Notes: Slightly mention of blood
--
Hari ini aku berniat menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan di mall sendirian. Berusaha memiliki waktu untuk diriku sendiri setelah sekian lama. Mall tujuanku hari ini adalah mall yang biasanya kudatangi dengan keluargaku sebelum kami pindah ke luar kota.
Sekilas memang tidak banyak hal yang berubah, namun beberapa outlet tampak berpindah tempat atau bahkan sudah tidak ada lagi. Aku juga baru menyadari bahwa mall ini diperluas ketika melihat tempat yang asing ketika sedang berkeliling.
Toko buku menjadi perhentianku berikutnya. Sekilas aku melirik jam yang terpampang tak jauh dari pintu masuk, memastikan masih ada cukup banyak waktu sebelum sore hari datang karena aku yakin akan menghabiskan waktu cukup lama di toko buku.
Aku mulai melihat lihat, dari jejeran buku keluaran terbaru, buku-buku best seller, hingga tumpukkan buku yang nampaknya jarang tersentuh di pojok rak. Sesekali aku membaca sinopsis atau membaca sekilas buku sampel yang segelnya sudah dibuka.
Ketika sedang berjongkok untuk melihat buku di rak bagian bawah, aku merasakan getaran yang tak kunjung berhenti dari tas selempang milikku. Mengerutkan kening, pikiranku mulai mengingat-ingat apakah aku telah ijin kepada orang tuaku sebelum pergi tadi. Aku yakin sudah memberi tahu mereka bahkan dua hari sebelumnya, apa mungkin mereka lupa?
Nama yang tertera di layar ponsel membuatku mendengus pelan sebelum menggeser tombol hijau untuk mengangkat panggilan.
"Lagi dimana lo?"
"Selamat siang juga saudara Minghao. Gue lagi di toko buku nih. Ada apa gerangan menelpon saya?"
Terdengar decakan pelan dari seberang sambungan, "Kok lo gak bilang mau ke mall hari ini?"
Aku mengerutkan kening, mataku masih melihat-lihat judul buku di rak yang berada di hadapanku, "Lo gak nanya? Lagian lo siapa? Kenapa gue harus laporan ke lo kalo mau jalan-jalan?"
"Lo kalo ngomong disaring dikit coba."
Tanpa sadar aku memutar bola mata, "Kenapa nelpon? Ganggu me time gue aja lo."
"Gue bosen. Mau jalan."
"Makanya cari cewe biar ada yang bisa diajak jalan. Eh tapi kok lo bisa tau gue lagi di mall? Lo stalker ya? Atau lo masang tracking app di hp gue ya?!"
Minghao tertawa pelan, "Lo kebanyakan nonton film ya? Kan lo update snapgram, gimana sih."
"Oh iya."
"Lain kali kalo mau jalan ajak gue ya."
"Biar apa?"
"Biar gue bisa jalan lah, bosen. Lagian gue janji sama ibu lo buat jagain lo di sini kan?"
Aku menghela napas pelan, merasa Minghao terlalu serius mengartikan ucapan basa-basi ibuku, "Lo bukan siapa-siapa gue, Hao. Lo gak ada kewajiban buat jagain gue. Lagian gue bisa jaga diri kok."
"Gue kan temen lo. Dan juga, lo bukannya dari dulu paling gak bisa ya kemana-mana sendirian?"
"People change, Hao. Sekarang malah kadang gue butuh waktu sendiri, buat re-charge energi sebelum beinteraksi sama orang-orang lagi."
"Ya udah kalo gitu. Lain kali kalo butuh temen jalan kasih tau gue aja ya."
Aku tersenyum meskipun tau Minghao tidak dapat melihatnya, "Oke bos."
"Have fun. Hati-hati pulangnya, jangan kemaleman. Kalo ada apa-apa telpon gue aja."
"Iya. Lo kenapa lebih bawel dari ibu gue deh, Hao."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Make Up || Choi Seungcheol
FanfictionBukan, ini bukan cerita tentang kosmetik. Ini tentang S.coups, alias Sulky Coups dan bagaimana cara berbaikan dengannya "Gue salah apa lagi?" "Lo manggil gue Choi Seungcheol!" "Kan itu nama lo?!" semibaku alur cerita : mundur [completed]