24. Pertemuan Terakhir Dengan Ika

30K 1.3K 103
                                    

Sembilan bulan kemudian ...


Aku melihatnya, berdiri disebalik pohon beringin besar.


"Mas Radit?"


Pelan aku menyibak semak hingga mencapai pohon yang kuincari sedari tadi. 


"Mas ...."


Senyap, tak ada jawaban. Aku melangkah lebih dalam hingga tubuh ini bersisian dengan pohon besar yang bergantungan akar itu.


Benarkah yang tadi kulihat adalah Mas Radit? 


Kusingkirkan rasa takut yang tiba-tiba mendera, sebab sekeliling tak terlihat satupun manusia melainkan belantara yang gelap gulita. Tapi demi menemuinya, aku akan mengalahkan ketakutan ini. 


Setelah lima langkah berjalan, kini aku bisa melihat. 


Meski membelakangi, aku tahu itu adalah bahu miliknya. Suamiku.


"Kemana aja kamu, Mas, aku rindu sekali. Tolong kembalilah Mas, kami rindu ingin berkumpul bersamamu."


Kuusap air mata yang berderai di pipi, sembari berusaha menyentuh bahu lebar Mas Radit. Tepat saat jemari ini berhasil mengenai tubuhnya, Mas Radit berbalik.


Namun, aku terpaksa harus memicingkan mata, berlindung dari pantulan sinar serupa sorotan lampu mobil, yang tiba-tiba mengenai indera penglihatanku. Dan karenanya, pegangan tangan pada Mas Radit terlepas.


"Jangan pergi Mas, Alya ingin ikut."


Derai air mata terus membasahi wajah, namun tak urung kumengejar langkah Mas Radit yang begitu cepat. Sesaat dia berbalik, ya Allah aku rindu sekali padanya. Ia tersenyum memperlihatkan wajah yang begitu berseri, tampan, tak berubah seperti dahulu. 


"Tunggu Alya, Mas. Alya sudah tak mampu lagi bertahan. Ijinkan Alya ikut bersama kamu, Mas."


Aku memohon sambil menekukkan tubuh. Tapi seolah tak ingin mengiyakan keinginan ini, Mas Radit menggeleng lemah. Ia menunjuk perutku yang sudah jelas terlihat membesar. Ya Allah, aku lupa jika di dalam rahim ini, ada janin yang sangat membutuhkanku.


Air mata kembali berderai. Dada ini begitu sesak, benar-benar tak mampu menarik napas.


"Jika kamu tak mengijinkan, beri kesempatan agar aku bisa bersandar di dadamu, Mas. Sekali saja. Aku lelah."


Mas Radit masih bergeming, kini melepas jas putih yang dikenakan. Lalu langkahnya kembali menjauh. 

Istri Yang Kau CeraikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang