6. Jaket Pelindung Hujan

499 127 204
                                    

GAK JADI BULAN APRIL UP-NYA, WKWK

Selamat Membaca❤️

"Bismillah dulu." Filza menjabat kaki depan Bisnis dan menatapnya dengan serius.

"Qobiltu,"

"Meong."

"Qobiltu nikahaha,"

"Meong."

"Ish!" Filza menggeram kesal. Sudah hampir satu jam ia memandu Bisnis agar lancar mengucapkan ijab qobul. Tapi nihil, jangankan hapal, Bisnis saja tidak bisa menirukan.

"Bisnis, kamu itu itu mau nikah loh. Sekali aja kek jangan meong mulu. Bilang qobiltu gitu biar nikahannya sah!" omel Filza karena merasa kesal dengan Bisnis.

"Hayuk sekali lagi. Bismillah dulu," titah Filza.

Filza tengah sibuk mengajari Bisnis menghapalkan ijab qobul, lain halnya dengan Kanaya dan Rafka yang saling menatap heran dengan kelakuan Filza.

"Kakakmu tuh," bisik Kanaya pada putranya.

"Kok rada-rada ya, Ma?" balas Rafka. Kanaya mengendikkan bahu pelan.

"Ditegur aja, Ma," usulnya yang disetujui Kanaya.

Rafka berjalan menghampiri Filza. Begitu sampai di hadapan kakaknya, ia menyilangkan tangannya di depan dada. "Kak, ngapain?"

"BIASALAH!" jawab Filza sedikit ngegas.

"Kakak sehat, kan?"

Filza langsung menatap Rafka dengan tajam, "Ngeledek kakak kamu?"

"Rafka bener, Za. Lagian kamu itu ngapain sih ngajarin Bisnis ngucap qobul? Itu sampe lebaran kucing juga ga bakal bisa si Bisnis bilang selain meong!" kesal Kanaya. Ia menatap Bisnis. Terlihat si Bisnis mengangguk pelan seperti menyetujui ucapannya.

Kanaya beralih menatap beberapa barang yang tergeletak di kursi. Pandangannya tertuju pada sebuah kertas, ia memungutnya. "Trus ini apalagi? Penghulu, dekorasi, gedung, undangan, souvernir, terus ... catering? Kamu mau bikin prasmanan whaskas?"

"Trus nanti kalo beneran ijab kabul ... duh Mama gak bisa bayangin. Ya masa ntar bilangnya gini, gimana para saksi? Meong! gitu!" lanjut Kanaya.

"Filza kan cuma mau bikin nikahannya bisnis meriah, Ma," jawab Filza pelan.

"Tapi ya gak gini juga, Filzaaa!" Kanaya memegang kepalanya yang berdenyut nyeri. "Kamu kira nikahan kucing itu kaya nikahan orang?!"

Filza mengangguk dengan polosnya, membuat kepala Kanaya semakin terasa tuing-tuing.

"Dah, kamu ke kamar sana. Kerjain pr, atau apalah yang lebih bermanfaat daripada ini. Nikahannya Bisnis biar Mama yang urus," ucap Kanaya.

"Tapi Filza kan juga mau berkontribusi, Ma."

"Gak! Kamu ke kamar sekarang," titah Kanaya yang mau tak mau harus diangguki oleh Filza.

***

"Gara-gara sibuk sama Bisnis jadi lupa kan kalo paketnya belum dibuka," ucap Filza pada dirinya sendiri. Gadis itu mengambil paketnya tempo hari yang ia letakkan di atas meja belajar, dan membawanya ke tempat tidur.

Dengan semangat, Filza mengunboxing paket karena tak sabar melihat isinya.

"Wuihhh, banyak banget," serunya begitu melihat isi paket tersebut adalah bermacam-macam model jilbab dengan warna yang berbeda-beda pula. Sampai-sampai terlintas di pikiran Filza, bagaimana kalau seandainya ia menjadi agen jilbab.

Pangeran untuk Filza 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang