah... Waktu kami hampir selesai. Joker, kau tidak perlu sebaik itu untuk menghalangi langkah kami. Kau cukup mundur, membiarkan pion-pion kami berkumpul kembali... "

"Hentikan kegilaan yang kalian buat! " seru Alan, amarahnya tampak sudah tak dapat ditahannya.

"Ups! Maafkan kami, kami berdua pun hanya sebuah pion kecil. Lihat, hanya sebuah pion yang digerakkan oleh orang lain, bukan begitu? " elak Pixie. Dua gadis itu lagi-lagi menunjukkan pion mereka.

Wah wah... Hanya sebuah pion yang digerakkan rupanya...

"Dan kurasa kau akan menjadi prajurit tangguh seperti benteng yang kokoh dan kuat, " celetuk Elf tersenyum kecil.

"Sampai jumpa," kedua gadis itu melambaikan tangannya bebarengan.

Tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, mereka merubah wujud mereka menjadi segerombolan kupu-kupu hitam yang terbang menembus atap rumah Charlotte dan yang satu lagi menjadi seekor ular putih yang merayap masuk ke dalam tanah. Dua pion raja terjatuh di lantai, menegaskan sekali lagi bahwa keduanya hanyalah sebuah pion berjabatan raja. Raja yang lemah...

The Rhythm of Lullaby(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang