Daftar Ya?

26 7 1
                                    

"Daftar yaa. Ayolah temenin gue? Ya?" Jaehyun mendorong kertas formulir pendaftaran OSIS yang baru saja kusingkirkan dari atas meja.

"Gak. Lo yang mau daftar kenapa harus bawa-bawa gue sih?" aku menatap Jaehyun kesal.

"Lo kan suka ikut kepanitiaan acara sekolah, daripada nanggung kan mending sekalian jadi pengurus?" bujuk Jaehyun, tangannya masih menahan formulir di atas mejaku ketika aku mendorongnya menjauh.

"Gue ikut kepanitian juga karena gak terikat. Kalo jadi pengurus kan terikat, ada tanggung jawab setahun penuh."

Jaehyun mengusap rambutnya ke belakang, terlihat mulai lelah denganku yang masih keras kepala menolak ajakkannya untuk mendaftar menjadi pengurus OSIS, "Asal lo tau, gue gak bakal ngebujuk lo kayak gini kalo gak disuruh sama Eunwoo."

Aku mengerutkan alis, "Eunwoo? Calon kandidat terkuat ketua OSIS?"

Jaehyun menjawab dengan anggukan, "Ya lo pikir aja sih, hari ini udah wawancara. Harusnya formulir dikumpulin kemaren tapi lo masih dikasih kesempatan buat daftar. Dan gue lagi yang ditumbalin buat ngebujuk lo."

"Ya udah sih tinggal bilang gue gak mau?"

"Gak bisa," Jaehyun berkacak pinggang, "Formulir gue gak akan diproses sampe berhasil ngebujuk lo. Makanya, ayolah," Jaehyun menatapku dengan mata memelas.

"Kenapa?"

"Hm?"

"Kenapa gue harus banget daftar OSIS?"

Jaehyun mengangkat bahu, "Eunwoo mau pendekatan sama lo kali."

"Lo gak punya alasan yang lebih logis?"

"Mmm... supaya formulir gue diproses? Ayolah."

"Lo masih trauma sama kejadian di SMP makanya gak mau masuk organisasi?" Minghao tiba-tiba duduk di sampingku, bergabung dalam percakapan seakan-akan ia sudah mendengar sejak awal.

Aku melirik sinis Minghao yang sekarang menarik formulir dari tangan Jaehyun, "Harus banget lo bawa-bawa masalah itu?"

"Kan gue nanya. Apa perlu gue isiin formulirnya?" Minghao menanggapi tanpa rasa bersalah.

"Kenapa gak lo aja yang daftar kalo gitu?"

"Soalnya gue gak dikasih kesempatan di menit-menit terakhir kaya lo," Minghao menyodorkan formulir dan pulpen yang entah datang darimana, "Kalo lo udah dikasih kesempatan dan kepercayaan, kenapa gak lo coba ambil aja?"

"Lo kan tau, Hao."

"Atau," Jaehyun menjeda kalimatnya setelah berhasil membuat atensiku dan Minghao beralih padanya, "Lo tanya Bang Scoups aja. Jawaban atas semua masalah."

Alisku berkerut, "Kok tiba-tiba jadi dia?"

"Lo kalo gue atau Minghao yang ngomong gak didenger tapi kalo Bang Scoups yang ngomong pasti didenger."

"Kapan gue begitu?!"

"Udah udah," Minghao menahanku yang hendak berdiri, "Coba lo chat atau telpon terus tanya aja, kalo lo masih bingung. Soalnya gue liat lo juga sebenernya mau kan daftar OSIS?"

Minghao dan kemampuannya membaca pikiranku benar-benar menyeramkan. Meskipun ia selalu beralasan bahwa semua hanya tebakan namun ketepatannya benar-benar membuatku curiga ia punya orang khusus untuk mengawasiku atau mungkin, peliharaan jin.

Aku melihat jam di layar ponsel, kemudian membuka gallery untuk melihat jadwal mata kuliah yang pernah dikirimkan oleh Seungcheol beberapa waktu lalu.

"Lo kok ada jadwalnya Bang Coups?" tanya Jaehyun yang melongok berusaha melihat layar ponselku.

"Dia yang ngasih."

Jaehyun berdecih, "Ngakunya bukan siapa-siapa tapi semua kegiatan dilaporin."

"Lo ada masalah apa sih sama gue hari ini, Jae?"

"Kalo ternyata malah kalian yang jadian gue ketawa paling kenceng sih," celetuk Minghao.

Aku ―dan rupanya Jaehyun serentak menoleh dan menatap Minghao dengan alis berkerut.

"Kan, nengok aja barengan."

Aku memutar bola mata dan menekan tombol panggilan serta speaker sebelum Jaehyun kembali memperkeruh suasana.

"Halo?"

"Cheol."

"Ya? Ada apa nih tiba-tiba nelpon? Lo gak sekolah?"

"Lagi istirahat. Gue butuh pendapat. Kata lo, gue daftar OSIS gak?"

"Kenapa tanya gue? Lo gimana?"

"Gue bingung. Makanya gue tanya. Menurut lo, gue daftar engga?"

"Hmm gimana ya?"

"Tambahan info aja, Bang. Ini udah lewat masa pengumpulan formulir tapi dia dikasih kesempatan sama calon ketua OSIS," kata Jaehyun tiba-tiba.

"Loh ada Jaehyun?" Seungcheol terdengar terkejut.

"Iya, dia yang maksa gue masuk OSIS," aku melirik malas pada Jaehyun.

"Kalo lo udah dikasih kesempatan walaupun batas waktunya lewat berarti kemampuan lo emang dibutuhin gak sih? Kalo lo emang ngerasa yakin lo bisa, ambil aja. Gue cuma mau ngingetin, lo udah bukan di SMP lagi. Coba lebih percaya sama diri lo lagi."

Aku terdiam, mencerna saran dari Seungcheol dengan pikiran kalut. Berbagai pikiran negatif mulai menguasai kepalaku, membuat keyakinan yang semula Seungcheol bangun mulai kembali pudar.

"Makasi, Bang. Maaf udah ganggu waktunya ini anaknya malah bengong, gue tutup ya," Jaehyun tiba-tiba mengambil alih ponselku.

Terdengar suara tawa pelan dari ponselku, "Oke sama sama."

Aku merengut kesal pada Jaehyun yang baru saja mengembalikan ponselku ke atas meja.

"Apa? Bang Coups aja percaya sama lo, kenapa malah lo yang gak percaya sama diri sendiri?" Jaehyun mulai kembali berceloteh.

"Kalau gue boleh nambahin dikit," Minghao membenarkan posisi duduknya menjadi menghadapku, "Bang Seungcheol bener, lo sekarang udah bukan di SMP lagi. Dan coba tanya deh sama diri lo sendiri, yang lo takutin itu prasangka buruk lo terhadap masa depan atau cuma ke-gak-tau-an lo terhadap masa depan?"

"Kalian sadarkan kalau kesempatan ini gue ambil, gue bakal jadi omongan diantara kakak kelas dan pengurus organisasi lain nantinya kalo keterima? Kalian yakin masih bersikeras nyuruh gue daftar?" aku menatap Jaehyun dan Minghao bergantian.

"Kalo gue, iya. Lo kan ada gue―kalo gue keterima― kalo ada yang gangguin bilang aja. Demi formulir gue diproses ini tolonglah," Jaehyun menatapku memelas.

"Keputusan akhir tetep ada di lo. Kalo lo yakin, ambil," Minghao menanggapi.

"Oke."

Jaehyun mengerutkan kening, "Oke apa?"

"Oke, gue coba daftar OSIS."

"Nah, gitu dong!" Jaehyun berpura-pura mengusap air mata, "Emang ya kalo Bang Scoups sudah bersabda pasti di dengerin."

"Heh!"



















Inspired by: 2018, daftar OSIS

How to Make Up || Choi SeungcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang