Kopi

39 8 0
                                    

Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), salah satu persyaratan untuk mendaftar menjadi pengurus OSIS dan MPK. Rasanya aneh menjadi panitia LDKS ketika aku merasa baru menjadi peserta beberapa waktu yang lalu. Ternyata waktu memang sudah berlalu dengan cepat.

Para peserta sudah tidur, aku baru saja selesai berkeliling untuk memastikan tidak ada peserta yang berkeliaran di koridor. Beberapa panitia tampak tengah berbincang di aula, beberapa yang lain tengah sibuk belajar dan adapula yang tengah menyiapkan acara selanjutnya untuk dini hari nanti.

Aku hendak duduk di antara panitia yang tengah berbincang di aula ketika Jaehyun masuk ke aula dengan wajah panik. Beberapa mata yang menangkap kedatangannya mulai mengalihkan fokus dan tampak tertarik menunggu berita yang sepertinya akan disampaikan oleh Jaehyun.

Jaehyun berlutut di sampingku, "Kacau. Alumni ada yang dateng, kayaknya mau ikut buat pos to pos nanti malem."

Ketua OSIS, Eunwoo, berusaha terlihat tenang, "Siapa aja yang dateng? Ada di mana sekarang?"

"Doyoung, Hoshi, Woozi. Di pos satpam gerbang depan. Gerbang sengaja ditutup sama anak keamanan, mereka ada di dalem pos. Takut kalo keluar disuruh buka gerbang," Jaehyun mengacak rambutnya, "Gimana dong?"

Berdasarkan yang kudengar dari panitia lain, terkadang alumni memang akan datang ketika LDKS terutama ketika malam pos to pos, atau jurit malam―yang isinya sebenarnya hanya pos yang seharusnya melatih mental. Intinya pos yang keras. Beberapa berita burung yang kudengar tahun lalu bahkan alumni nyaris membuat keributan ketika malam pos to pos.

"Ada yang bisa ngajak ngobrol mereka gak, Jae?" tanya Eunwoo.

Mata Jaehyun membesar, "Ngajak ngobrol? Mereka? Biar apa? Tujuannya dateng tengah malem gini ngapain lagi kalo gak mau bikin rusuh, Woo."

"Mereka kan kakak kelas, paling engga kita gak boleh biarin mereka di luar gitu aja tanpa nyapa. Di sini gak ada yang bisa nahan mereka gitu?" Eunwoo mengalihkan pandangan pada orang-orang disekitarnya―yang langsung mengalihkan pandangan berusaha untuk berpura-pura tidak melihat.

Aku menghela napas pelan melihat pertanyaan Eunwoo dibiarkan tanpa jawaban, "Gue aja, Woo."

Eunwoo tersenyum, "Makasi ya. Tolong pastiin mereka gak masuk ke area sekolah ya, gue bisa kena sama pembina nanti," aku mengangguk mengerti menanggapi pesan Eunwoo, "Jae lo ikut sana. Masa lo ngebiarin cewe dikelilingin tiga cowo barbar."

"Kalo gue ikut jadi empat dong," Jaehyun menggerutu, namun tetap mengikuti perintah Eunwoo.

"Jadi lo ngerasa barbar, Jae?" tanyaku.

"Gak gitu!"

Jaehyun menghampiri pos satpam untuk mengambil kunci gerbang. Aku dapat mendengar omelan beberapa panitia keamanan yang tengah berjaga malam ini ketika berjalan mendekat. Menghampiri dan berdiri di samping Jaehyun, aku dapat melihat dua dari tiga panitia tengah memegang rokok di tangannya―dan segera disembunyikan begitu aku muncul.

"Santai aja sih. Gak usah panik gitu mukanya," kataku yang disambut dengan senyum canggung keduanya.

Jaehyun menarik lengan blazer OSIS yang kukenakan, berjalan ke depan gerbang dengan memberi isyarat agar aku menyapa para alumni sementara ia membuka gerbang.

"Ada apa nih rame-rame di sini?" aku tersenyum, Hoshi dan Woozi memang cukup dekat denganku karena taekwondo, namun Doyoung, ketua OSIS tahun lalu ini, entahlah aku tidak bisa membaca pikirannya.

Pintu gerbang terbuka, Jaehyun mulai memasang senyum tipis dan menyapa ketiga laki-laki di hadapannya, sedangkan aku sedikit berjalan keluar dan bersandar di gerbang, menutupi celah yang terbuka agar tidak dapat dimasuki.

How to Make Up || Choi SeungcheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang