Sayang

375 21 0
                                    

Pandanganku beralih dari kertas yang berisi list barang ke tumpukan baju di samping koper. Kemudian tumpukan buku dan beberapa barang lain membuatku memijat kening, sepertinya aku perlu mengurangi beberapa barang.

Pintu kamarku tiba-tiba terbuka, menampakkan seorang perempuan berambut merah dengan ponsel di tangannya. Ia melirikku sebentar sebelum kembali menatap ponselnya dan merebahkan diri di atas tempat tidur.

"Kayak kamar sendiri ya," sindirku.

Boneka beruang yang ada di atas tempat tidur terbang ke arahku, "Yang sopan sama kakak sepupu."

"Kak Nana ngapain ke sini? Kalo mau menghabiskan oksigen doang mending di tempat lain aja."

Nana mengubah posisinya menjadi tengkurap, memicing ke arahku, "Kamu lagi marahan ya?"

Keningku berkerut,sepertinya aku tidak begitu banyak berinteraksi dengan orang lain akhir-akhir ini, "Marahan? Sama siapa?"

"Dari kemarin Seungcheol nge-chat aku terus tau. Nanyain kamu," pernyataan Nana membuatku semakin bingung, "Dia tau kamu udah dapet kuliah? Aku mau ngasih tau takutnya kamu lagi ada masalah sama dia atau mau ngabarin tapi belum sempet."

Pergerakan tanganku berhenti, mengalihkan pandangan pada Nana, "Aku emang belum ngabarin siapa-siapa."

"Kenapa?"

"Beberapa temen aku masih ada yang belum dapet kuliah dan beberapa yang lain udah mulai sibuk ngurus daftar ulang dan lain-lain. Aku niatnya mau ngabarin setelah berangkat aja, update lagi di bandara."

Nana menggelengkan kepalanya, "Sok misterius banget," Nana mengambil ponsel dan tampak mencari sesuatu sebelum menunjukkan layar ponselnya padaku, "Liat nih, line aku yang biasanya dipenuhi oa sekarang di spam terus sama Seungcheol. Kalian tuh pacaran apa gimana sih?"

Aku tertawa pelan melihat Nana yang menggerutu dengan wajah kesal, "Engga, Kak, kita temen. Malah aneh banget kalo aku sama dia pacaran, udah kayak kakak sendiri dia tuh."

Mata Nana nyaris tak berkedip menatapku, seperti berusaha membaca pikiran dan mencari kebohongan dari kalimatku barusan, "Kamu mungkin ngerasa kayak gitu. Tapi Seungcheol? Kamu yakin dia gak ada perasaan apa-apa sama kamu?"

Aku menggelengkan kepalaku yakin, sudah tiga tahun sejak aku mengenal Seungcheol dan berbagai rumor dan spekulasi orang-orang tentang hubunganku dengan Seungcheol sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku.

"Dia sayang tau sama kamu. Kalo gak percaya coba aja liat chat dia ke aku, malah dia pernah beberapa kali telpon cuma buat nanyain kamu ke aku."

"Kak Nana sama Seungcheol kan satu angkatan pas SMA, wajarlah kalo dia ngontak Kakak. Apalagi dia tau aku lagi dalam keadaan yang gak baik-baik aja akhir-akhir ini dengan drama perkuliahan ini."

Nana menjentikkan jari, matanya sedikit berbinar, "Tuh kan! Gimana bisa dia tau kamu gak baik-baik aja dan lagi gak mau dihubungin tanpa kamu bilang? Kamu yakin dia gak suka sama kamu?"

Lagi-lagi aku mengangguk tanpa ragu, hubunganku dengan Seungcheol bukan hubungan yang seperti itu. Tiga tahun memang bukan waktu yang lama, tapi aku merasa cukup mengenal Seungcheol untuk tau bahwa hubungan kami bukan sesuatu yang dapat digoyahkan karena perasaaan seperti itu.

"Kamu pernah nanya?" pertanyaan Nana membuat alisku terangkat, bertanya, "Kamu pernah nanya gak ke Seungcheol, kalo dia punya perasaan ke kamu atau engga?"

Untuk kesekian kalinya aku menepis pertanyaan Nana. Seungcheol tidak mungkin suka padaku.

"Kalau kamu gak pernah nanya ke dia, gimana kamu bisa yakin kalo dia gak punya perasaan ke kamu? Aku aja bisa liat dia sayang banget sama kamu."

"Sayang ke adek gitu kan?"

Nana menggeleng kuat, "Ke perempuan. Dia pasti punya perasaan ke kamu, walaupun sedikit. Kalau engga, mana mungkin dia sekhawatir ini sama kamu?"

Aku pernah bertanya pada Seungcheol, tentang perasaannya padaku. Tapi tidak semua hal tentangku dan Seungcheol perlu diketahui oleh semua orang bukan? Lagipula jawaban Seungcheol tentu saja tidak, tapi ini tiga tahun yang lalu. Selama ini aku selalu berpegang pada jawaban itu, karena aku juga benar-benar tidak memiliki ketertarikan seperti itu pada Seungcheol.

Beberapa kali aku merasa marah pada stereotip bahwa hubungan perempuan dan laki-laki itu pasti di dasari oleh hal yang romantis. Emosiku yang tidak stabil akhir-akhir ini membuatku mempertanyakan banyak hal, dan meskipun di depan Nana aku dengan percaya diri menyakinkannya tentang hubungan platonikku dengan Seungcheol, pertanyaan bertubi-tubi Nana membuatku mulai mempertanyakan hal yang sama.

Bukannya terlalu percaya diri, tapi apa sebenarnya Seungcheol memiliki perasaan padaku? Aku benar-benar berharap ini hanya anggapan orang awam, orang luar yang tidak mengenal bagaimana hubunganku dengan Seungcheol. Aku tidak ingin menjauh dari Seungcheol hanya karena perasaan cinta.

"Kamu gak mau ngabarin Seungcheol? Lusa kan kamu udah berangkat."

"Aku bakal kabarin dia kalo aku mau kabarin."

Nana mendengus pelan, "Aku suruh dia kontak kamu aja ya? Males aku digangguin terus sama dia. Harus kamu bales ya!"


















 Harus kamu bales ya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nana

Inspired by : 2020, pengumuman universitas

How to Make Up || Choi SeungcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang