▪️▪️▪️
"Selamat, lo sudah sah menjadi anggota Delvaroz." ucap Alvin pada pria itu.
"Lo akan di bawa ke rumah sakit, tapi sebelum itu." lanjut kembali Alvin, lalu mengeluarkan sebuah benda kecil dari sakunya dan menyerahkannya pada Dira.
Dira kembali menarik paksa tangan pria itu yang masih terluka dan terus menerus mengeluarkan darah. Dira langsung memasukkan benda kecil itu ke dalam luka pria itu.
Pria itu kembali mengeram dan bergetar karna rasa sakit yang terus menerus ia rasakan. Tapi dia hanya bungkam,sudah seharusnya dia melakukannya.
"Bawa dia ke rumah sakit, pastikan tangannya di jahit dengan rapi hingga tak ada bekas sekalipun!" titah Dira lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.
▪️▪️▪️
Sekarang pukul 11:30, Dira masih terjaga begitu juga dengan semua anggota Delvaroz. Mereka berjaga dan juga akan menyambut Grisa yang mungkin akan datang untuk menyerang.
Dira berusaha agar terjaga dan melawan rasa kantuknya. Ia benar-benar lelah hari ini, walaupun tak terlihat tapi Dira tak bisa menyembunyikannya dari sahabatnya yang satu ini.
"Kalo lo capek mending istirahat duluan aja, kita bisa jaga gantian. Lagian yang cowok pasti pada tahan sampai pagi," ujar Nana yang sedang memakan cemilan.
"Nggak," Nana menatap Dira malas, kapan the Queen mereka ini meleleh bak es yang terkena hawa panas.
"Serah dah Raa..." melas Nana kembali memakan cemilannya.
Tiba-tiba ponsel Dira berdering..
"Hmm.."
"Tadi Lorids datang ke markas gue, Grisa pengen gua ikut di pihak nya dan lawan lo. Tapi gua sok ngiyain padahal gua pengen nyerang berang lo di belakang nya,"
"Mungkin Lorids belum tau kalau kita udah kenal, jadi tunggu gue di markas besar lo. Kita bakalan buat rencana buat ngehabisin Lorids untuk selamanya."
Ujar Arlos panjang lebar, Dira terdiam sejenak sebelum menjawab.
"Kumpul di rumah gue, soalnya lebih aman. Sekarang gue jalan," jawab Dira dan langsung mematikan telepon nya.
"Alvin, Ana, Jaka, Sinoy, Diki dan Riko iku gue. Yang lain tetap berjaga- jaga, kalau ada apa-apa langsung lapor." Ucap Nada lalu berjalan keluar dan langsung menuju kekediamannya.
Sesampainya di rumahnya sendiri, Dira melihat Arlos dan anggotanya memarkirkan motornya di halaman rumahnya. Dira menghela nafas kasar.
Dira langsung merogoh kantong nya dan menelfon pria sialan satu itu. Sebelum itu Dira terlebih dahulu menyuruh yang lainnya ke ruangan rahasia miliknya dan memarkirkan motor di parkiran bawah tanah.
"Keluar sekarang!" tegas Dira dan langsung mematikan telepon nya secara sepihak tanpa mendengar ucapan pria itu.
Arlos menampakkan batang hidung nya dari balik pintu besar milik kediaman Dira dengan terpogoh-pogoh, dan di ikuti oleh anggota nya.
"Napa sih Dira?" ucap Arlos dengan nafas memburu.
"Kita bakalan ketahuan sama Grisa, kalo lo markir motor disini!" ucap Dira dingin dan mata menajam pada Arlos.
Arlos mencengo, "Trus gua parkir di mana? Atap rumah lo?" jawab Arlos sedikit sinis karna lelah berlari.
"Ikut gua," ucap Dira lalu menyalakan motornya tanpa memakai helmnya.
Arlos dan anggotanya menaiki motornya dan mengikuti Dira. Dira turun dari motornya dan menekan sesuatu di dinding. Semua yang ada di sana hanya ada dinding, tak ada besi seperti pintu yang bisa mereka lewati.
Tapi, perlahan dinding yang berada di belakang rumah Dira itu terlihat menurun secara perlahan.
Mereka langsung memasuki lorong itu dengan hati-hati karna lumayan menurun dan berliku, tapi sangat luas.
Sesampainya di sebuah area yang sangat luas, mereka memarkirkan motor mereka dengan rapi. Disana sudah ada beberapa motor yang berjejer rapi.
"Ayo," ajak Dira, Arlos dan yang lainnya langsung mengikuti nya dari belakang.
Entah kemana lagi Dira akan membawa mereka. Mereka sekarang sedang berjalan di lorong yang agak sempit, dengan lampu temaram dan dinding putih. Sepanjang jalan, mereka melewati banyak ruangan ruangan. Akhirnya, mereka berada di ujung jalan yang terdapat pintu berwarna coklat keemasan di sana.
Dira menempelkan telapak tangannya pada alat sensor yang ada di sebelah pintu. Seketika pintu itu langsung terbuka dengan sendirinya, dan di sana sudah ada Alvin dan yang lainnya.
Ruangan itu sangat luas, dan terdapat meja yang melingkar yang terdapat kursi berjejer di sana. Rak buku dan alat2 cangging tersusun rapi di setiap sudutnya.
Dira mempersilahkan Arlos dan beberapa anggotanya untuk duduk dan untuk memulai pembicaraan.
"Ar," ujar Dira dan langsung di mengerti ileh Arlos.
"Sekitar jam 11:30, Lorids datang di markas Darklos. Kita juga nggak tau, Lorids tau dari mana keberadaan markas kita. Secara, hanya kalian yang berhasil mendapat markas Darklos." kata Arlos dengan sedikit mendekatkan bibirnya pada miq yang tersedia di setiap meja.
"Mereka ajak Darkloss untuk kerja sama dengan mereka untuk melawan Delvaroz. Gue sebagai ketua menerima perjanjian itu agar mereka percaya kalau Darklos belum bekerja sama dengan Delvaroz." lanjut Arlos.
"Dan kita akan membuat rencana untuk membuat Lorids menyesal, sebelum itu gua mau bilang kalau gue belum bisa memusnahkan Lorid karna ada masalah pribadi yang harus gue selesai kan. Jadi untuk penyerangan ini, jangan sampai ketu Lorids itu meregang nyawa. Masih ada hal penting yang harus grisa tau sebelum gue membawanya ke alam baka." ucap Dira panjang lebar.
Yang lain hanya mengiyakan yang Dira ucapkan. Mungkin itu hal yang privat sehingga Dira sendiri lah yang akan mengakhirinya.
"Jadi, apa rencana kita?" tanya Rika antusias.
"Tunggu, gue mau nelfon Grisa." Arlos yang baru saja mengeluarkan telepon nya, langsung mengurungkan niatnya.
"Dir.." panggil Arlos.
"Tenang, Grisa nggak bakalan ada yang bisa ngelacak nomor lo kalau lo ada di ruangan ini." ujar Dira santai seolah tau isi pikiran Arlos.
Arlos merasa lega dan kembali mengambil ponselnya dan menghubungi Grisa. Semua yang ada di ruangan itu diam, karna takut Grisa akan mengetahui kedok Darklos.
Grisa langsung mengangkatnya, dan Arlos mengaktifkan pembesar suara nya agar semuanya bisa mendengarkan.
"Halo," sapa Grisa sok ramah yang membuat Dira jijik sendiri.
"Gimana rencana kita buat nyerang Delvaroz?" ujar Arlos to the point.
"Gua beserta bawahan gua bakalan mancing semua anggota Lorids dari depan markas mereka. Gua juga udah nyiapin bermacam bom buat ngehancurin markas mereka, kalau bisa sama semua anggotanya.. hhahah."
"Dan tugas lo, ambil semua senjata yang ada di markan Delvaroz. Nggak mungkin kan, gua udah keluar banyak biaya trus nggak ada untung nya. Nanti senjata itu kita bagi buat persiapan nyerang Delvaroz lagi,"
"Okkk, gue bakalan persiapin semua anggota gue. Gua tutup dulu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
~M.F.M~
Teen FictionAnindira Gladysa, seorang gadis cantik yang lahir di keluarga Mavia terbesar di asia. Dikelilingi oleh kekayaan dan kekejaman, yang menurun dari keluarganya. Keluarga yang harmonis, tapi terdapat fakta yang sangat mengejutkan. Pembalasan Dira terhad...