Happy reading....
"emang udah pernah"
Raka langsung di buat cengo dengan ucapan Dira. Bagaimana nggak kaget, di umur Dirs yang masih kecil sudah pernah masuk kantor polisi. Haduhhh gini nih klo lahir di keluarga Mavia, diajar sejak dini!
"kok bisa masuk kantor polisi? Emang Dira habis ngapain sampe-sampe di bawa ke kantor polisi?" tanya Raka sambil melototi Dira.
"jadi minggu lalu itu ada preman pasar yang nyulik Dira, Akaa lupa yaa kalo Akaa pulang duluan karna bunda Ana sakit," Raka yang mendengarnya hanya manggut manggut sambil mendengarkan penjelasan Dira.
"nahh kebetulan Araa lupa bawa hp truss uang Araa abis gara2 banyak makan ess krimm. Jadinya Araa pulangnya jalan, truss pas Araa lewat di depan pasarr ada preman yang halangin jalan Araa,"
"tuhh preman langsungg ngangkat Araa tapi Araa keinget ama belati tadi, jadi Araa ngambil belati di kantong Araa truss langsung nusuk punggung tuhh preman," ucap Dira kecil enteng. Raka yang mendengarnya ternganga mendengar penjelasan Dira yang terdengar sangat berani tapiii ini Dira masihh 7 tahun lohh.
" truss tuhh si preman gimana nasib nya?" tanya Pada dira kecil yang tengah mengayun ayunannya.
" kata dokter paruh-paruhnya bocor, Akaa liat sendirikan tadii belati Ara lumayan panjang," ucap Dira kecil enteng.
"isshh kok Araa nggak ada takut2 nya sihh, klo gua mahh udah pingsan," ucap Raka kecil dalam hati.
"premannya selamat kan?" tanya Raka memastikan.
"mana Araa pikirin, tapii klo nggak salah denger dokternya bilang premannya kritis." Raka langsung menepuk jidatnya.
"yaaa harusss dipikirin Araaa! Itukan ulahh Araaa, bukan masalah sepele lohhh ini nyangkutin nyawa orang," kata Raka sedikutt ngegass gegara Araa kelewat santai.
"bodoamat Akaaa, udahh biarinn papah Ando yang ngurus," ucap Dira lalu berdiri dari ayunan.
"udahh ahhh cuman masalah secuil masih dipikirin, ayokk lahhh pulangg," kata Dira pada Raka kemudian menarik Raka untuk pulang.
Ditengah perjalanan tiba-tiba datang orang tua Raka.
"ehhh haloo bunda Anaa," ucap Dira sambil tersenyum. Dira memang memanggil bunda nya Raka dengan sebutan bunda juga.
"ehhh ada Araa, udah mau pada pulang kan?" tanya ayah Riko ayahnya Raka.
"iyaaa Yahh ayok lah pulang sama-sama," ucap Raka girang.
"tapii kita udah harus langsung kebandara soalnya tiba-tiba ayah punya pekerjaan penting di korea jadi harus langsung berangkat," kata bunda Anaa menyesal.
"trus Araanya gimana?" tanya Dira kecil yang sudah hampir menangis. Bagaimana nggak nangis denger Rakanya sudah mau meninggalkannya.
"Araa ikut taksi kita aja jadi Araa bisa liat Akaa pergi, nanti bunda suruh sopirnya buat nganterin Araa pulang yah?" ucap bunda Anaa kepada Dira kecil. Dira hanya menjawabnya dengan anggukan sambil mengusap air matanya yang sempat menerobos keluar.
Di dalam perjalanan Dira hanya diam tak seperti biasanya yang selalu cerewet tentang apa saja yang Raka lakukan.
Beberapa menit berlalu, mereka sudah berada di bandara. Dira tidak turun dari taksi, Dira hanya melambaukan tangan nya ke Raka sebagai tanda perpisahan mereka. Dira pulang dengan wajah yang sangat murung.
Di dalam taksi Dira melihat kaca yang berada di depan, pak sopir taksinya terlihat tersenyum jahat sambil memicingkan matanya ke Dira.
Dira juga tau kalau yang mereka lewati bukanlah jalan menuju rumah dira. Dira langsung mengeluarkan belati kesayangannya lalu memainkannya.
"beneran nggak mau nganterin Dira pulang nih pak?" tanya Dira dingin ke pak sopir taksi itu sambil memainkan belatinya.
"i-iyahh bapak anterin p-pulang!" jawab pak sopir itu gugup. Bagaimana bisa anak tujuh tahun bisa membuatnya gugup dengan belati yang dimainkannya.
Pak sopir itu langsung memutar balik mobilnya kemudian mengantar Dira pulang. Kali ini Dira benar-benar diantar pulang.
Flassback off
Untuk kedepannya, Raka akan tinggal dirumah Dira selama ia di Indonesia karna ia tidak punya kenalan yg akrab di Indonesia selain keluarga Dira.
Kejadian semalam membuat Dira tidak pernah keluar dari kamarnya sampai pagi dan asal kalian tau kamar Dira dan kamar yang Raka tempati berdekatan. Tapi untungnya kamar Dira kedap suara jadi Raka tidak mendengarr Dira menyanyi semalam.
Dira itu memiliki kelebihan dengan suaranya yang indahh dan juga sangat merdu, sudah banyak kali para pihak sekolah membujuk Dira untuk ikut kompetisi bernyanyi. Tapi Mana mau Dira mengorbankan jati dirinya yang kejam jadi minimalis. Huh bukan Dira banget. Itu semua terjadi karna Dira bernyanyi di dalam kelas yang sedang kosong dan Guru seni tidak sengaja lewat di depan kelasnya.
Dira sudah muak dengan semua bujukannya dann besok Dira akan membuat semuanya bungkam dengan caranya sendiri. Hohohoo tungguu kedatangan Diraaa....
Dira sudah sumpek di kamar, ia ingin keluar tapiii lagi males keluar soalnya ada Raka. Dira rindu sih sama Raka tapi gengsi donggg.
"Aaaaaaaaaaaaaa nggak tau mau ngapain! Haduhh pake acara laper lagi, aishhhh auu ahh keluar aja," ucap Dira malas.
Dira langsung bergegas keluar dari kamarnya, perutnya sudah sedari tadi bergemuruh minta makan. Tapi saat Dira mau mentutup pintu kamar nya Raka tiba-tiba juga keluar dari kamarnya.
Kayaknya Raka baru saja selesai mandi karna rambutnya masih basah, uuuu makin kece Raka di mata Dira. Tapi Dira langsung menggelengkan kepalanya.
Bagaimana nggak kece, rambut yg masih basah, pake kaos oblong hitam dan juga celana jeans selutut dan Dira selalu terpanah dengan mata indah Raka dan alis tebalnya.
Raka yang baru saja keluar itu terkejut dengan Dira yang terus menatapnya dengan intens.
"astagfirullah, ngagetin aja," ucap Raka sambil mengusap dadanya.
Dira langsung tersadar dengan apa yang ia lakukan tadi.
"astaga! Gua kenapa! Bisa bisanya gua terpesona sama ni kutu kupret," ucap Dira dalam hati.
"heh lu kenapa?" tanya Raka yang melihat Dira tak bergeming dengan nya.
"nggak," ucap Dira ketus lalu pergi ke bawah.
"mungkin Araa masih marah karna kejadian kemarin, gue sihhh kenapa nggak ngeliat Dira sih! Pengen buat kejutan ehhh gua yang dikejutin!" kata Raka pada dirinya sendiri.
Yoo thankyouu yang udah baca sampe part ini... ^3^
KAMU SEDANG MEMBACA
~M.F.M~
Teen FictionAnindira Gladysa, seorang gadis cantik yang lahir di keluarga Mavia terbesar di asia. Dikelilingi oleh kekayaan dan kekejaman, yang menurun dari keluarganya. Keluarga yang harmonis, tapi terdapat fakta yang sangat mengejutkan. Pembalasan Dira terhad...