~18~

11 1 0
                                    

▪️▪️▪️

"Ana, persiapkan senjata untuk penyerangan balik. Beberapa senjata besar untuk anggota tersembunyi dan pistol untuk anggota lainnya." ujar Dira memberikan intrupsi.

"Riko, persiapkan bom dan juga granat. Pada saat yang tepat kita akan meledakkan sebagian anggota Lorids. Kalau Grisa tak henti-hentinya menyerang dan tak memikirkan pertumpahan darah anggota nya, gue bakalan maju." lanjut Dira dengan tekadnya yang besar.

"Tugas Darklos apa?" tanya Arlos.

"Darklos bakalan bantuin Diki dan juga Jaka di garda terdepan, Gue dan yang inti lainnya bakalan ngontrol dari belakang. Kalau memang keadaannya darurat, gue bakalan keluar." jawab Dira panjang lebar.

"Tapi lo sama Darklos harus bareng Grisa, tapi lo lawan Lorids. Kalau Grisa sadar akan apa yang lo lakuin, lo panas-panasin aja. Soalnya Grisa nggak ada pengalaman sama sekali soal beginian, cuman jago di mulut." kata Dira.

"Gue juga bakalan utus anggota gue buat penyerangan bom dan juga persenjataan besarnya. Biar kalian nggak terlalu kesulitan." kata Arlos.

"Boleh juga," seru Ana bersemangat.

"Sinoy, lo di garda depan buat tuntun anggota bela diri lo. Ana, siapin juga senjata tajam buat anggotanya Sinoy." ucap Dira.

"Jadi semua udah fiks nih?" tanya Arlos.

"Iyya, besok siang semuanya harus siap."

"Pulang, kita juga butuh istirahat." ujar Dira memberikan intrupsi lalu berjalan lebih dulu.

"Oke Queen," ucap Arlos dengan menatap Dira lekat.

▪️▪️▪️

Dira melirik jam besar yang berada di sudut ruangan, sudah jam 2:30. Dira menghela nafas lelah, lalu berjalan menuju lift untuk naik ke kamarnya.

Setelah membersihkan diri, Dira langsung merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Tak lama Dira langsung terlelap dengan tubuh telungkup.

Jam 7:45, telepon Dira berdering. Dengan nyawa yang belum terkumpul, Dira meraba meja yang berada di dekat kasur untuk mengambil telepon nya.

"Semuanya udah beres," kata Alvin di seberang sana.

"Gue otw," jawab Dira kemudian mematikannya.

Keluarga Winata yg lainnya masih ada di desa bersama Raka, mungkin sore ini mereka akan pulang.

Dira menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian bergegas menuju markas untuk mematangkan semua rencananya.

Dira sebenarnya sedih, ia tak bisa menghabiskan waktu nya bersama keluarganya. Tapi ia juga tak bisa meninggalkan urusannya, apalagi ini menyangkut Delvaroz dan Lorids.

Dengan cepat, Dira melajukan motor sport biru malamnya. Membelah jalanan yang didesaki oleh kendaraan lainnya. Dira menuju ke markasnya yang berada di belakang sekolah, karna Grisa hanya tau markas yang disana.

Kalaupun ada kerusakan di daerah dekat markasnya, pasti sekolah lah yang pasti akan terkena ancaman itu. Toh sekolah itu milik ayahnya, jadi jika ada kerusakan itu adalah hal yang biasa saja. Papah nya juga tak akan marah.

~M.F.M~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang